BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia saat ini mengalami permasalahan beban ganda dalam menghadapi masalah gizi. Dimana ketika permasalahan gizi kurang belum teratasi, muncul
permasalahan baru yaitu permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, sedangkan gizi lebih sering dianggap sebagai
sinyal awal dan munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratifnon infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Tingginya prevalensi penyakit degeneratif
menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia Hanan, 2005. Penyakit degeneratif disebut juga penyakit kronik yaitu penyakit jantung
koroner PJK, diabetes militus, hipertensi dan kanker. Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data Survey Kesehatan
Rumah Tangga SKRT tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian
akibat penyakit jantung hanya 5,9, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1, tahun 1986 melonjak menjadi 16 dan tahun 1995 meningkat menjadi 19. Sensus
nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 Depkes, 2001 dan sampai
dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 dari sebab kematian laki-laki usia menegah Anis, 2006
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO PJK adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan
proses penyakit pada sistem nadi koroner, dan menurut American Heart Association AHA, PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah
arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi
kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung yaitu yang memberi pasokan zat makanan dan oksigen ke otot-otot jantung terutama bilik kiri
yang memompa darah ke seluruh tubuh, jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian Fahmi, 2004.
Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang dapat dikendalikan dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus,
kegemukan dan stres dan yang tidak dapat dikendalikan jenis kelamin, umur dan keturunan. Dari faktor-faktor di atas upaya penanggulangan dan pencegahan utama
PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan terutama mengendalikan energi lemak dan kolesterol, memperbanyak konsumsi serat
yang bersumber dari sayur dan buah-buahan. Oleh karena itu semakin banyak konsumsi makanan berlemak maka, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan
kadar kolesterol dalam darah Soeharto, 2004. Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua
sumber yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol
dalam darah terutama yang bersumber dari hewani. Keadaan ini yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
proses patologis sehingga mengakibatkan PJK. Oleh karena itu kadar kolesterol dalam darah menentukan seseorang menderita PJK. Kolesterol darah tersebut adalah
kolesterol darah total, HDL, LDL dan trigliserida. Secara klinis kolesterol darah total digunakan sebagai tolak ukur yang menghubungkan propillipid dengan risiko PJK.
Kriteria hasil pengukuran kolesterol darah total adalah : 1 Diinginkan 200 mgdl dan diharapkan masih aman, 2 Diwaspadai 200-239 mgdl kadar yang sudah
mulai meningkat dan mulai sudah diwaspadai untuk dikendalikan dan 3 Berbahaya ≥240 mgdl kadar yang tertinggi dan merupakan salah satu kriteria dislipidemia
yang menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan aterosklerosis dan menjadi faktor risiko pada PJK. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, setiap penurunan
kadar kolesterol sebesar 1 akan menurunkan risiko PJK sebesar 2 Anwar, 2004. Penelitian kolesterol darah total 160 mgdl dipertengahan umur dewasa memberi
kontribusi yang rendah terhadap risiko PJK Semiardji, 2003. Banyak hal yang diduga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah
diantaranya konsumsi pangan mengandung asam lemak jenuh, karbohidrat, kebiasaan olahraga, obesitas, kebiasaan minum alkohol, pemakaian kontrasepsi, merokok, dan
diabetes militus. Adapun pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar kolesterol darah telah diteliti oleh Mensink dan Katan 1988, Mensink dkk 1989, Grundy dkk
1988, Groff Hunt 1995 dan Kriss-Etherton dkk 1999. Penelitian-penelitian tersebut membandingkan pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak tak jenuh
tunggal 15-27 dari kalori total dibandingkan dengan diet rendah asam lemak 7-12 dari kalori total terhadap kadar kolesterol darah total. Hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
tersebut menyimpulkan dengan asupan asam lemak 15 dari kalori total dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Penelitian Tala 2001 di Kecamatan Mampang Prapatan mendapatkan sekitar 24 subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai kadar
kolesterol darah total 240 mgdl dan asupan lemak jenuh 3,3-9 dari kalori total. Penelitian Hatma 2001 mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna antara
asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau. Saat ini di masyarakat ada keyakinan bahwa, diet rendah lemak dapat
mengurangi risiko PJK, tanpa melihat jenis lemaknya sehingga, asupan lemak dapat menjadi kurang dari kebutuhan kalori dan hal tersebut dapat menyebabkan penurunan
kadar kolesterol dalam darah Supari, 2001. Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat
kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Berdasarkan hasil
general chek-up yang dilaksanakan oleh PT Asuransi Kesehatan Askes pada PNS dengan kriteria; berusia diatas 30 tahun dan bekerja
pada Kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2009 diperoleh hasil yaitu, dari 545 orang PNS sebanyak 64 PNS dengan kolesterol darah total
200 mgdl Laboratorium Prodia. Pada tahun 2010, dari 608 orang PNS sebanyak 76 dengan kolesterol darah total 200 mgdl Laboratorium Thamrin. Jika dilihat
data diatas bahwa, terjadi peningkatan kolesterol darah total sebesar 12. Dari data PNS yang mengikuti pemeriksaan pada tahun 2009 dan 2010, bila dibandingkan
dengan PNS yang berada di semua kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang
Universitas Sumatera Utara
Hasundutan, PNS di Dinas Kesehatan dengan jumlah 34 orang mengikuti secara rutin general cek-up. Dari 34 orang PNS sebanyak 71 kolesterol darah total 200 mgdl.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, sekitar 80 PNS menggunakan sarana
kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi, makan siang dan sebagian makan malam.
Gambaran konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor dari jenis makanan seperti nasi, daging dan ikan goreng atau berkuah santan. Rendahnya konsumsi serat yang
diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan jenis makanan pokok nasi yang dikonsumsi dengan frekuensi 3x1hari dan jumlah konsumsi energi rata-rata yang
dianjurkan sehari dapat diduga melebihi dari kebutuhan. Disamping itu adanya kebiasaan minum kopi atau teh setiap hari yang disediakan kantor untuk PNS dan ini
dicurigai menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi energi dan lemak yang mengakibatkan peningkatan kolesterol darah total pada PNS di Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan. Sementara pencegahan utama untuk PJK adalah pengaturan pola konsumsi pangan yang baik.
Berdasarkan hal di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total
pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi
Universitas Sumatera Utara
pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian