Informan Kedua Hasil Penelitian .1 Informan 1

Sinabung yang tidak stabil, sehingga memunculkan rasa takut akan bencana yang dihadapi dan khawatir jika harus diungsikan kembali. Mengingat sedihnya jika harus menghabiskan masa tua di pengungsian dengan kondisi yang sangat tidak layak untuk dihuni. Harapan dari Kepala Desa Kutambelin terhadap pemerintah daerah ialah kiranya pemerintah lebih memperhatikan nasib masyarakat yang telah dipulangkan ke desa. Walaupun dominan masyarakat awam mengira jika telah kembali ke desa maka kehidupan sudah kembali seperti semula namun hal ini tidak terlihat pada masyarakat di Desa Kutambelin. Maka dari itu masyarakat sangat mengharapkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah yakni Pemkab Karo ataupun lembaga yang berkenan karena walaupun kecil jumlahnya namun sangat bermanfaat bagi mereka. Selain itu beliau juga berharap agar bencana erupsi Gunung Sinabung dijadikan bencana nasional. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Tolen Tarigan selaku ketua BPD di Desa Kutambelin agar pemerintah menjadikan erupsi Gunung Sinabung menjadi bencana nasional dan berharap mahasiswa membantu mewujudkannya. Agar kiranya pemerintah lebih fokus untuk memperhatikan masyarakat baik yang masih berada di pengungsian atau yang sudah kembali ke desanya masing-masing.

5.1.2 Informan Kedua

Nama : Nd. Gita br Karo Jenis Kelamin : Perempuan Universitas Sumatera Utara TempatTanggal Lahir : Kutambelin Umur : 62 tahun Pendidikan Terakhir : SD Agama : Kristen Protestan Suku : Karo Informan kedua ini bekerja sebagai petani. Walaupun Nd. Gita br Karo ini sama dengan yang lain bekerja di ladang orang namun ia juga mempunyai lahan sendiri di belakang rumahnya. Saat peneliti mewawancarai, Nd. Gita sedang berada di ladang belakang rumahnya. Suaminya yang bernama Bahagia Tarigan sedang berladang bersama putranya. Sambil menggendong cucunya, ia bercerita mengenai kehidupannya setelah kembali ke desa kepada peneliti. Pada saat mengungsi di Universitas Karo UKA 1, ia tidak mempunyai pekerjaan sampingan seperti warga lain. Hal ini yang menyebabkan berkurang drastisnya keadaan perekonomian keluarga karena tidak adanya pendapatan. Dalam hal pekerjaan, Nd. Gita mengatakan : Ya kalo untuk kerja kami bagi tugas lah, saya yang jaga ladang di belakang ini sama jaga cucu, suami dan anak saya yang kerja di ladang orang di Merek sana, ya gimanalah biar ada uang kami untuk makan. Selanjutnya mengenai erupsi Gunung Sinabung yang masih sering terjadi, ia menjelaskan jika erupsi masih berdampak kepada lahan pertaniannya. Hal ini karena debu yang keluar akibat erupsi Gunung Sinabung merusak tanaman warga dan menimbulkan kerugian. Pendapatan yang diterima oleh Nd. Gita hanya kisaran Rp 50.000,- per hari dengan jam kerja dari pukul 09.00 WIB Universitas Sumatera Utara sampai pukul 16.00 WIB. Padahal jika dibandingkan dengan keadaan pendapatan sebelumnya, Nd. Gita dapat menerima minimal Rp 2.000.000 per bulannya. Dari penuturan informan dijelaskan bahwa hasil pendapatan yang diterima menurun dan belum mencukupi kebutuhan sehari-hari karena belum kembali pulihnya perekonomian keluarga. Selanjutnya saat peneliti membahas mengenai bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah ataupun pihak swasta, ia mengatakan bahwa tidak ada lagi bantuan yang diberikan. Sama seperti penjelasan Kepala Desa sebelumnya, bantuan yang diterima hanya dari BNPB pada saat pemulangan warga ke desa. Bantuan yang diberikan berupa beras sebanyak 10 kilogram per jiwa dan juga jadup jatah hidup sebesar Rp 180.000,- per jiwa yang keduanya diberikan tiap bulan dalam jangka waktu 3 bulan. Pada saat pelaksanaannya, ia melanjutkan bahwa bantuan yang diberikan cukup membantu keluarganya karena dapat menjadi modal untuk bertahan hidup. Jika berbicara mengenai interaksi yang dilakukan Nd. Gita dengan masyarakat sekitarnya masih terjalin dengan baik. Tidak ada yang berubah antara sebelum mengungsi, di pengungsian dan setelah mengungsi. Hal ini juga ditambahkan oleh Nd. Gita br Karo bahwa hingga saat ini ia masih mengikuti perkumpulan yang diadakan oleh marganya. Nd. Gita juga menambahkan: Saya disini masih ikut perkumpulan marga tarigan ataupun karo yaa karna mau gimanapun mereka masih sodara kita dan juga biar menjalin silahturahmi gitu antar kami yang bersaudara, karna kan juga kami udah sama-sama merasakan susahnya di pengungsian sana. Universitas Sumatera Utara Pada saat kembali ke desa Nd. Gita dan juga warga lainnya harus memiliki strategi guna memulihkan kembali kondisi perekonomiannya. Hal pertama yang dilakukan oleh Nd. Gita adalah dengan meminjam uang dari saudaranya, dimana pinjaman tersebut dapat digunakan untuk modal awal dalam membuka lahan pertaniannya. Jika tidak meminjam modal, ia tidak dapat membeli bibit untuk ditanam agar hasil dari lahan tersebut dapat digunakan untuk bertahan hidup. Selama menjalani kehidupan setelah pemulangan dari pengungsian, ia masih diliputi rasa was-was dan khawatir akan hidup kedepannya karena mau bagaimanapun ia masih diliputi rasa cemas terhadap kondisi Gunung Sinabung yang belum stabil. Hal ini disebabkan jika Gunung Sinabung kembali erupsi besar dan arah angin melewati Desa Kutambelin maka akan memungkinkan mereka diungsikan dan kehilangan pekerjaan kembali. Selain itu ia juga menambahkan: Kalau sudah terasa gempa disini kami langsung takut karna berarti sinabung mau meletus, kami takut karna saya gak mau diungsikan lagi, ya kam tau lah kan gimana kondisi di pengungsian sana, karna nanti juga kalo saya mengungsi udah gak kerja lagi lah saya. Saat disinggung masalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah, Nd Gita menjelaskan bahwa ia dan juga masyarakat lainnya sangat mengharapkan perhatian yang lebih besar lagi dari pemerintah daerah. Seperti diberikan lahan yang letaknya tidak jauh dari desa untuk ditanami, agar jika masyarakat ingin bekerja tidak perlu jauh-jauh ke Kabanjahe ataupun Merek karena jika tidak Universitas Sumatera Utara pemerintah siapa lagi yang akan memperhatikan nasib warga pasca erupsi Gunung Sinabung.

5.1.3 Informan Ketiga