Dengan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II tersebut, persentase keaktifan yang masih kurang pada siklus I telah mengalami
peningkatan. Siswa menyelesaikan tugas pada setiap tahap SSCS, mulai berani mengajukan pendapat kepada guru dan temannya sehingga kegiatan belajar secara
kelompok mulai kondusif. Siswa juga mulai berani mempresenatsikan hasil kerja dan menanggapi presentasi tersebut.
2. Hasil Skala Disposisi Matematik Siswa
Saat pelaksanaan siklus I ketertarikan siswa untuk belajar matematika dengan model SSCS belum menunjukan terlihat. Banyak siswa yang masih
enggan untuk mengerjakan kegiatan pada setiap tahap SSCS dan enggan untuk bertanya walaupun mereka tidak mengerti. Tidak jauh berbeda dengan
ketertarikan siswa, rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki pun masih rendah. Siswa masih belum berani untuk mengajukan pendapat sendiri saat
pendapat tersebut berbeda dengan pendapat siswa lain yang lebih dulu mengajukan pendapatnya.
Selain kedua aspek tersebut di atas, skor aspek metakognisi siswa pun masih di bawah 70. Siswa juga masih malas untuk membuat rangkuman dan
memeriksa kembali apa yang mereka telah pelajari dan kerjakan. Banyak juga siswa sulit untuk menjelaskan kembali apa yang telah mereka kerjakan dengan
LKS walaupun semua kegiatan di dalamnya telah terselesaikan. Hal yang terlihat baik pada siklus I adalah pada aspek fleksibilitas siswa.
Siswa sudah mulai mau untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya walau tidak terlalu kondusif karena sering bercanda. Siswa juga mulai berani
mengerjakan soal yang diberikan dan menggambar gambar yang diminta dengan cara yang berbeda dengan temanya. Selanjutnya aspek disposisi yang terlihat baik
adalah kegigihan siswa menyelesaikan tugas dalam LKS. Walaupun banyak yang mengeluhkan bahwa tugas yang diberikan sulit tetapi tidak sedikit siswa
menyelesaikannya. Dengan adanya tindakan perbaikan pada siklus I untuk meningkatkan aspek
disposisi yang masih rendah. Pada siklus II rata-rata seluruh aspek disposisi
matematik siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel 4.11. Rata-rata nilai diposisi matematik siswa setiap aspek
Aspek Siklus I
Siklus II
Ketertarikan 65
73 Kepercayaan Diri
60 63
Kegigihan 74
75 Fleksibilitas
72 74
Metakognisi 67
70
Pada siklus II ketertarikan siswa mengalami peningkatan. Siswa sudah mau belajar matematika selain di kelas dan mengajukan pertanyaan kepada guru.
Bukan hanya hal yang tidak dimengerti tetapi juga menanyakan pertanyaan mengenai hal lain, contoh: Apakah untuk mengukur benda-benda yang disekitar
kita seperti papan tulis menggunakan rumus yang sama dengan yang dipelajari. Selanjutnya pada aspek metakognisi siswa juga sudah mau memeriksa dan
memperbaiki kembali hasil pekerjaan mereka, tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas dan bias menjelaskan kembali apa yang telah
dikerjakan. Dua aspek selanjutnya yang pada siklus I telah mencapai nilai rata-rata
lebih dari 70 juga mengalami peningkatan. Aspek kegigihan ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas pada tahap solve, di mana siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan dalam LKS dan soal yang dibuat temannya pada siklus II. Sedangkan hal yang sangat mempengaruhi aspek
fleksibilitas ada pada proses menyelesaikan tugas dalam setiap tahap SSCS, siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaiaknya dengan cara mereka sendiri dengan
berdiskusi sehingga kreativitas siswa dan keterbukaan siswa terlatih. Pada siklus II ini, aspek disposisi matematik yang skor rata-ratanya masih
dibawah 70 adalah aspek kepercayaan diri siswa. Walapun pada siklus II banyak siswa yang sudah berani menyelesaikan tugas dengan pendapat sendiri dan berani
mengajukan pendapat serta menanggapi pendapat teman yang lain, akan tetapi dari hasil skala disposisi matematik terlihat bahwa siswa masih belum percaya