Informan Keenam Hasil Penelitian .1 Informan 1

5.1.6 Informan Keenam

Nama : Sofian Adly Jenis Kelamin : Laki-Laki TempatTanggal Lahir : Medan, 21 April 1979 Umur : 35 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa Sofian Adly yang biasa dipanggil dengan “ali” saat ini masih menjadi tenaga pendamping di beberapa desa yang telah dipulangkan salah satunya adalah Desa Kutambelin. Sofian Adly yang saat ini tergabung dalam Apepebe Aliansi Pemuda Peduli Bencana sudah aktif menjadi tenaga pendamping sejak 15 September 2013. Apepebe sendiri bertugas untuk melakukan intervensi langsung lewat respon tanggap darurat dalam hal ini membantu evakuasi warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung, memberikan pendidikan psikososial bagi anak-anak, remaja dan dewasa selama dalam pengungsian. Juga melakukan pendidikan dan penyediaan lahan pertanian sebagai sarana penguatan ekonomi warga. Sofian Adly juga menjelaskan sejak kepulangan warga ke desa, akan ada perubahan yang dirasakan oleh masyarakat. Pada awalnya masyarakat akan senang jika sudah dipulangkan dari pengungsian karena akan menempati kembali rumahnya. Namun kegembiraan itu hanya akan berlangsung sesaat saja karena Gunung Sinabung yang masih terus-menerus mengeluarkan awan panas, debu vulkanik dan lahar dingin. Kondisi Gunung Sinabung yang seperti itu akan membuat warga merasa tidak nyaman dan dilanda ketakutan serta kekhawatiran Universitas Sumatera Utara akan kehidupan mereka kedepannya. Selanjutnya juga akan ditambahkan dengan kondisi lahan pertanian yang tidak bisa dimaksimalkan dalam penggunaannya guna memulihkan perekonomian warga. Sebagai tenaga pendamping, Ali mendeskripsikan setelah 1 tahun 4 bulan kepulangan warga, Desa Kutambelin sudah mulai berbenah. Beberapa infrastruktur yang rusak akibat erupsi Gunung Sinabung dan akibat ditinggal mengungsi juga sudah diperbaiki. Lahan pertanian warga yang rusak karena debu vulkanik hingga saat ini belum dapat digunakan, sehingga secara mandiri warga mencari lowongan pekerjaan yakni dengan cara aron buruh tani harian dilahan pertanian yang belum rusak. Untuk hal ini warga biasanya berladang di daerah Kabanjahe atau Merek. Hal ini dilakukan warga untuk memulihkan perekonomian mereka yang sempat diambang ketidakpastian. Begitu juga dengan warga desa lain yang berupaya untuk memulihkan perekonomiannya dengan cara aron maupun mencoba bisnis baru yaitu mengumpulkan debu vulkanik untuk dijual ke perkebunan sawit. Konon katanya debu vulkanik ini baik untuk tanaman sawit. Begitu juga bebatuan dari Gunung Sinabung yang dikumpulkan dan dijual kepada pengembang perumahan untuk kondisi bangunan perumahan. Jika membahas mengenai perhatian yang diberikan oleh pemerintah daerah seperti bantuan dana atau sembako, Ali menjelaskan sebagian warga desa dari beberapa desa telah mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa jadup jatah hidup perhari perjiwa. Namun hal itu tentunya belum mencukupi kebutuhan warga. Maka dari itu menurut Sofian Ali saat ini yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Kutambelin adalah pemulihan ekonomi warga dan Universitas Sumatera Utara bantuan pendidikan bagi anak-anak yang masih meneruskan jenjang pendidikannya. Selanjutnya Sofian Ali juga bercerita bahwa hingga saat ini memang benar jika Gunung Sinabung belum menjadi bencana nasional. Hal ini karena secara umum bencana erupsi Gunung Sinabung belum memenuhi standart kebencanaan nasional. Salah satu kategorinya adalah pemerintah daerah masih mampu secara anggaran dan secara kebijakan untuk melakukan penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung. Jika pemerintah daerahnya tidak mampu secara anggaran dan kebijakan maka bencana nasional bisa dipertimbangkan. Jika erupsi Gunung Sinabung dinaikkan menjadi bencana nasional, maka penanganan kebencanaan ini dapat langsung masuk ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Desa-desa yang masuk ke dalam zona merah bisa dipertimbangkan untuk dipindah ke zona aman. Untuk saat ini menurut Sofian Ali, peran pemerintah dalam hal ini Pemkab Karo sebaiknya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk siaga bencana, melakukan pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana upaya untuk mencegah hal yang berdampak negatif pada lingkungan akibat bencana, melakukan upaya industri ekonomi kreatif untuk pemulihan dan penguatan ekonomi warga, memperbaiki jalur-jalur evakuasi dan juga memperbaiki infrastruktur yang baik sebagai sarana antisipasi bencana berikutnya. Universitas Sumatera Utara

5.2 Analisis Data