pemerintah siapa lagi yang akan memperhatikan nasib warga pasca erupsi Gunung Sinabung.
5.1.3 Informan Ketiga
Nama : Monica br Tarigan
Jenis Kelamin : Perempuan
TempatTanggal Lahir : Kabanjahe, 09 Agustus 1994
Umur : 21 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Katholik
Suku : Karo
Anak kedua dari bapak Suna Tarigan saat ini sudah lulus dari bangku SMA. Guna membantu perekonomian keluarga, Monica bekerja sebagai
wiraswasta yakni berjualan sedangkan orangtua dan abangnya bekerja sebagai petani di ladang orang. Alasan Monica tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi adalah jika ia tidak berjualan maka tidak ada yang membantu pendapatan keluarga. Padahal pada saat di pengungsian, keluarganya tidak
mempunyai pekerjaan sampingan sehingga tidak adanya pemasukan yang didapat pada saat mengungsi. Pada saat peneliti mewawancarai informan,
Monica sedang menjaga warung sedangkan ayahnya sedang pergi bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Berbicara mengenai kondisi Gunung Sinabung, saat Gunung Sinabung erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik memberikan dampak yang besar bagi
pekerjaan orangtuanya. Saat pemulangan warga ke desa, ladang milik keluarga Monica dipenuhi oleh lumpur. Setelah gotongroyong membersihkan ladang,
keluarga Monica mencoba menanami ladang tersebut dengan tanaman jeruk. Namun saat Gunung Sinabung erupsi tanaman milik keluarganya hancur
seketika. Sejak saat itu orangtua Monica memilih untuk bekerja di ladang orang daripada harus bercocoktanam di ladang sendiri tapi hanya menimbulkan
kerugian. Walaupun modal yang dipakai saat itu berasal dari tabungan keluarga yang masih tersisa.
Monica sendiri bekerja berjualan dari pagi sejak malam begitupun juga dengan orangtuanya. Hasil yang didapat Monica dari jualannya cukup
meringankan beban keluarganya yakni dengan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000,- per bulan. Anak terakhir dari 2 bersaudara ini menambahkan :
Gimanalah ka, sebenernya aku pun maunya sekolah lanjut kuliah cuma kondisinya gak memungkinkan. Ini aja dengan aku jualan makanya
lumayan membantu karna abang sama bapak juga kerjanya di ladang. Selanjutnya jika membahas mengenai bantuan dari pemerintah daerah
maupun pusat sudah tidak ada lagi. Sekiranya banyak warga yang berharap adanya perhatian dengan masyarakat seperti memberikan bantuan dana ataupun
sembako. Bantuan dana terakhir yang diterima oleh Keluarga Monica adalah bantuan dari Bank Mayapada sebesar Rp 300.000,- pada saat di pengungsian.
Itupun tidak keseluruhan masyarakat menerimanya. Hal ini dikarenakan kedatangan staff Bank Mayapada datang secara tiba-tiba sehingga tidak sempat
Universitas Sumatera Utara
diumumkan kepada seluruh masyarakat. Jadi yang mendapatkan bantuan tersebut hanya yang berada di posko saja.
Selanjutnya sama seperti jawaban informan pada umumnya, setelah kembali ke desa bantuan yang diterima hanya dari BNPB yakni uang jadup
sebesar Rp 6.000,- jiwa per hari dan beras 4 ons per jiwa per hari yang diberikan setiap sebulan sekali. Selebihnya bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah
akhir-akhir ini berupa seng untuk perbaikan sarana dan prasarana. Dalam Keluarga Suna Tarigan sudah tidak ada lagi yang bersekolah. Namun pada saat
Monica masih mengenyam pendidikan di bangku SMA, ia tidak diperbolehkan untuk bekerja oleh orangtuanya. Hal ini dikarenakan agar Monica lebih
semangat dan konsentrasi untuk belajar sesuai dengan harapan ayahnya yakni agar anaknya lebih sukses dari kehidupan ayahnya sekarang.
Untuk interaksi yang dilakukan oleh Monica dan keluarga kepada tetangga di sekitar rumahnya masih terjalin dengan baik. Walaupun keluarga
Monica tidak mengikuti perkumpulan yang diadakan oleh masyarakat setempat. Interaksi yang berjalan dengan baik tersebut dapat dilihat oleh peneliti saat
mewawancarai yakni ada beberapa warga yang ikut bergabung. Monica juga menambahkan perbedaan yang dirasa adalah tidak adanya lagi pesta tahunan
yang biasanya rutin diadakan bulan 10. Hal ini karena sudah tidak ada lagi biaya untuk mendanainya.
Selanjutnya sama seperti masyarakat lainnya, rasa takut dan khawatir masih menyelimuti kehidupan Monica dan keluarganya. Hal ini dikarenakan
masih belum stabilnya kondisi Gunung Sinabung sehingga masih berkemungkinan besar untuk warga diungsikan kembali jika kondisi gunung
Universitas Sumatera Utara
makin membahayakan. Hal ini juga disampaikan oleh warga yang ikut bergabung bersama informan dengan menambahkan penjelasan :
Iya dek kami sebenernya masih takut disini apalagi kalo udah meletus Sinabung itu, langsung entah gimana-gimana pikiran kami karna kami
gak mau lagi diungsikan di Kabanjahe sana, karna disana kami pun gaada kerjaan, tempatnya pun gak layak untuk ditempati dek, kasian
juga sama anak-anak kami kan kasian sekolahnya sama tinggal di tempat kaya gitu, cuma mau gimana lagi lah dek, disini kami pun masih
aja nya takut sama kondisi Sinabung itu. Harapan yang diingikan Monica dan juga masyarakat lainnya adalah
sekiranya pemerintah lebih memperhatikan nasib warga yang telah dipulangkan ke desa. Hal ini dikarenakan walaupun sudah dipulangkan ke desa,
permasalahan belum kunjung terselesaikan seperti masyarakat masih susah untuk mencari makan akibat belum dapat ditempatinya ladang mereka.
Selebihnya mereka juga menambahkan sekiranya pemerintah ataupun pihak swasta masih mau memberikan bantuan ke masyarakat Desa Kutambelin.
Universitas Sumatera Utara
5.1.4 Informan Keempat