Hubungan Pola Konsumsi pangan dengan Tingkat Kolesterol Darah Total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

(1)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NELLY SD SITUMEANG NIM. 091000188

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NELLY SD SITUMEANG NIM. 091000188

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NELLY SD SITUMEANG

NIM. 091000188

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Agustus 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si Ernawati Nasution, SKM, M.Kes NIP. 19680616 199303 2 003 NIP. 19700212 199501 2 001

Penguji II Penguji III

Dra. Jumirah, Apt, MKes Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004

Medan, Agustus 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP.19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Desain penelitian ini adalah cross-sectional.

Dara primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging kuda, daging babi dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 230,5 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (64,7%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,302). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah baik (82,4%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), tidak ada hubungan bermakna antara asupan ALJ dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,137). Ada hubungan bermakna antara asupan ALTJ dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,003)

Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol .


(5)

ABSTRACT

 

Indonesia is currently experiencing double nutrition problems of malnutrition and over nutrition. Nutrition is regarded as the starting signal of appearance of degenerativ diseases such as Coronary Heart Disease (CHD). in the response to and prevention of CHD is by setting the pattern of food consumption, especially controlling the intake of fat and cholesterol.

This study aims to determine the relationship of food consumption patterns with total blood cholesterol levels in the Civil Servants in The Health Office Humbang Hasundutan Regency. The The study design was cross-sectional study with a sample of over 30 years of age.

Primary Data collected using a questionnaire consisting of: food consumption of civil servants, civil servants characteristics, measurement of total blood cholesterol. Secondary data is an overview of The Health Office Humbang Hasundutan Regency. The relationship between food consumption patterns with cholesterol levels were analyzed by descriptive statistics with Exact-fisher test with

α 0.05.

Results showed the majority of civil servants consume animal food sources that often (1-3 times per week), ie eggs, chicken meat, horse meat, pork and other foods that contain fat that is fried foods and foods to coconud milk. The average total blood cholesterol 230.5 mg/dl, the energy consumption of most civil servants are good (64.7%) there was no apparent relationship between energy consumption with total blood cholesterol levels (p = 0.302). Energy consumption of most fats are good (82.4%) there is a significant relationship between energy consumption of fat to total blood cholesterol levels (p=0,302), there was no significant relationship between intake of Saturated Fatty Acid with total blood cholesterol levels (p=0,137). There is significant relationship between intake of Unsaturated Fatty Acids with total blood cholesterol levels (p=0,003).

Civil servants should be advised to run our own food consumption patterns by reducing consumption of fat and set the frequency of foods containing fat and cholesterol.

Keywords: Food consumption patterns, total blood cholesterol levels, civil servants  


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nelly SD Situmeang

Tempat/tanggal lahir : Lumban Hariara/ 5 Desember 1980

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Raja Nai Pos-Pos No.73 Sipoholon Tapanuli Utara Alamat Kantor : Jl. Siborong-borong Ujung Komplek Perkantoran Tano

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1987 – 1993 : SD HKBP Sipoholon 2. Tahun 1993 – 1996 : SMP Negeri 1 Sipoholon 3. Tahun 1996 – 1999 : SPK Negeri Tarutung

4. Tahun 1999 – 2002 : Akademi Perawatan Darmo Medan 5. Tahun 2009 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

RIWAYAT PEKERJAAN


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pola Konsumsi pangan dengan Tingkat Kolesterol Darah Total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripisi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian, M.Si dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku penguji skripsi.


(8)

5. Seluruh dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 6. Bapak Marihot Samosir, ST, selaku Pegawai di Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.

7. Bapak dr.Budiman Simajuntak, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

8. PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah mau saya wawancarai dalam penelitian ini.

9. Temanku Juni Erna Uli Tambunan, Lely Sitinjak, Melissa Manullang, Beda Christian Sitepu, Rustama Sihite dan Restu Mulia .

10.Teman-temanku satu peminatan Gizi Masyarakat

Terkhusus buat kedua orang tuaku Drs.AM Situmeang dan J.Pakpahan, terima kasih atas segala cinta dan kasih sayang yang diberi, yang selalu senantiasa mendoakan dan mendukung sampai saat ini demi kesuksesan saya dan biarlah Tuhan yang membalas semua kebaikan yang telah berikan. Juga kepada saudara-saudaraku tersayang kakanda Freddy LM Situmeang, S.Pt dan keluarga, Marlon MT Situmeang dan keluarga, Imelda Uliana Situmeang, dr.Berlian Situmeang dan keluarga, adinda Henny Situmeang, S.STP, M.Ap dan Poltak Situmeang, ST, terima kasih atas dukungan moril dan juga dukungan doanya.


(9)

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Semoga Tuhan Yesus yang selalu melimpahkan kasih dan berkatnya kepada kita semua.

Medan, Agustus 2011

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK……….. ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. ... iii

KATA PENGANTAR………...……… ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan ... 6

1.3.1.Tujuan Umum ... 6

1.3.2.Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Komsumsi Makanan ... 8

2.1.1. Konsumsi Makanan Beraneka Ragam ... 10

2.1.2. Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan Tubuh ... 11

2.1.3. Konsumsi Lemak dan Minyak ... 11

2.1.4. Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium ... 12

2.1.5. Alkohol ... 13

2.1.6. Serat ... 13

2.2. Kolesterol ... 14

2.3. Konsumsi Pangan yang Memengaruhi Kolesterol ... 18

2.3.1. Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah ... 19

2.3.2. Hubungan Lemak dengan Kolesterol Darah ... 20

2.3.3. Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah ... 21

2.4. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan ... 21


(11)

2.6.Kerangka Konsep ... .25

2.7. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 27

3.2.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian……….. ... 27

3.2.1. Lokasi Penelitian………. .. 28

3.2.2. Waktu Penelitian. ... 28

3.3.Populasi dan sampel.. ... 28

3.3.1. Populasi.. ... 28

3.3.2. Sampel. ... 28

3.4.Metode Pengambilan Data.. ... 28

3.4.1. Data Primer. ... 28

3.4.2. Data Sekunder.. ... 29

3.5.Instrumen Penelitian.. ... 29

3.6.Variabel dan Defenisi Operasional. ... 29

3.6.1. Variabel Penelitian. ... 29

3.6.2. Defenisi Operasional. ... 30

3.7.Aspek Pengukuran. ... 30

3.8.Metode Pengolahan dan Analisa Data. ... 32

3.8.1. Metode Pengolahan. ... 32

3.8.2. Analisa Data. ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kab Humbang Haundutan ... 34

4.2.Karakteristik Responden ... 35

4.3.Pola Konsumsi Pangan Responden ... 36

4.3.1. Jenis dan Frekuensi Makanan. ... 36

4.4.Konsumsi Energi dan Lemak. ... 39

4.5.Asupan Lemak ... 40


(12)

4.7.Hubungan Konsumsi Energi dengan Tingkat Kolesterol darah Total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 42

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden Pada PNS Di Dinas Kesehatan

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 45 5.2. Jenis dan Frekuensi Makan Pada PNS Di Dinas Kesehatan

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 46 5.3. Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat Kolesterol Darah

Total Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2011 ... 48 5.4. Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Dinas Kesehatan

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 50 5.5. Hubungan Konsumsi Energi dan Lemak Dengan Tingkat

Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan ... 51 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 55 62. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Beberapa Bahan Makanan Yang Mengandung Kolesterol ... 15 Tabel 2.2 Kadar Kolesterol Darah Total ... 18 Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata yang dianjurkan (per

orang per hari) pada Kelompok umur 30-64 Tahun………. ... 22 Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada PNS di

Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.2 Distrbusi Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan Pada

PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang

HasundutanTahun 2011 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi Pada PNS di Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011... 39 Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak Pada PNS di Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011……. ... 40 Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS di Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011... 40 Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Jenis

Kelamin Pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2011 ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Tingkat

Umur Pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2011 ... 42 Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat

Kolesterol Darah Total Pada PNS di Dinas Kesehatan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Molekul Kolesterol ... 16 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 25


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Master Data

2. Kuesioner Penelitian 3. Formulir food recall 24 jam 4. Formulir Food freguency

5. Distribusi Frekuensi penelitian dan Analisa Data 6. Surat Keterangan Izin Penelitian


(16)

ABSTRAK

Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Desain penelitian ini adalah cross-sectional.

Dara primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging kuda, daging babi dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 230,5 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (64,7%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,302). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah baik (82,4%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), tidak ada hubungan bermakna antara asupan ALJ dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,137). Ada hubungan bermakna antara asupan ALTJ dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,003)

Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol .


(17)

ABSTRACT

 

Indonesia is currently experiencing double nutrition problems of malnutrition and over nutrition. Nutrition is regarded as the starting signal of appearance of degenerativ diseases such as Coronary Heart Disease (CHD). in the response to and prevention of CHD is by setting the pattern of food consumption, especially controlling the intake of fat and cholesterol.

This study aims to determine the relationship of food consumption patterns with total blood cholesterol levels in the Civil Servants in The Health Office Humbang Hasundutan Regency. The The study design was cross-sectional study with a sample of over 30 years of age.

Primary Data collected using a questionnaire consisting of: food consumption of civil servants, civil servants characteristics, measurement of total blood cholesterol. Secondary data is an overview of The Health Office Humbang Hasundutan Regency. The relationship between food consumption patterns with cholesterol levels were analyzed by descriptive statistics with Exact-fisher test with

α 0.05.

Results showed the majority of civil servants consume animal food sources that often (1-3 times per week), ie eggs, chicken meat, horse meat, pork and other foods that contain fat that is fried foods and foods to coconud milk. The average total blood cholesterol 230.5 mg/dl, the energy consumption of most civil servants are good (64.7%) there was no apparent relationship between energy consumption with total blood cholesterol levels (p = 0.302). Energy consumption of most fats are good (82.4%) there is a significant relationship between energy consumption of fat to total blood cholesterol levels (p=0,302), there was no significant relationship between intake of Saturated Fatty Acid with total blood cholesterol levels (p=0,137). There is significant relationship between intake of Unsaturated Fatty Acids with total blood cholesterol levels (p=0,003).

Civil servants should be advised to run our own food consumption patterns by reducing consumption of fat and set the frequency of foods containing fat and cholesterol.

Keywords: Food consumption patterns, total blood cholesterol levels, civil servants  


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia saat ini mengalami permasalahan beban ganda dalam menghadapi masalah gizi. Dimana ketika permasalahan gizi kurang belum teratasi, muncul permasalahan baru yaitu permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, sedangkan gizi lebih sering dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratif/non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Tingginya prevalensi penyakit degeneratif menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia (Hanan, 2005).

Penyakit degeneratif disebut juga penyakit kronik yaitu penyakit jantung koroner (PJK), diabetes militus, hipertensi dan kanker. Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9%, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1%, tahun 1986 melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat menjadi 19%. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4% (Depkes, 2001) dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki usia menegah (Anis, 2006)


(19)

Menurut WHO PJK adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik

yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan

proses penyakit pada sistem nadi koroner, dan menurut American Heart

Association (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai

adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi

kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung yaitu yang memberi pasokan zat makanan dan oksigen ke otot-otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (Fahmi, 2004).

Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang dapat dikendalikan (dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus, kegemukan dan stres) dan yang tidak dapat dikendalikan (jenis kelamin, umur dan keturunan). Dari faktor-faktor di atas upaya penanggulangan dan pencegahan utama PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan terutama mengendalikan energi lemak dan kolesterol, memperbanyak konsumsi serat yang bersumber dari sayur dan buah-buahan. Oleh karena itu semakin banyak konsumsi makanan berlemak maka, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol dalam darah (Soeharto, 2004).

Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua sumber yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah terutama yang bersumber dari hewani. Keadaan ini yang menyebabkan


(20)

proses patologis sehingga mengakibatkan PJK. Oleh karena itu kadar kolesterol dalam darah menentukan seseorang menderita PJK. Kolesterol darah tersebut adalah kolesterol darah total, HDL, LDL dan trigliserida. Secara klinis kolesterol darah total digunakan sebagai tolak ukur yang menghubungkan propillipid dengan risiko PJK. Kriteria hasil pengukuran kolesterol darah total adalah : (1) Diinginkan (<200 mg/dl) dan diharapkan masih aman, (2) Diwaspadai (>200-239 mg/dl) kadar yang sudah mulai meningkat dan mulai sudah diwaspadai untuk dikendalikan dan (3) Berbahaya

(≥240 mg/dl) kadar yang tertinggi dan merupakan salah satu kriteria dislipidemia

yang menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan aterosklerosis dan menjadi faktor risiko pada PJK. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, setiap penurunan kadar kolesterol sebesar 1% akan menurunkan risiko PJK sebesar 2% (Anwar, 2004). Penelitian kolesterol darah total <160 mg/dl dipertengahan umur dewasa memberi kontribusi yang rendah terhadap risiko PJK (Semiardji, 2003).

Banyak hal yang diduga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah diantaranya konsumsi pangan mengandung asam lemak jenuh, karbohidrat, kebiasaan olahraga, obesitas, kebiasaan minum alkohol, pemakaian kontrasepsi, merokok, dan diabetes militus. Adapun pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar kolesterol darah telah diteliti oleh Mensink dan Katan (1988), Mensink dkk (1989), Grundy dkk (1988), Groff & Hunt (1995) dan Kriss-Etherton dkk (1999). Penelitian-penelitian tersebut membandingkan pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak tak jenuh

tunggal (15%-27%) dari kalori total dibandingkan dengan diet rendah asam lemak (7%-12%) dari kalori total terhadap kadar kolesterol darah total. Hasil penelitian


(21)

tersebut menyimpulkan dengan asupan asam lemak <15% dari kalori total dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Penelitian Tala (2001) di Kecamatan Mampang Prapatan mendapatkan sekitar 24% subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai kadar kolesterol darah total >240 mg/dl dan asupan lemak jenuh 3,3-9% dari kalori total. Penelitian Hatma (2001) mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna antara asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau.

Saat ini di masyarakat ada keyakinan bahwa, diet rendah lemak dapat mengurangi risiko PJK, tanpa melihat jenis lemaknya sehingga, asupan lemak dapat menjadi kurang dari kebutuhan kalori dan hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol dalam darah (Supari, 2001). Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil general chek-up yang dilaksanakan oleh PT Asuransi

Kesehatan (Askes) pada PNS dengan kriteria; berusia diatas 30 tahun dan bekerja pada Kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2009 diperoleh hasil yaitu, dari 545 orang PNS sebanyak 64% PNS dengan kolesterol darah total >200 mg/dl (Laboratorium Prodia). Pada tahun 2010, dari 608 orang PNS sebanyak 76% dengan kolesterol darah total >200 mg/dl (Laboratorium Thamrin). Jika dilihat data diatas bahwa, terjadi peningkatan kolesterol darah total sebesar 12%. Dari data PNS yang mengikuti pemeriksaan pada tahun 2009 dan 2010, bila dibandingkan dengan PNS yang berada di semua kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang


(22)

Hasundutan, PNS di Dinas Kesehatan dengan jumlah 34 orang mengikuti secara rutin

general cek-up. Dari 34 orang PNS sebanyak 71% kolesterol darah total >200 mg/dl. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, sekitar 80% PNS menggunakan sarana kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi, makan siang dan sebagian makan malam. Gambaran konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor dari jenis makanan seperti nasi, daging dan ikan goreng atau berkuah santan. Rendahnya konsumsi serat yang diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan jenis makanan pokok nasi yang dikonsumsi dengan frekuensi 3x1/hari dan jumlah konsumsi energi rata-rata yang dianjurkan sehari dapat diduga melebihi dari kebutuhan. Disamping itu adanya kebiasaan minum kopi atau teh setiap hari yang disediakan kantor untuk PNS dan ini dicurigai menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi energi dan lemak yang mengakibatkan peningkatan kolesterol darah total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sementara pencegahan utama untuk PJK adalah pengaturan pola konsumsi pangan yang baik.

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total

pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi


(23)

pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang di konsumsi pada

pegawai negeri sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Untuk mengetahui konsumsi energi dan lemak pada pegawai negeri sipil

di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Untuk mengetahui tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil

di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

4. Untuk mengetahui hubungan konsumsi energi dan lemak dengan tingkat

kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

1.4. Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan untuk program perencanaan dan penanggulangan masalah gizi lebih.


(24)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pegawai negeri sipil untuk memperhatikan konsumsi pangan sebagai salah satu upaya mencegah penyakit jantung koroner.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004).

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Pangan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahanya. Di masyarakat dikenal pola pangan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat dimana seseorang anak hidup.

Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila konsumsi baik kuantitasnya dan dalam jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. (Sediaoetama, 2006).


(26)

Gizi lebih disebabkan karena konsumsi pangan yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Gizi lebih yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit kronis diantaranya PJK, hipertensi, diabetes militus, kanker. Menurut Soekirman (1991) dalam buku pangan dan gizi menyatakan dengan meningkatnya pendapatan dan adanya perubahan gaya hidup sebagian penduduk akibat keberhasilan ekonomi berpengaruh terhadap budaya global. Maka masalah gizi lebih mengancam kehidupan penduduk golongan menengah ke atas serta kelompok usia produktif. Yang dikhwatirkan produktifitas kerja menurun dan banyak meninggal pada usia muda (Muchtadi, 2000). Hasil yang diperkuat oleh SKRT menunjukan bahwa PJK menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia dan prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun (Muchtadi, 2000).

Boediharmojo (1993) dalam buku kumpulan orasi ilmiah guru besar teknologi pangan dan gizi mengatakan, naiknya prevalensi PJK bukan hanya disebabkan karena bertambahnya usia manusia, tetapi lebih disebabkan oleh gaya

hidup yang salah atau disebut juga disease of life style.

Meskipun gizi lebih bukan penyebab satu-satunya timbulnya PJK tetapi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat timbunya penyakit. Sehingga, dapat timbul lebih dini. Yang dimaksud untuk dikemukakan adalah lemak yang meningkatkan kadar kolesterol darah. Upaya pencegahan timbulnya PJK dalam gizi adalah peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting. Pengaturan pola makan bagi pengendalian penderita PJK dapat dilakukan dengan mengikuti pedoman umum Gizi Seimbang (PUGS) melalui 4 cara.


(27)

2.1.1. Komsumsi Makanan Beraneka Ragam

Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga seprti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi, menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makananini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.

Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari) seperti padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti PJK.


(28)

2.1.2. Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan Tubuh

Makanlah Makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang melebihi mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti penyakit hipertensi, penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, dll. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui keadaan gizi dan kesehatan karena itu lakukan penimbangan berat badan secara teratur.

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian,ubi, jagung, singkong, sagu, dll. Batasi sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3 – 4 sdm/hari, karena konsumsi gula yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh sebagi lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas.

2.1.3. Konsumsi Lemak dan Minyak

Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon,

hidrogen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti benzene dan eter

(Lubis, 2009). Lemak dalam makanan terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid dan terbanyak terdapat dalam bentuk trigliserida.

Berdasarkan ikatan lemaknya dan kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang


(29)

paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan PJK. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita PJK, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah.

Berdasarkan jumlah atom karbon, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang. Berdasarkan posisi atom hidrogen yang berada pada ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh dibagi menjadi cis dan trans. Kebutuhan lemak yang dianjurkan dalam sehari adalah 10-25 % dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit seperti dislipidemia membutuhkan modifikasi kebutuhan lemak tergantung dari berat dan ringannya kondisi penyakit (Almatsier, 2005).

2.1.4. Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium

Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari

garam dan sumber lain seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung.


(30)

Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah.

Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio.

2.1.5. Alkohol

Minuman beralkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat menghambat proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu itu juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh .

2.1.6. Serat

Banyak bukti yang menunjukan bahwa serat makanan memegang peranan

spesifik dalam menurunkan kadar kolesterol serum darah. Penelitian


(31)

bahwa beberapa komponen serat makanan menurunkan kadar kolestrol darah. Dan teori Leveille (1977) yang paling banyak diterima adalah beberapa komponen serat makanan mampu mengikat asam/garam empedu dan dengan demikian akan mencegah penyerapannya kembali dari usus dan meningkatkan ekskresi melalui feces sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol dan serum darah menjadi asam/garam empedu.

2.2. Kolesterol

Lemak tidak dapat dipisahkan dari kolestrol. Kolesterol diperlukan oleh tubuh antara lain untuk (a) Sintesis asam/garam empedu, yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak/ minyak (b) Sintesis hormon steroid, (c) Sintesis vitamin D dan (d) Sebagai komponen membran sel. Apabila seseorang tidak mengkonsumsi kolesterol maka hati akan mensistesisnya dari asam lemak. Demikian hati akan memproduksi kolesterol. Meskipun, kolesterol masuk melalui makanan sangat

banyak. Akibat hal ini, meningkatkan kadar kolesterol dalam darah

(Muchtadi, 2000).

Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh untuk dijadikan sebagai sumber energi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu/garam empedu. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi serat makanan dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol (Muchtadi, 2000).


(32)

Tabel 2.1. Daftar Beberapa Bahan Makanan yang Mengandung Kolesterol No Bahan Pangan Hewan Kadar Kolesterol (mg/100 g)

1. Susu cair 13,5

2. Susu skim 1,6

3. Mentega 218,6

4. Keju 106,1

5. Daging ayam 84,7

6. Daging sapi 102,4

7. Otak 2000,0

8. Hati (sapi, kambing, babi) 435,3

9. Jantung (sapi) 270,6

10 Ginjal 800,0

11. Telur 274,0

12. Udang 152,9

13. Kepiting 100.0

Sumber : Guthrie, 1986 dalam buku Pangan dan Gizi

Kolesterol adalah salah satu sterol yang termasuk dalam kelompok lemak

yang terdapat dari luar tubuh berupa bahan makan (cholesterol eksogen) dan dibentuk

di dalam tubuh (cholesterol endogen). Pada tubuh manusia kolesterol banyak

dijumpai dalam darah, empedu, bagian luar kelenjar adrenal, dan jaringan saraf. (Lubis, 2009). Sedangkan pada bahan makanan yang mengandung tinggi kolesterol adalah kuning telur, daging merah, otak dan hati. Kolesterol tidak disintesis oleh tumbuhan, sayur dan buah-buahan (Manurung, 2004)

Fungsi utama kolesterol adalah membentuk membran sel, yang berguna untuk mengatur penyerapan zat yang larut dalam air dan kulit, melindungi otak, pembentukan cairan empedu yang befungsi sebagai pencerna lemak, membentuk hormon tubuh, unsur penting dalam proses pertumbuhan dan membantu dalam proses pencernaan makanan, membentuk vitamin D dan penting bagi pembentukan hormon seks dalam tubuh


(33)

Kolesterol memiliki rumus struktur sebagai berikut :

Gambar 2.1. Struktur Molekul Kolesterol

(Sumber : Almatsier, 2009)

Menurut Muchtadi et al., (1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam

bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak (lipid) dan protein yang disintesis di dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lemak dalam jumlah yang berbeda pula (Almatsier, 2009).

Partikel-partikel lipoprotein memiliki sifat khusus dan berbeda pada proses

pembentukan arterosklerosis, tubuh membentuk 4 (empat) jenis lipoprotein meliputi :

1. Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lemak dari saluran cerna yang berasal dari makanan ke seluruh tubuh. Lemak yang diangkut terutama trigliserida. Kilomikron diabsorbsi melalui dinding usus halus dan ke dalam


(34)

sintesis limfe untuk kemudian masuk dalam vena besar dan seterusnya masuk ke aliran darah

2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Very low density lipoprotein disintesis di hati, berfungsi untuk transport lemak. Di dalam darah VLDL mengalami lipolisis sehingga berubah menjadi remnant yang kaya akan kolesterol. VLDL disebut juga kolesterol jahat karena

dalam pembuluh darah akan membentuk plak pada dinding arteri. Plak akan

bercampur dengan protein dan kalsium dan hal ini yang menyebabkan

aterosklerosis yang dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung. 3. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL disintesis di dalam hati dan usus, setelah HDL disekresikan ke dalam darah, akan mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan kilomikron dan VLDL. Fungsi utama HDL adalah membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati. Proses penggangkutan kolesterol dari ekstra hepatik ke hati diduga merupakan mekanisme utama HDL untuk melindungi tubuh terhadap proses terjadinya aterosklerosis. HDL adalah kolesterol yang menguntungkan dan melindungi dan disebut juga kolesterol baik. Dalam tubuh berperan sebagai pelindung.

4. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL membawa kolesterol ke jaringan perifer, sebagai komponen struktur membran sel dan pembentukan hormon steroid. LDL masuk ke dalam sel dan mengakibatkan peningkatan kolesterol di dalam sel. Peningkatan LDL di dalam plasma darah mengakibatkan LDL teroksidasi oleh radikal bebas, LDL teroksidasi


(35)

selanjutnya diserap oleh makroflag dan kemudian membentuk sel busa ini yang menyebabkan pembentukan plak aterosklerosis (Manurung, 2004).

Tabel 2.2. Kadar Kolesterol Darah dalam mg/dl

No Jenis Kolesterol Diinginkan Diwaspadai Berbahaya

1 Kolesterol Total < 200 200-239 > 240

2 Kolesterol LDL < 130 130-159 160

3 Kolesterol HDL > 45 36-44 < 35

4 Trigliserida < 200 200-399 > 400

Sumber : Depkes, 2007

2.3. Konsumsi Pangan yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah

Konsumsi pangan yang sehat memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, apa yang kita makan dapat memengaruhi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa konsumsi pangan dengan tinggi kalori dan lemak berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol darah. Keadaan ini akan berbanding lurus dengan terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan oleh sebab itu upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit jantung

koroner melalui pengaturan pola makan dalam tubuh lebih umum dikenal intake

makanan (Soekidjo, 2007). Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi dan lemak tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadan ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis.

Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah adalah penyempitan atau

penyumbatan pada pembuluh darah jantung berbentuk luka goresan (plak). Proses

terjadinya plak ini tenjadi oleh karena penumpukan lemak. Pada mulanya berbentuk

endapan lunak, dengan proses yang lama mengakibatkan endapan tersebut menjadi


(36)

koroner. Obesitas dapat juga menyebabkan kolesterol total dan LDL tinggi yang mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Konsumsi pangan yang berlebih yang berhubungan dengan peningkatan kolesterol dalam darah menghasilkan kadar lipid dalam darah. Komposisi makanan seimbang yang menghasilkan kalori terdiri atas sumber karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak tidak lebih dari 25 %. Jumlah kalori yang dibutuhkan setiap hari disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Berikut hubungan Pola konsumsi makanan dengan kolestrol darah total :

2.3.1. Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah

Karbohidrat dalam makanan pada umunya dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu padi-padian, atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula.

Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. Karbohidrat menyediakan energi bagi tubuh. 1(satu) gram karbohidrat menghasilkan 4 (empat) kalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk hal ini akan meningkatkan kolesterol darah total dalam tubuh.


(37)

Menurut Grundy (1998) dalam buku gizi dan pangan, konsumsi tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Efek karbohidrat tersebut dipengaruhi jenisnya, karbohidrat sederhana lebih besar untuk meningkatkan kadar trigliserida dibandingkan dengan yang kompleks.

2.3.2. Hubungan Lemak dengan Kolesterol Darah

Lemak pada makanan membuat rasa lebih gurih dan enak. Lemak terbagi atas lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Akan tetapi asupan lemak memberi sumbangan yang besar terhadap peningkatan kolesterol dalam darah. Sumber utama lemak dan lipida adalah minyak dan tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarin dan lemak hewan. Fungsi lemak sebagai sumber energi merupakan sumber energi yang paling padat. Dalam 1 (satu) gram menghasilkan 9 (sembilan) kalori, yaitu dua setegah kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai simpanan lemak, merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi. Pengaruh lemak terhadap kesehatan bahwa, akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah apabila berlebih dan tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui feces, urine dan kelenjar. Kondisi ini tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah.

Hasil penelitian Jonnalagadda dkk (1996) konsumsi tinggi asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol plasma, diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari total kalori terjadi peningkatan kolesterol darah sebanyak


(38)

1,9 mg/dl. Menurut National Cholesterol Education Program (NCEP) menganjurkan untuk membatasi konsumsi asam lemak jenuh <10% total kalori dan jika kadar kolesterol masih tinggi dianjurkan untuk mengurangi sampai 7% dari total kalori (Manurung, 2004)

2.3.3. Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah

Bahan makanan sumber protein terdiri dari bahan makanan protein hewani dan nabati. Berbagai penelitian memperlihatkan konsumsi protein hewani yang lebih cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan bahan makanan sumber protein nabati dapat mencegah dislipidemia karena kandungan serat dan asam lemak tak jenuhnya (Manurung, 2004)

Kelebihan kalori yang disebabkan konsumsi protein yang berlebihan juga dapat meningkatkan sintesis asam lemak sehingga dapat menyebabkan dislipidemia. Dalam hal ini, sumber karbonya membentuk asetil menjadi asetoasetil selanjutnya membentuk kolesterol.

2.4. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetika dan keadan fisiologis seperti ibu hamil dan menyususi. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang digunakan sebagai standart guna mencapai status gizi.


(39)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. Nilai angka kecukupan gizi untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi. Oleh karena itu asupan di bawah nilai angka kecukupan gizi tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi makin jauh di bawah nilai tersebut risiko yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan.

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (energi) rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa kelompok umur 30-64 tahun.

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per hari ) Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun

No Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi

1 Pria :

30-49 tahun 50-64 tahun

62 62

165 165

2350 2250 2 Wanita

30-49 tahun 50-64 tahun

55 55

156 156

1800 1750

Sumber : Almatsier, 2009

2.5. Metode Penilaian Konsumsi Pangan

Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi pangan individu. Penilaian asupan zat gizi individu ditujukan untuk


(40)

mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Gibson, 1990)

Menurut Gibson metode penilaian komsumsi pangan individu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1) Metode konsumsi harian kuantitatif dan (2) Metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan. Kedua metode ini memperoleh informasi retrospektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok pangan spesifik. Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi.

Metode yang dipakai dalam penentuan asupan kebiasaan pangan tingkat

individu dapat dibedakan atas 6 metode yaitu (1) Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method) (2) Metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours

recall method) (3) Metode pencatatan makanan (food record method) (4) Metode

penimbangan pangan (weighedfood method) (5) Metode frekuensi konsumsi pangan

(food frequency method) (6) Metode riwayat makanan (dietary history). (siagian, 2010).

Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus digali dari subjek penelitian, metode konsumsi pangan yang dipakai adalah metode

ingatan 24 jam (24-hour food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan (food

frequensi) (Basuki, 2000).

1. Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method)

Dalam metode ingatan 24 jam digunakan untuk megetahui kuantitas


(41)

recall 24 jam. Pada metode ini responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu, dimulai dari sejak dia bangun tidur pagi sampai tidur malam harinya. Untuk membantu mengingat dan

menentukan jumlah yang dimakan, biasanya menggunakan alat bantu food model.

Ketetapan model ini tergantung daya ingat responden dan kemampuan/keahlian pewawancara untuk membantu responden mengingat jenis dan banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi . Metode ingatan 24 jam jika dilakukan satu hari tidak dapat menggabarkan informasi rata-rata konsumsi. Sebaiknya dilakukan minimal 2x24 dengan selang watu 2 hari.

Frekuensi pengukuran yang diperlukan tergantung pada tingkat keakuratan hasil yang diinginkan. Dalam menggunakan metode ini harus memperhitungkan pengaruh akhir minggu, musim dan liburan karena akan berpengaruh pada asupan pangan. Untuk mensiasati dapat menyediakan perkiraan asupan pangan nasional.

2. Metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method)

Metode food frequency pangan adalah metode untuk mengatahui kebiasaan

konsumsi pangan dari individu dalam jangka waktu tertentu. Prinsip pendekatan frekuensi makanan dalam kaitan antara asupan pangan dengan timbunya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang yaitu, minggu, bulan atau tahun. Merupakan paparan yang lebih bermakna dibandingkan asupan pada beberapa

hari. Dalam menggunakan metode food frequency perlu diperhatikan faktor-faktor

seperti daftar bahan makanan yang akan ditanyakan, lamanya periode yang dimasukkan dalam perhitungan (Gibson, 1990).


(42)

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Pola konsumsi pangan PNS dapat dilihat dari jenis makanan, frekuensi makanan, konsumsi energi dan lemak. Hal ini diduga menyebabkan terjadinya peningkatan kolesterol darah total. Jika peningkatan kolesterol darah total terus terjadi keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner, tetapi dalam penelitian ini terjadinya penyakit jantung koroner tidak diteliti.

Pola Konsumsi Pangan PNS Umur 30 tahun keatas :

1. Jenis Makanan 2. Frekuensi Makanan

3. Konsumsi Energi dan Lemak

Kolesterol Darah

Total

Penyakit Jantung Koroner


(43)

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka dapat dibuat hipotesa penelitian sebagai berikut :

1. Ha : Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total

Ho : Tidak ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total

2. Ha : Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total

Ho : Tidak hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total

3. Ha : Ada hubungan asupan asam lemak jenuh (ALJ) dengan tingkat kolesterol

darah total

Ho : Tidak ada hubungan asupan asam lemak jenuh (ALJ) dengan tingkat kolesterol darah total.

4. Ha : Ada hubungan asupan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) dengan tingkat

kolesterol darah total

Ho : Tidak ada hubungan asupan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) dengan tingkat kolesterol darah total.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian deskriptif dengan

rancangan penelitian pengamatan sesaat (cross sectional), yaitu dengan

menggambarkan hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2. Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan di Jalan Siborong-borong Ujung Komplek Perkantoran Tano Tubu Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi penelitian dengan dasar pertimbangan tingginya kejadian peningkatan kolesterol darah total pada pemeriksaan kolesterol yang dilakukan pada tahun 2009 dan tahun 2010 dari 34 orang PNS yang berusia 30 tahun ke atas sebanyak 26 orang (71%) dengan kolesterol darah total >200 mg/dl pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan dan penelitian hubungan antarapola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol ini belum pernah dilakukan sehingga peneliti ingin mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.


(45)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2010 sampai dengan bulan Agustus 2011.

3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan dengan usia 30 tahun ke atas yang berjumlah 34 orang. Pemilihan usia 30 tahun ke atas dengan pertimbangan berdasarkan pemeriksaan kolesterol yang dilakukan sebelumya pada PNS di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah usia 30 tahun ke atas dan dianggap pada usia ini risiko terjadinya peningkatan kolesterol dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling), yaitu

sebanyak 34 orang.

3.4. Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer meliputi data responden yang diperoleh secara langsung di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu :


(46)

2. Data konsumsi pangan didasarkan pada metode food recall 24 jam, sedangkan frekuensi makanan dan jenis makanan diperoleh melalui wawancara dengan

menggunakan formulir food frequency;

3. Data kolesterol darah total diperoleh melalui pengukuran langsung dengan

menggunakan Benechede Monitoring.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data jumlah pegawai negeri sipil diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan data gambaran umum Kabupaten Humbang Hasundutan diperoleh dari Profil Humbang Hasundutan Dalam Angka .

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Kuesioner, yang berisi data identitas diri responden

2. Formulir food recall

3. Formulir food frequency

4. Monitoring Benechede (merk Nesco) untuk mengukur kolesterol darah

total

5. Food model

6. DKBM

3.6. Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola konsumsi pangan yang dilihat dari jenis makanan, frekuensi makanan, dan konsumsi energi. Variable


(47)

dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kolesterol darah total dan merupakan variabel pendukung yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner.

3.6.2. Defenisi Operasional

1. Responden adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Umur adalah ulang tahun terakhir responden pada saat penelitian

dilakukan.

3. Pola konsumsi pangan adalah suatu keadaan yang menggambarkan jenis,

frekuensi dan jumlah energi yang dikonsumsi oleh responden.

4. Jenis makanan adalah berbagai macam bahan makanan yang dikonsumsi

pegawai negeri sipil dalam sehari

5. Frekuensi makanan adalah keacapan mengonsumsi makanan oleh pegawai

negeri sipil

6. Konsumsi energi adalah jumlah energi (kalori) yang diperoleh dari

makanan yang dikonsumsi oleh pegawai negeri sipil dalam sehari.

7. Kolesterol darah total adalah jumlah kolesterol darah total dalam darah

yang diperiksa setelah puasa minimal 10 jam.

3.7. Aspek Pengukuran

1. Pola Konsumsi Pangan

Pengukuran pola konsumsi pangan dilakukan dengan wawancara

menggunakan formulir food recall 24 jam selama 2 hari dengan selang


(48)

a. Jenis makanan terdiri dari; makanan pokok, sayuran, lauk pauk, buah-buahan serta makanan lain yang dikonsumsi termasuk makanan ringan dan minuman.

b. Frekuensi makanan yang terdiri dari; nasi, sayuran, lauk pauk,

buah-buahan dengan melihat hasil formulir frekuensi makanan Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

- 1x/hari

- 2-3x/hari

- 1-3x/minggu

- 1-2 x/bulan

- Tidak pernah

c. Konsumsi energi dan lemak diperoleh melalui food recall 2 kali 24

jam dan hasil analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan lemak. Tingkat kecukupan energi dan lemak dengan menggunakan rumus (Supriasa dkk, 2001) :

Jumlah konsumsi

Tingkat kecukupan energi = --- x 100% Kecukupan yang dianjurkan

Dikategorikan menjadi :

- Defisit : < 70 %

- Kurang : 70 - 80 % AKG

- cukup : 80 – 99 % AKG


(49)

d. Asupan Lemak yang dianjurkan dengan konposisi (WHO, 1990) :

- ALJ (Asam lemak jenuh) : 10% dari kalori total

- ALTJ (Asam lemak tidak jenuh) : 7% dari kalori total

2. Tingkat kolesterol darah total

Diperoleh dengan pengukuran langsung menggunakan monitoring

Benechede oleh analis kesehatan pegawai kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Kolesterol darah total di kategorikan menjadi (Depkes, 2007) :

- Diinginkan : < 200 mg/dl

- Diwaspadai : 200-239 mg/dl

- Berbahaya : ≥ 240 mg/dl

3.8. Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Metode Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Data yang dikumpulkan segera diperiksa dan diperbaiki dengan cara memeriksa jawaban yang kurang.

2. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan maka data ditabulating dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(50)

3.8.2. Metode Analisa Data

Data yang sudah terkumpul, diolah dan kemudian dianalisa secara deskriptif. Sedangkan untuk menguji hipotesis variabel penelitian dianalisis dengan

menggunakan uji chi-square atau exact fisher pada taraf kepercayaan 95% sehingga

diketahui ada hubungan antar variabel penelitian. Apabila probabilitas (p) lebih kecil

dari α (p<0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan beralamat di Jalan Siborong-borong Ujung Komplek Perkantoran Tano Tubu Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Wilayah kerja administrasi Dinas Kesehatan terdiri dari : 10 Kecamatan, 12 Puskesmas, 143 Desa dan 1 Kelurahan.

Visi Dinas Kesehatan adalah sebagai penggerak pembangunan kesehatan menuju terwujudnya Humbang Hasundutan sehat, adapun misi Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah untuk memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, memberdayakan masyarakat dan daerah, melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional.

Jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja pada Dinas Kesehatan berjumlah 47 orang, dan terdapat 34 orang yang berusia 30 tahun keatas. Aktivitas pekerjaan sehari-hari PNS melakukan pekerjaan lebih banyak beraktivitas di dalam gedung kantor dari pada luar gedung kantor. Jam kerja yang diperkenankan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab PNS dimulai dari jam 08.00 sampai jam 16.00 WIB.


(52)

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang. Adapun karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 No Karakteristik Responden n %

1. Umur Responden

- 30-39 19 59,9

- 40-49 14 41,2

- >50 1 2,9

Jumlah 34 100,0

2. Jenis Kelamin

- Laki-laki 16 47,1

- Perempuan 18 52,9

Jumlah 34 100,0

3. Tingkat Pendidikan

- SMU 4 11,8

- Akademi (SMU) 9 26,4

- S1 17 50,0

- S2 4 11,8

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa karakteristik responden menurut umur, yang lebih banyak pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 19 orang (59,9%) dibandingkan kelompok umur responden yang lain. Kelompok umur yang paling sedikit pada umur >50 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,9%). Umur responden antara umur 30 tahun sampai dengan 52 tahun.

Karakteristik responden menurut jenis kelamin lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (52,9%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (47,1%).


(53)

Untuk karakteristik responden menurut tingkat pendidikan lebih banyak pada tingkat pendidikan S1 sebanyak 17 orang (50%) dan yang paling sedikit dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang (11,8%).

4.3. Pola Konsumsi Pangan Responden

Pola konsumsi pangan responden meliputi jenis dan frekuensi makanan

yang diperoleh melalui alat ukur formulir food frequency dan jumlah makan yang

diperoleh dengan menggunakan alat ukur metode food recall 24 jam.

4.3.1. Jenis dan Frekuensi Makanan

Jenis bahan makanan yang dikonsumsi terdiri dari bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan jenis-jenis lain. Jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh PNS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(54)

Tabel 4.2. Distribusi Jenis Bahan Makanan Dan Frekuensi Makanan Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

JENIS BAHAN MAKANAN

FREKUENSI MAKANAN

JUMLAH

1x/hr 2-3x/hr 1-3x/mgg 1-2x/bln Tidak pernah

n % n % n % n % n % n % Makanan Pokok :

- Nasi - Mie - Singkong - Roti

5 4 1 8 14,7 11,8 2,9 23,5 29 0 0 2 85,3 0,0 0,0 5,9 0 18 7 15 00, 52,9 20,6 44,1 0 9 8 8 0,0 26,5 23,5 23,5 0 3 18 1 0,0 8,8 52,9 2,9 34 34 34 34 100,0 100,0 100,0 100,0 Lauk Pauk :

- Ayam - Daging babi - Daging kuda - Telur Ayam - Ikan asin - Ikan segar

- Udang/cumi/kepiting - Hati/ampela - Tahu/tempe

2 0 1 2 10 14 0 1 1 5,9 0,0 2,9 5,9 29,4 41,2 0,0 2,9 2,9 0 0 0 0 0 9 1 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 26,5 2,9 0,0 0,0 19 16 9 25 14 10 3 5 25 55,9 47,1 26,5 73,5 41,2 29,4 8,8 14,7 73,5 11 13 14 4 9 1 28 11 5 32,4 38,2 41,2 11,8 26,5 2,9 82,4 32,4 14,7 2 5 10 3 1 0 2 17 3 5,9 14,7 29,4 8,8 2,9 0,0 5,9 50,0 8,8 34 34 34 34 34 34 34 34 34 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sayur :

- Daun ubi - Bayam - Kangkung - Sawi - Buncis

- Kacang panjang - Wortel

- Nangka muda - Tomat - Kol - Timun

4 4 3 19 0 0 4 1 12 1 2 11,8 11,8 8,8 55,9 0,0 0,0 11,8 2,9 35,9 2,9 5,9 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 5,9 0,0 0,0 2,9 0,0 0,0 0,0 0,0 22 21 22 11 22 26 19 7 21 13 21 64,7 61,8 64,7 32,4 64,7 76,5 55,9 20,6 61,8 38,2 61,8 6 9 8 2 7 8 10 8 1 14 7 17,6 26,5 23,5 5,9 20,6 23,5 29,4 23,5 2,9 41,2 20,6 2 0 1 0 5 0 0 18 0 6 4 5,9 0,0 2,9 0,0 14,7 0,0 0,0 52,9 0,0 17,6 11,8 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Buah :

- Pisang - Jeruk - Pepaya - Nenas - Alpukat 

13 6 4 1 0 38,2 17,6 11,8 2,9 0,0 4 1 0 0 0 11,8 2,9 0,0 0,0 0,0 16 21 15 9 8 47,1 61,8 44,1 26,5 23,5 0 6 13 12 17 0,0 17,6 38,2 35,3 50,0 1 0 2 12 19 2,9 0,0 5,9 35,3 26,5 34 34 34 34 34 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Lain-Lain : A.Minuman : - Susu Skim - Susu Ful cream - Susu kedelai - Teh manis - Kopi

- Minuman bersantan - es cream

B. Makanan - Gorengan

- Makanan Bersantan - Sate

- Bakso

13 4 1 10 2 0 0 8 0 0 0 38,2 11,8 2,9 29,4 5,9 0,0 0,0 23,5 0,0 0,0 0,0 1 0 0 10 4 0 0 1 0 0 0 2,9 0,0 0,0 29,4 11,8 0,0 0,0 2,9 0,0 0,0 0,0 5 3 5 2 6 11 3 24 17 6 4 14,7 8,8 14,7 5,9 17,6 32,4 8,8 70,6 50,0 17,6 11,8 0 11 6 8 6 17 14 1 15 25 23 0,0 32,4 17,6 23,5 17,6 50,0 41,2 2,9 44,1 73,5 67,6 15 16 22 4 16 6 17 0 2 3 7 44,1 47,1 64,7 11,8 47,1 17,6 50,0 0,0 5,9 8,8 20,6 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


(55)

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa responden mengkonsumsi setiap jenis bahan makanan (bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah, dan jenis lainnya) secara bergantian dengan frekuensi makanan beragam sebagai berkut :

Dari hasil penelitian berdasarkan jenis dan frekuensi bahan makanan pokok bahwa, hampir seluruh responden mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok yaitu sebanyak 29 orang (85%) dengan frekuensi makan 2-3x/hari. Mie dan roti jarang dikonsumsi responden. Untuk bahan makanan pokok singkong sebayak 18 orang (52,9%) tidak pernah mengkonsumsi bahan pokok tersebut.

Untuk jenis bahan makanan lauk pauk, responden lebih sering mengkonsumsi ikan basah sebanyak 14 orang (41,2%) dengan frekuensi 1x/hari, sedangkan untuk konsumsi daging yaitu daging ayam sebanyak 19 orang (55,9%), daging babi sebanyak 16 orang(47,1%), daging kuda sebanyak 9 orang (26,5%) dan telur ayam sebanyak 25 orang (73,5%) dengan frekuensi makan 1-3x/minggu,

Pada jenis bahan makanan sayuran, yang paling sering dikonsumsi responden adalah sawi dengan frekuensi 1x1hr sebanyak 19 orang (55,9%), daun ubi, bayam, kangkung, buncis, kacang panjang dan timun dengan frekuensi 1-3x/minggu , rata-rata konsumsi responden sebanyak 23 orang (66,9%) sedangkan untuk konsumsi sayur nangka muda sebanyak 18 orang (52,9%) tidak pernah mengkonsumsi.

Untuk konsumsi jenis bahan makanan buah, 13 orang (38,2%) makan buah

pisang dengan frekuensi 1x/hari dan 16 orang (47,1%) dengan frekuensi 1-3x/minggu, sedangkan jeruk sebanyak 21 orang (61,8%) dan pepaya sebanyak


(56)

Jenis bahan makanan lain-lain, responden minuman susu skim sebanyak 13 orang (38,2%) dan teh manis sebanyak 10 orang (29,4%) dengan frekuensi 1x/hari. Untuk makanan gorengan sebanyak 24 orang (70,6%) dan makanan bersantan 17 orang (50 %) dengan frekuensi 1-3x/minggu.

4.4. Konsumsi Energi dan Lemak

Dari hasil penelitian diperoleh konsumsi energi responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

No Konsumsi Energi n %

1. Konsumsi Energi

- Kurang

- Cukup

1 11

2,9 32,4

- Baik 22 64,7

Jumlah 34 100,0

2. Konsumsi Energi Lemak

- Kurang 4 11,8

- Cukup 2 5,9

- Baik 28 82,4

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa konsumsi energi responden lebih banyak pada kategori konsumsi energi baik sebanyak 22 orang (64,7%) dan paling sedikit dengan kategori kurang sebanyak 1 orang (2,9%). Adapun jumlah asupan energi responden paling minimum sebanyak 1313 kkal dan maksimum yang dikonsumsi sebanyak 3248 kkal.

Distribusi responden berdasarkan konsumsi energi lemak lebih banyak pada kategori baik sebanyak 28 orang (82,4%) dan paling sedikit dengan kategori cukup


(57)

sebanyak 2 orang (5,9%). Jumlah lemak yang dikonsumsi yang paling minimum sebanyak 37 kkal dan yang paling maksimum dikonsumsi sebanyak 165 kkal.

4.5. Asupan Lemak

Dari hasil penelitian diperoleh asupan lemak jenuh (ALJ) dan asupan lemak tidak jenuh (ALTJ) responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

No Asupan Lemak n %

1. Asam lemak jenuh

- < 10 % - > 10 %

1 33

2,9 97,1

Jumlah 34 100,0

2. Asam lemak tidak jenuh

- < 7 % 15 44,1

- > 7 % 19 55,9

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat asupan asam lemak jenuh (ALJ) lebih banyak pada konsumsi >10% dengan jumlah 33 orang (97,1%) dan asupan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) lebih banyak pada konsumsi >7% yaitu sebanyak 19 orang (55,9%)

4.6. Tingkat Kolesterol Darah Total

Dari hasil pemeriksaan kolesterol darah total diperoleh tingkat kolesterol darah total reponden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut .

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

No Tingkat Kolesterol Darah Total n %

1. Diinginkan (<200 mg/dl) 7 20,6

2. Diwaspadai (>200-239 mg/dl) 16 47,0

3. Berbahaya (≥240 mg/dl) 11 32,4


(58)

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa tingkat kolesterol darah total lebih banyak terdapat pada kategori diwaspadai (>200 -239 mg/dl) sebanyak 16 orang (47%) dan paling sedikit dengan kategori diinginkan (<200 mg/dl) sebanyak 7 orang (20,6%).

Dari hasil pemeriksaan kolesterol darah total yang telah dilakukan, didapat kolesterol darah total yang paling minimum sebanyak 159 mg/dl dan paling maksimum 352 mg/dl. Rata-rata tingkat kolesterol darah total responden adalah 230,5 mg/dl.

Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Jenis Kelamin Pada PNS Di Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

No Tingkat Kolesterol Darah Total

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

n % n % n %

1. Diinginkan (<200 mg/dl) 2 5,9 5 14,7 7 20,6

2. Diwaspadai (>200-239 mg/dl) 7 20,6 9 26,5 16 47,1

3. Berbahaya (≥240 mg/dl) 7 20,6 4 11,8 11 32,4

Jumlah 16 47,1 18 52,9 34 100

Dari tabel 4.6.dapat dilihat bahwa tingkat kolesterol darah total diinginkan (<200 mg/dl) lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang (14,7%), diwaspadai (>200-239 mg/dl) lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak

9 orang (26,5%) dan berbahaya (≥240 mg/dl) lebih banyak pada jenis kelamin


(59)

Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Tingkat Umur Pada PNS Di Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

Dari tabel 4.7.dapat dilihat bahwa tingkat kolesterol darah total diinginkan (<200 mg/dl) lebih banyak pada tingkat umur 30-39 tahun sebanyak 4 orang (11,8%), diwaspadai (>200-239 mg/dl) lebih banyak pada tingkat umur 30-39 tahun

sebanyak 11 orang (32,4%) dan berbahaya (≥240 mg/dl) lebih banyak pada tingkat

umur 40-49 tahun sebanyak 7 orang (20,6%).

4.7. Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

Dari analisa data hubungan konsumsi energi dan lemak yaitu energy total, energi yang bersumber dari lemak total, asupan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total, ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Tingkat Kolesterol Darah Total

Tingkat Umur (Tahun)

Jumlah

30-39 40-49 >50

n % n % n % n %

1. Diinginkan (<200 mg/dl) 4 11,8 3 8,8 0 0,0 7 20,7

2. Diwaspadai (>200-239 mg/dl) 11 32,4 4 11,8 1 2,9 16 47,1

3. Berbahaya (≥240 mg/dl) 4 11,8 7 20,6 0 0,0 11 32,4


(60)

Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

No Konsumsi Energi Tingkat Kolesterol Darah Total p Diinginkan Diwaspadai Berbahaya 1. Konsumsi Energi

0,302

- Kurang 1 0 0

- Cukup 3 5 3

- Baik 3 11 8

Jumlah 7 16 11

2. Konsumsi Energi Lemak

0,001

- Kurang 3 1 0

- Cukup 2 0 0

- Baik 2 15 11

Jumlah 7 16 11

3. Asam Lemak Jenuh

0,137

- < 10% 1 0 0

- > 10% 6 16 11

Jumlah 7 16 11

4. Asam Lemak Tidak jenuh

0,003

- < 7% 7 4 4

- > 7% 0 12 7

Jumlah 7 16 11

Berdasarkan tabel 4.8. hasil penelitian hubungan konsumsi energi dengan

tingkat kolesterol darah total, berdasarkan hasil uji exact fisher didapat nilai p=0,302

menunjukkan ho diterima, artinya tidak ada hubungan konsumsi energi dengan

tingkat kolesterol darah total.

Hubungan konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total hasil uji exact fisher nilai p=0,001 menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total.


(61)

Hubungan asupan ALJ dengan tingkat kolesterol darah total hasil uji exact fisher nilai p=0,137 menunjukkan ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara asupan ALJ dengan dengan tingkat kolesterol darah total.

Hubungan asupan ALTJ dengan tingkat kolesterol darah total hasil uji exact

fisher nilai p=0,003 menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara asupan ALTJ dengan dengan tingkat kolesterol darah total.


(62)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden Pada PNS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Berdasarkan hasil penelitian pada PNS dapat dilihat bahwa karakteristik umur bervariasi antara 30 tahun sampai umur 52 tahun. Kelompok umur yang lebih banyak pada umur 30-39 tahun yaitu sebesar 59,9%, sedangkan yang paling sedikit >50 tahun yaitu sebesar 2,9%. Umur merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan pada PJK, sehingga dianggap perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini sebelum meninmbulkan gejala atau penyakit seperti PJK. Menurut para ahli kesehatan jantung disarankan untuk umur 30 tahun ke atas untuk melakukan general cek-up, karena dianggap pada usia ini resiko untuk mengalami PJK sudah ada.

Jenis kelamin responden lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 52,9% dan laki-laki sebesar 47,1% ini menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan yang mendominasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Selain umur, jenis kelamin juga merupakan faktor resiko PJK yang tidak dapat dikendalikan. Kolesterol darah dihasilkan oleh hormon tyroid dan estrogen. Hal ini yang menyebabkan perempuan mengalami perlindungan oleh hormone esteron terhadap risiko penyakit jantung dan kolesterol darah lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Sedangkan untuk tingkat pendidikan sebagian besar dengan pendidikan S1 sebanyak 50% dan yang paling sedikit tingkat pendidikan SMA sebanyak 11,8%.


(63)

5.2. Jenis dan Frekuensi Makan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundun Tahun 2011.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan untuk jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi (85%) dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Mie dan roti dikonsumsi sebagian sebagai makanan pengganti nasi atau makanan penambah nasi pada waktu tertentu saja. Konsumsi mie dalam bentuk kering dan basah diolah dengan direbus, digoreng atau menggunakan santan. Untuk roti dalam bentuk roti kering (biskuit atau crackers) dan berbagai jenis kue. Untuk konsumsi singkong/ubi sebesar 52,9% tidak pernah mengkonsumsi.

Bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi, dianggap yang terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan makanan pokok juga dianggap terpenting, karena bila suatu susunan makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap, dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang (Sediaoetama, 2006).

Lauk pauk lebih banyak memilih ikan basah (41,2%) dengan frekuensi 1 kali per hari dalam bentuk ikan digoreng dan digulai. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lauk pauk yang bersumber dari hewani dikonsumsi, telur (73,5%), daging ayam (55,9%) dan daging babi (47,1%) dengan frekuensi 1-3 kali per minggu. Diketahui bahwa konsumsi lemak yang bersumber dari lemak hewani sering sehingga asupan lemak dari makanan ini tinggi. Keadaan ini juga diperberat dengan cara pengolahan bahan makanan dengan menggunakan minyak dan santan, sehingga


(1)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TAHUN 2011

A. DATA UMUM

No. / Kode responden : Tanggal wawancara :

Alamat :

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Kolesterol Darah Total :


(2)

Lampiran 2

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Nama Sampel : No. :

Hari /tanggal :

URT = Ukuran Rumah Tangga, misalnya : piring, sendok, gelas.

Waktu Makan Jenis Bahan Makanan Jumlah

URT Gram PAGI (Sarapan)

Jam :

SIANG Jam :

MALAM Jam :


(3)

Lampiran 3

FORMULIR FREKUENSI MAKANAN

Nama Sampel : No. :

Tanggal :

Hari :

JENIS BAHAN MAKANAN FREKUENSI MAKANAN

1x/h 2-3x/h 1-3x/mgg 1-2x/bulan Tdk Pernah

Bahan Makanan Pokok : 1. Nasi

2. Mie

3. Singkong/ubi 4. Roti/biskuit

Lauk Pauk : 1. Ayam

2. Daging babi

3. Daging kerbau/kuda 4. Telur

5. Ikan asin 6. Ikan segar

7. Udang/cumi/kepiting 8. Hati/ampla

9. Tahu 10. Tempe

Sayuran : 1. Daun ubi 2. Bayam 3. Kangkung 4. Sawi 5. Buncis

6. Kacang panjang 7. Wortel

8. Nangka muda 9. Tomat

10. Kol 11. Timun


(4)

Buah : 1. Pisang 2. Jeruk 3. Pepaya 4. Nenas 5. Alpukat

Lain-Lain : A.Minuman :

1. Susu Skim 2. Susu full cream 3. Susu kedelai 4. Teh manis 5. Kopi

6. Minuman bersantan 7. Es Cream

B.Makanan 1.Gorengan

2.Makanan bersantan 3.Sate


(5)

LAMPIRAN

FOTO PENELITIAN


(6)

WAWANCARA DENGAN MENGGUNAKAN KUESIONER FORMULIR FOOD


Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kolesterol Drah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

1 43 93

Gambaran Pola Konsumsi Makanan Keluarga Dan Kadar Iodium Dalam Garam Di Daerah Endemis Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Tahun 2000

2 30 64

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)

2 72 82

Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Di Pematangsiantar)

1 62 103

Konsumsi Pangan Keluarga Dan Pola Pangan Harapan (PPH) Di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie

1 31 54

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Terhadap Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Terhadap Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

0 3 6

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 2 11

RUP Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 1