BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian pada PNS dapat dilihat bahwa karakteristik
umur bervariasi antara 30 tahun sampai umur 52 tahun. Kelompok umur yang lebih banyak pada umur 30-39 tahun yaitu sebesar 59,9, sedangkan yang paling sedikit
50 tahun yaitu sebesar 2,9. Umur merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan pada PJK, sehingga dianggap perlu untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara dini sebelum meninmbulkan gejala atau penyakit seperti PJK. Menurut para ahli kesehatan jantung disarankan untuk umur 30 tahun ke atas untuk
melakukan general cek-up, karena dianggap pada usia ini resiko untuk mengalami PJK sudah ada.
Jenis kelamin responden lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 52,9 dan laki-laki sebesar 47,1 ini menunjukan bahwa jenis kelamin
perempuan yang mendominasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Selain umur, jenis kelamin juga merupakan faktor resiko PJK yang tidak dapat
dikendalikan. Kolesterol darah dihasilkan oleh hormon tyroid dan estrogen. Hal ini yang menyebabkan perempuan mengalami perlindungan oleh hormone esteron
terhadap risiko penyakit jantung dan kolesterol darah lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Sedangkan untuk tingkat pendidikan sebagian besar dengan pendidikan S1 sebanyak 50 dan yang paling sedikit tingkat pendidikan SMA sebanyak 11,8.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Jenis dan Frekuensi Makan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten
Humbang Hasundun Tahun 2011. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PNS di Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan untuk jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi 85 dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Mie dan roti
dikonsumsi sebagian sebagai makanan pengganti nasi atau makanan penambah nasi pada waktu tertentu saja. Konsumsi mie dalam bentuk kering dan basah diolah
dengan direbus, digoreng atau menggunakan santan. Untuk roti dalam bentuk roti kering biskuit atau crackers dan berbagai jenis kue. Untuk konsumsi singkongubi
sebesar 52,9 tidak pernah mengkonsumsi. Bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi, dianggap yang
terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan makanan pokok juga
dianggap terpenting, karena bila suatu susunan makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap, dan sering orang yang mengkonsumsinya
mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang Sediaoetama, 2006. Lauk pauk lebih banyak memilih ikan basah 41,2 dengan frekuensi
1 kali per hari dalam bentuk ikan digoreng dan digulai. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lauk pauk yang bersumber dari hewani dikonsumsi, telur 73,5,
daging ayam 55,9 dan daging babi 47,1 dengan frekuensi 1-3 kali per minggu. Diketahui bahwa konsumsi lemak yang bersumber dari lemak hewani sering sehingga
asupan lemak dari makanan ini tinggi. Keadaan ini juga diperberat dengan cara pengolahan bahan makanan dengan menggunakan minyak dan santan, sehingga
Universitas Sumatera Utara
kandungan lemak dalam makanan semakin bertambah untuk meningkatkan kolesterol dalam darah. Lemak tras dalam produk minyak sawit seperti minyak goreng,
margarin dapat terbentuk pada saat hidrogenasi parsial asam lemak tidak jenuh dalam pengolahan minyak. Pengaruh lemak tras ini juga dapat menyebabkan PJK.
Penelitian studi Harvard oleh Lanset 1995 menyatakan bahwa margarine merupakan faktor yang cukup kuat dan dapat meningkatkan PJK sampai 50.
Dari jenis bahan makanan lauk pauk yang dikonsumsi oleh PNS juga mengandung lemak dan kolesterol yang banyak terdapat pada udang, cumi dan
kepiting. Apabila kelebihan lemak dan kolesterol ini dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah. Selain kebiasaan konsumsi pangan dari jenis dan frekuensi
yang sering, kondisi kantin dan rumah makan sekitar kantor juga menyediakan jenis lauk pauk yang sama dengan kebiasaan konsumsi PNS. Jika kebiasaan pola konsumsi
makanan ini terus terjadi maka, kondisi ini yang menyebabkan peningkatan kolesterol darah total yang akhirnya dapat memperburuk dan menyebabkan PJK
Jenis sayuran yang lebih banyak dikonsumsi adalah sawi 55,9 dengan frekuensi 1 kali per hari. Sayur daun ubi, bayam, kangkung, sawi, buncis, kacang
panjang dan timun sebagian besar mengkonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Dalam pengolahan sayur juga menggunakan minyak dan santan sehingga
dapat menghasilkan lemak dan kolesterol. Sayur yang dikonsumsi bervariasi, terlihat dari jenis yang dikonsumsi sudah beragam dan berimbang.
Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah buah pisang, jeruk dan pepaya dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Konsumsi buah biasanya dikonsumsi langsung
atau diolah menjadi jus buah. Banyak bukti yang menyatakan bahwa serat makanan
Universitas Sumatera Utara
memegang peranan dalam menurunkan kolesterol dalam darah. Penelitian Story dan Kristchevcky 1976 percobaan pada hewan dan manusia, menjelaskan bahwa
beberapa komponen serat makanan menurunkan kadar kolesterol. Penelitian Leveille 1977 yang paling banyak diterima bahwa serat mengikat asamgaram empedu
sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke usus dan meningkatkan eksresi kolesterol ke feses Muchtadi, 2000.
5.3. Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat Kolesterol Dalam Darah