Informan Keempat Hasil Penelitian .1 Informan 1

5.1.4 Informan Keempat

Nama : Ponda Tarigan Jenis Kelamin : Laki-laki TempatTanggal Lahir : Kabanjahe Umur : 49 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Agama : Kristen Protestan Suku : Karo Bapak dengan tiga orang anak ini bekerja sebagai Guru SD honorer di Desa Kutambelin. Dari pekerjaannya saat ini, bapak Ponda Tarigan juga mempunyai pekerjaan sampingan yakni berladang. Sama seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya, ia juga berladang di ladang orang lain. Alasan beliau bekerja sampingan adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan juga biaya untuk menyekolahkan anaknya. Saat Gunung Sinabung kembali erupsi berakibat kepada lahan pekerjaannya. Disatu sisi akan berdampak pada pekerjaanya sebagai guru karena jika erupsi terjadi akan menganggu proses belajar mengajar bahkan jika erupsi terbilang parah maka besar kemungkinan sekolah akan diliburkan untuk menjaga keamanan dan kesehatan para muridnya. Sedangkan disisi lain juga akan berdampak pada pekerjaannya sebagai petani. Universitas Sumatera Utara Saat Gunung Sinabung belum bergejolak, bapak Ponda Tarigan memiliki lahan sendiri. Dari lahan pertaniannya tersebut mempunyai keuntungan besar dalam segi perekonomian karena hasil pertaniannya yang bagus dan subur. Maka dari itulah Tanah Karo terkenal akan hasil pertaniannya yang baik. Namun setelah Gunung Sinabung kembali erupsi mulai memberikan dampak yang buruk pada ladang bapak Ponda Tarigan. Terlebih sejak Desa Kutambelin diungsikan, dimana lahannya mulai tak terurus. Setelah dipulangkan keluarga Ponda Tarigan mulai bersama-sama membersihkan ladangnya dan mulai ditanami tanaman jeruk dengan modal berasal dari tabungan keluarga yang masih tersisa. Namun saat Gunung Sinabung kembali meletus, semua tanaman jeruk milik keluarganya hancur seketika. Hal itulah yang memaksa beliau untuk bekerja di ladang orang setelah mengajar di sekolah SD. Bapak Ponda Tarigan bekerja sebagai guru SD sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB dan setelah itu berlanjut bertani hingga malam. Dengan penghasilan tiap bulannya mencapai Rp 2.000.000,- sudah terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya namun tidak pernah untuk mengajak anak- anaknya berjalan-jalan. Pendapatan yang diterima bapak Ponda Tarigan sebelum mengungsi dapat mencapai minimal Rp 2.500.000 per bulannya. Jika membahas mengenai bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Sama seperti jawaban beberapa informan bahwa tidak ada lagi bantuan dana yang diterima. Terakhir adalah bantuan yang diberikan oleh BNPB pada saat pemulangan ke desa yakni jadup sebesar Rp 6.000,- per hari per jiwa dan beras sebanyak 4 ons per hari dan per jiwa. Bantuan tersebut ia terima tiap bulannya dan sudah sangat membantu perekonomian beliau pada saat itu. Universitas Sumatera Utara Untuk saat ini, ia masih menyekolahkan 2 anaknya yakni di bangku pendidikan SMP dan SMA sedangkan satu lagi belum bersekolah. Selama pendidikan kedua anaknya tersebut, sumber dana yang digunakan berasal dari diri sendiri yakni terdiri dari gaji pokok yang diterima dan hasil ladang. Dalam membantu pendapatan keluarga, beliau tidak mengizinkan anaknya untuk bekerja. Selanjutnya ia menambahkan: Kalau masalah bekerja biar kami saja orangtuanya, mereka tidak usah karna tugas anak itu adalah belajar, selama kami masih menyanggupi biaya mereka sekolah dan sehari-hari yaa kami saja yang banting tulang. Dalam masalah pendidikan, tujuan Ponda Tarigan menyekolahkan anaknya sama seperti semua orangtua yakni agar anak tersebut lebih sukses dari orangtuanya. Perbedaan pendidikan pada saat di pengungsian yang dijelaskan oleh bapak Ponda Tarigan adalah harus menumpang bersekolah di Kabanjahe sehingga harus bersosialisasi kembali dengan murid lainnya juga terkadang mereka juga harus masuk siang karena harus bergantian dengan murid sekolah tersebut. Dalam hal interaksi yang dilakukan oleh keluarga Ponda Tarigan masih terjalin baik sama seperti sebelumnya. Hal ini dapat dilihat bahwa beliau masih mengikuti perkumpulan yang dilakukan dari gereja GBKP. Namun hal yang berubah menurut beliau adalah tidak adanya lagi pesta tahunan yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga ada hal yang dirasa kurang dari Universitas Sumatera Utara Desa Kutambelin. Hal ini karena tidak adanya lagi dana dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk diadakannya acara tersebut. Untuk masalah kondisi psikis, trauma dan ketakutan masih dirasakan oleh Ponda Tarigan dan keluarga yang disebabkan oleh belum stabilnya kondisi Gunung Sinabung. Hal ini juga ditambahkan bahwa saat peneliti melakukan penelitian ke desa tersebut, kondisi Gunung Sinabung tengah memasuki status “awas”. Ia merasa ketakutan jika sudah mulai terdengar suara gemuruh dari gunung dan jika sudah terjadi gempa-gempa kecil. Hal ini diungkapkan juga oleh Ponda Tarigan, jika harus mengungsi lagi maka keadaan perekonomian keluarganya akan makin terpuruk dan juga kasihan akan kondisi anak-anaknya di pengungsian. Harapan yang diinginkan oleh bapak Ponda Tarigan adalah adanya perhatian yang lebih dari pemerintah seperti memberikan lahan pertanian yang lokasinya mudah dijangkau. Selanjutnya ia juga berharap agar bencana erupsi Gunung Sinabung tersebut dinaikkan statusnya menjadi bencana nasional. Hal ini juga ditambahkan oleh bapak Ponda Tarigan yakni jika nasib kami yang dipulangkan saja masih susah seperti ini bagaimana dengan saudara kami yang masih di pengungsian sana, kami cari makan disini pun masih susah, kan kalo dinaikkan jadi bencana nasional bisa membantu mereka yang masih di pengungsian sana dan juga kami disini Maka dari itu bapak Ponda Tarigan berharap bencana tersebut menjadi bencana nasional agar pemerintah pusat lebih fokus dan terencana untuk menyelesaikan dan menjawab berbagai permasalahan yang ada baik yang masih di pengungsian ataupun yang sudah kembali ke desa. Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Informan Kelima