2.3.5 International Organization for Standardization 26000
Pada bulan September 2004, International Organization for
Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani lahirnya
panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama International Organization for Standardization 26000: Guidance Standard on
Social Responsibility. International Organization for Standardization 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung
tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju.
International Organization for Standardization 26000 memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan
cara: 1.
Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya.
2. Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi
kegiatan yang efektif. 3.
Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.
International Organization for Standardization 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari
keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari
Universitas Sumatera Utara
para stakeholder, sesuai hokum yang berlaku dan konsisten dengan norma- norma internasional, terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam
pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa. http:rahmatullah.banteninstitute.org201005masalahpengelolaanprogramcorp
orate.html.
2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Inti pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan adalah dengan membangun kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak yang
menjadi pemegang kepentingannya. Langkah awal yang wajib ditempuh oleh suatu perusahaan adalah mengetahui siapa saja pihak pemegang atau pemangku
kepentingan perusahaannya, dan apa saja yang menjadi indikator kepuasan tiap- tiap pemegang kepentingan.
Latar Belakang munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, adalah bahwa
pemerintah sebagai personifikasi negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab sosial sebagai
suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performance perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hukum, dimana
pemerintah merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan komitmen atas berlakunya hukum. Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model
atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, sebagai berikut: 1.
Model keterlibatan langsung Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program
tanggung jawab sosial perusahaaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial. 3.
Model bermitra dengan pihak lain Pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain, dimana
organisasi mitra kerjasama tersebut secara langsung mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Model mendukung atau bergabung dalam suatu konsortium
Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi sosial dan secara langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan program tanggung jawab
sosial perusahaan Saidi dan Abidin, dalam Siagian dan Suriadi, 2010:78. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektifitas
yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap tersebut hanya akan berdampak negatif, yaitu
melestarikan ketergantungan pada uang kontribusi. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra
kerja antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama Siagian dan Suriadi, 2010:78.
2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan