Latar Belakang Hubungan Pola Konsumsi pangan dengan Tingkat Kolesterol Darah Total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia saat ini mengalami permasalahan beban ganda dalam menghadapi masalah gizi. Dimana ketika permasalahan gizi kurang belum teratasi, muncul permasalahan baru yaitu permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, sedangkan gizi lebih sering dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratifnon infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Tingginya prevalensi penyakit degeneratif menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia Hanan, 2005. Penyakit degeneratif disebut juga penyakit kronik yaitu penyakit jantung koroner PJK, diabetes militus, hipertensi dan kanker. Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data Survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1, tahun 1986 melonjak menjadi 16 dan tahun 1995 meningkat menjadi 19. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 Depkes, 2001 dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 dari sebab kematian laki-laki usia menegah Anis, 2006 Universitas Sumatera Utara Menurut WHO PJK adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner, dan menurut American Heart Association AHA, PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung yaitu yang memberi pasokan zat makanan dan oksigen ke otot-otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian Fahmi, 2004. Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang dapat dikendalikan dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus, kegemukan dan stres dan yang tidak dapat dikendalikan jenis kelamin, umur dan keturunan. Dari faktor-faktor di atas upaya penanggulangan dan pencegahan utama PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan terutama mengendalikan energi lemak dan kolesterol, memperbanyak konsumsi serat yang bersumber dari sayur dan buah-buahan. Oleh karena itu semakin banyak konsumsi makanan berlemak maka, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol dalam darah Soeharto, 2004. Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua sumber yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah terutama yang bersumber dari hewani. Keadaan ini yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara proses patologis sehingga mengakibatkan PJK. Oleh karena itu kadar kolesterol dalam darah menentukan seseorang menderita PJK. Kolesterol darah tersebut adalah kolesterol darah total, HDL, LDL dan trigliserida. Secara klinis kolesterol darah total digunakan sebagai tolak ukur yang menghubungkan propillipid dengan risiko PJK. Kriteria hasil pengukuran kolesterol darah total adalah : 1 Diinginkan 200 mgdl dan diharapkan masih aman, 2 Diwaspadai 200-239 mgdl kadar yang sudah mulai meningkat dan mulai sudah diwaspadai untuk dikendalikan dan 3 Berbahaya ≥240 mgdl kadar yang tertinggi dan merupakan salah satu kriteria dislipidemia yang menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan aterosklerosis dan menjadi faktor risiko pada PJK. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, setiap penurunan kadar kolesterol sebesar 1 akan menurunkan risiko PJK sebesar 2 Anwar, 2004. Penelitian kolesterol darah total 160 mgdl dipertengahan umur dewasa memberi kontribusi yang rendah terhadap risiko PJK Semiardji, 2003. Banyak hal yang diduga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah diantaranya konsumsi pangan mengandung asam lemak jenuh, karbohidrat, kebiasaan olahraga, obesitas, kebiasaan minum alkohol, pemakaian kontrasepsi, merokok, dan diabetes militus. Adapun pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar kolesterol darah telah diteliti oleh Mensink dan Katan 1988, Mensink dkk 1989, Grundy dkk 1988, Groff Hunt 1995 dan Kriss-Etherton dkk 1999. Penelitian-penelitian tersebut membandingkan pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak tak jenuh tunggal 15-27 dari kalori total dibandingkan dengan diet rendah asam lemak 7-12 dari kalori total terhadap kadar kolesterol darah total. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara tersebut menyimpulkan dengan asupan asam lemak 15 dari kalori total dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian Tala 2001 di Kecamatan Mampang Prapatan mendapatkan sekitar 24 subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai kadar kolesterol darah total 240 mgdl dan asupan lemak jenuh 3,3-9 dari kalori total. Penelitian Hatma 2001 mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna antara asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau. Saat ini di masyarakat ada keyakinan bahwa, diet rendah lemak dapat mengurangi risiko PJK, tanpa melihat jenis lemaknya sehingga, asupan lemak dapat menjadi kurang dari kebutuhan kalori dan hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol dalam darah Supari, 2001. Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Berdasarkan hasil general chek-up yang dilaksanakan oleh PT Asuransi Kesehatan Askes pada PNS dengan kriteria; berusia diatas 30 tahun dan bekerja pada Kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2009 diperoleh hasil yaitu, dari 545 orang PNS sebanyak 64 PNS dengan kolesterol darah total 200 mgdl Laboratorium Prodia. Pada tahun 2010, dari 608 orang PNS sebanyak 76 dengan kolesterol darah total 200 mgdl Laboratorium Thamrin. Jika dilihat data diatas bahwa, terjadi peningkatan kolesterol darah total sebesar 12. Dari data PNS yang mengikuti pemeriksaan pada tahun 2009 dan 2010, bila dibandingkan dengan PNS yang berada di semua kantor Pemerintahan Kabupaten Humbang Universitas Sumatera Utara Hasundutan, PNS di Dinas Kesehatan dengan jumlah 34 orang mengikuti secara rutin general cek-up. Dari 34 orang PNS sebanyak 71 kolesterol darah total 200 mgdl. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, sekitar 80 PNS menggunakan sarana kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi, makan siang dan sebagian makan malam. Gambaran konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor dari jenis makanan seperti nasi, daging dan ikan goreng atau berkuah santan. Rendahnya konsumsi serat yang diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan jenis makanan pokok nasi yang dikonsumsi dengan frekuensi 3x1hari dan jumlah konsumsi energi rata-rata yang dianjurkan sehari dapat diduga melebihi dari kebutuhan. Disamping itu adanya kebiasaan minum kopi atau teh setiap hari yang disediakan kantor untuk PNS dan ini dicurigai menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi energi dan lemak yang mengakibatkan peningkatan kolesterol darah total pada PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sementara pencegahan utama untuk PJK adalah pengaturan pola konsumsi pangan yang baik. Berdasarkan hal di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi Universitas Sumatera Utara pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kolesterol Drah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

1 43 93

Gambaran Pola Konsumsi Makanan Keluarga Dan Kadar Iodium Dalam Garam Di Daerah Endemis Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Tahun 2000

2 30 64

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)

2 72 82

Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Di Pematangsiantar)

1 62 103

Konsumsi Pangan Keluarga Dan Pola Pangan Harapan (PPH) Di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie

1 31 54

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Terhadap Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Terhadap Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

0 3 6

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 2 11

RUP Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 1