Produktivitas Kerja Pegawai PENYAJIAN DATA

144 hal mengingatkan peraturan instansi, bahkan hanya kadang-kadang diberikan sosialisasi oleh atasan perihal adanya kebijakan atau peraturan baru terkait kepentingan instansi. Hal ini jelas mampu menyebabkan miskomunikasi antar pegawai. Kurangnya komunikasi yang baik dapat menyebabkan ketidaknyamanan individu dalam bekerja. Atasan yang kurang terbuka dengan bawahannya akan sulit mendapatkan kepercayaan dari bawahannya, demikian pula sebaliknya.

5.2. Produktivitas Kerja Pegawai

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden dapat diketahui bahwa produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata juga berada pada kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa pegawai telah mampu menunjukkan hasil kerja yang cukup baik meskipun perlu diadakan evaluasi dan perbaikan secara menyeluruh. Adapan produktivitas kerja ini meliputi kemampuan, hasil kerja, meningkatkan hasil yang dicapai, semangat kerja, serta mutu. Jika dilihat dari kemampuan yang dimiliki pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias bisa dikatakan cukup baik. Karena mayoritas responden sebanyak 28 orang atau 62,22 menyatakan bahwa bidang pekerjaan yang digeluti saat ini sesuai dengan keahlian mereka. Namun, perlu diperhatikan oleh atasan, bahwa sebanyak 9 orang atau 20,00 menyatakan kurang sesuai dan 3 orang atau 6,67 menyatakan keahlian mereka tidak sesuai dengan bidang pekerjaan yang mereka geluti saat ini. Kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan tentu didasari oleh keahlian yang mereka miliki. Jika keahlian tidak sesuai, maka daya yang ada pun lemah untuk mengerjakan tugas yang diembankan kepada mereka. Hal ini terkait dengan pertanyaan mengenai 145 frekuensi mengeluh saat diberikan tugas yang sulit oleh atasan. Mayoritas responden sebanyak 19 orang atau 42,22 memang menyatakan jarang mengeluh. Namun, sebanyak 16 orang atau 35,56 menyatakan kadang-kadang mengeluh dan 3 orang atau 6,67 menyatakan sering mengeluh. Keluhan biasanya terjadi ketika individu merasa tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh instansi, baik secara fisik dan terkhusus secara mental dan kreatifitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, peneliti menemukan kenyataan bahwa formasi penetapan dan reshuffle pegawai negeri sipil di Kabupaten Nias yang membuat beberapa pegawai mau tidak mau harus bekerja sesuai dengan ketetapan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Prinsip “the right man on the right place” adalah salah satu prinsip yang dapat digunakan jika pemerintah menginginkan suatu organisasi yang dalam hal ini adalah satuan kerja perangkat daerah SKPD dapat produktif. Hasil kerja diperoleh ketika rangkaian pekerjaan menunjukkan progress yang diharapkan, baik itu secara efektifitas dan efisiensinya. Hasil kerja yang baik adalah pekerjaan yang dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan target yang diberikan instansi. Berdasarkan jawaban dari mayoritas responden sebanyak 22 orang atau 48,89 menyatakan bahwa mereka sering menyelesaikan pekerjaannya tepat pada waktunya. Di urutan kedua responden sebanyak 10 orang atau 22,22 menyatakan hanya kadanng-kadang saja mampu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Pekerjaan yang terbengkalai menunjukkan tren negatif dalam hal produktivitas pegawai. Meskipun demikian, mayoritas responden sebanyak 21 orang atau 46,67 menyatakan bahwa hasil pekerjaan mereka sesuai 146 dengan keinginan organisasi. Hasil pekerjaan dalam hal ini merujuk pada target pencapaian atau produk yang dihasilkan oleh pegawai. Dari segi meningkatkan hasil yang dicapai, peneliti melihat apakah para pegawai berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Hasil yang baik tidak hanya memuaskan yang menghasilkan tetapi instansi juga akan merasa puas terhadap pegawai yang menghasilkannya. Disini peneliti membuat dua petanyaan untuk indikator ini yaitu apakah pegawai menerima beban kerja yang lebih banyak sejak awal bekerja hingga saat penelitian ini dilakukan serta pertanyaan tentang apakah pegawai pernah mengulang kembali pekerjaan yang telah diselesaikan karena hasil kerja dinilai masih memiliki kesalahan. Dari jawaban mayoritas responden sebanyak 21 orang atau 46,67 menyatakan bahwa mereka sering menerima beban kerja yang lebih banyak dibanding yang sebelumnya. Menerima beban kerja yang lebih banyak menunjukkan adanya produktivitas yang tinggi yang mampu menarik perhatian dan kepercayaan dari atasan untuk memberikan kepada pegawai yang bersangkutan tanggung jawab lebih. Meskipun demikian, masih ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang bahkan tidak pernah menerima beban kerja yang lebih banyak dibanding sebelumnya. Kenyataan ini menunjukkan sebagian responden memiliki semangat yang biasa dalam memperbaiki diri untuk meningkatkan hasil yang telah dicapai. Sehingga kurang terlihat adanya peningkatan yang signifikan dari pekerjaan yang telah dilakukan. Hasil penelitian untuk pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan berikutnya yaitu tentang mengulang kembali pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan karena dinilai 147 masih memiliki kesalahan. Mayoritas responden sebanyak 19 orang atau 42,22 menyatakan jarang, dan sebanyak 14 orang atau 31,11 menyatakan bahwa kadang-kadang mereka harus mengulang kembali pekerjaan mereka. Mengulang pekerjaan adalah suatu inisiatif yang baik karena mampu mendapatkan hasil yang lebih baik, akan tetapi jika terjadi secara berulang-ulang maka akan berpengaruh pada pekerjaan yang lain. Semangat kerja merupakan usaha untuk lebih baik hari ini dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada hari sebelumnya. Instansi akan mencapai sasaran dengan baik jika pegawainya melakukan sesuatu dengan semangat. Karena semangat kerja memberikan kekuatan kepada pegawai untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu dengan baik. Dilihat dari data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias dalam bekerja cukup bersemangat. Hal ini terlihat dari jawaban responden sebanyak 16 orang atau 35,56 menyatakan semangat dalam meingkatkan kinerja esok hari dan sebanyak 22 orang atau 48,89 menyatakan senang dalam melakukan pekerjaan mereka. Pengembangan diri adalah salah satu indikator produktivitas kerja yang menekankan kepada perihal meningkatkan kemampuan yang telah dikuasai. Pengembangan diri dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan harapan terhadap apa yang akan dihadapi dalam dunia pekerjaan. Mayoritas responden sebanyak 19 orang atau 42,22 menyatakan kadang-kadang mau mengambil keputusan yang berat diantaranya keputusan yang mengandung resiko 148 dan tantangan. Hal ini dipengaruhi oleh organisasi pemerintahan yang telah diatur secara sistematis yang mengecilkan kemungkinan pegawai mampu mengembangkan diri dengan baik. Meskipun demikian, perubahan akan kebijakan selalu dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki tatanan pemerintahan serta pelayanan kepada publik. Oleh karena itu, alangkah baiknya hal tersebut diseimbangkan dengan pegawai yang secara terus menerus mengembangkan kemampuannya. Dari segi mutu, peneliti mencoba melihat apakah pegawai selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kerjanya, apakah lebih baik daripada yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Disini peneliti membuat beberapa pertanyaan untuk mengukur mutu kerja yang dihasilkan pegawai. Terlihat dari data yang telah dikumpulkan bahwa mutu kerja pegawai di Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias tergolong cukup baik. Hal ini terlihat dari jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan tentang hasil pekerjaan yang memuaskan semua pihak, sebanyak 18 orang atau 40,00 menyatakan sering memuaskan dan sebanyak 18 orang juga menyatakan kadang-kadang hasil pekerjaannya dapat memuaskan semua pihak. Sebanyak 20 orang atau 44,44 menyatakan kadang-kadang mendapatkan pujian atas kualitas pekerjaannya, bahkan 16 orang atau 35,56 menyatakan sering diberikan pujian. 5.3. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias ` Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara penerapan budaya organisasi X dengan produktivitas kerja pegawai Y, maka dapat dilihat dengan 149 menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh penerapan budaya organisasi X terhadap produktivitas kerja pegawai Y, maka digunakan rumus koefisien determinan.

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias, maka digunakan rumus product moment. rxy = { } { } 2 2 2 2 ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − Y Y n X X n Y X XY n dimana diketahui bahwa : ∑x : 4158 ∑y : 1966 ∑xy : 182835 ∑ : 386436 ∑ : 87238 N : 45 Maka : rxy = { } { } 2 2 2 2 ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − Y Y n X X n Y X XY n rxy = rxy = rxy = rxy = rxy = rxy = 0,6781903652 rxy = 0,678 pembulatan 150 Hasil perhitungan korelasi tersebut sebesar 0,678 bernilai positif, dari hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh adalah positif r = +. Hal ini berarti ada hubungan antara budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias. Dengan hasil perhitungan yang positif mengartikan bahwa kenaikan variabel yang satu akan diikuti dengan kenaikan variabel lainnya dan kedua variabel memiliki hubungan positif 32 . Hubungan yang positif tersebut memberikan kesimpulan bahwa semakin baik adanya organisasi yang ada maka semakin tinggi produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias. Dari perhitungan korelasi di atas dapat diperoleh r hitung 0,678, bila dibandingkan dengan nilai r tabel untuk n = 45 dan kesalahan 5 maka r tabel = 0,294. Dengan demikian korelasi 0,678 itu signifikan 33 Interval Koefisien . Selanjutnya untuk dapat memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan tersebut, maka digunakan penafsiran interpretasi angka seperti pada tabel di bawah ini: Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat Kuat 32 Sugiyono, Op.Cit, hal.14. 33 Lihat penjelasan tentang uji signifikansi pada Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Cetakan ke-19 Bandung, Alfabeta, 2011, hal. 215. 151 Melalui interpretasi diatas dapat diketahui bahwa tingkat pengaruh budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias berada pada kategori tinggi. Dari hasil rxy sebesar 0,678 maka menurut interpretasi di atas jelas menunjukkan adanya korelasi antara budaya organisasi yang ada dengan produktivitas kerja pegawai.

2. Uji Signifikansi

Untuk menguji pengaruh budaya organisasi X dengan produktivitas kerja pegawai Y, maka diadakan pengujian dengan rumus “t” yaitu: Harga t hitung adalah 6,054 dan jika dilihat dari tabel t lihat lampiran untuk kesalahan 5 dan dk = 45 – 2 = 43, maka didapat ttabel = 1,679. Berdasarkan ketentuan uji hipotesis : a Jika harga t hitung t tabel , maka Ho Hipotesa Nol ditolak dan Ha Hipotesa Alternatif diterima, artinya ada pengaruh signifikan 152 antara budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias. b Jika harga t hitung t tabel , maka Ho Hipotesa Nol diterima dan Ha Hipotesa Alternatif ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias. Dengan membandingkan antara t hitung dengan nilai 6,054 dan t tabel 1,679, maka dapat diketahui bahwa t hitung t tabel 6,054 1,679, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada dampak yang signifikan antara budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias.

3. Koefisien Determinan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi variabel X terhadap produktivitas kerja pegawai variabel Y dapat dihitung dengan rumus koefisien determinan, yaitu dengan cara mengkuadratkan keofisien korelasi r yang didapat lalu dikalikan 100. Dengan nilai r sebesar 0,678, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: D = 100 2 x rxy D = x 100 D = 45,9684 153 Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias adalah sebesar 45,9684 dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 154

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan