Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini menghasilkan dunia yang tunggal. Dunia tunggal dimana terjadi saling ketergantungan antara aspek kehidupan politik, ekonomi dan budaya pada masyarakat dunia. Kemanusiaan yang semula kumpulan statistik atau kategori filosofi dan ideologis, sekarang berubah menjadi kesatuan sosiologis yang mencakup seluruh umat manusia. Tumbuh satuan masyarakat dalam suatu sistem global baik dibidang politik seperti PBB, NATO dan sebagainya. Di bidang ekonomi terjadi peran koordinasi dan integrasi supranasional seperti OPEC, EFTA dan sebagainya, dan dibidang kultur, media massa mengubah dunia, muncul bahasa global dan budaya massa tertentu. Tantangan yang harus diwaspadai oleh organisasi di era globalisasi saat ini adalah menyangkut masalah ekologi, sistem pengupahan, kebijakan personalia, jenis konsumen, pengembangan organisasi, keseimbangan perekonomian dan kebijakan nasional hingga internasional. Tantangan keberagaman tersebut tertuju pada tataran individual, tataran kelompok, maupun tataran sistem yang mengerucut pada masalah kebudayaan dalam organisasi. Jika diamati di Indonesia menunjukkan disatu sisi banyak organisasi yang telah menetapkan budaya organisasinya namun masih lemah dalam menerapkan di organisasi, disisi lain kenyataan juga menunjukkan bahwa lebih banyak organisasi yang belum mempunyai dan menetapkan budaya organisasinya ketimbang yang sudah menerapkan sehingga mempengaruhi laju tumbuhnya organisasi. Fenomena 2 tersebut menyiratkan kurangnya kesadaran akan fungsi, peran dan manfaat budaya organisasi bagi proses tumbuh kembangnya setiap organisasi sehingga banyak organisasi yang gagal bersaing dengan organisasi lainnya bahkan organisasi bubar ditengah perjalanan dalam mewujudkan visi dan misinya. Budaya organisasi dapat merupakan kekuatan namun dapat pula menjadi kelemahan bagi organisasi. Budaya merupakan kekuatan apabila mempermudah dan memperlancar proses komunikasi, mendorong berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang efektif, memperlancar jalannya pengawasan dan menumbuhkan semangat kerjasama dan memperbesar komitmen pada organisasi yang pada gilirannya budaya meningkatkan efisiensi organisasi. Budaya organisasi dapat menjadi sumber kelemahan apabila keyakinan dan suatu sistem nilai yang dianut tidak seirama dengan tuntutan strategi organisasi. Keberhasilan suatu organisasi atau institusi ditentukan oleh dua faktor utama yakni sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, saran dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor utama tersebut sumber daya manusia atau karyawan lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya sumber daya yang memadai, baik jumlah kuantitas maupun kemampuannya kualitas, maka niscaya organisasi tersebut tidak dapat berhasil mewujudkan visi misi dan tujuan organisasinya. Kualitas sumber daya manusia atau karyawan tersebut diukur dari kinerja karyawan tersebut performance atau produktivitasnya. Budaya organisasi merupakan perpaduan berbagai aktivitas individu yang sering muncul dalam pertemuan sosial organisasi. Perpaduan tersebut menjadi 3 suatu rancangan yang dapat disetujui secara formal dalam rapat organisasi maupun tercipta secara tidak langsung. Budaya organisasi memberikan pengaruh yang cukup penting dalam kepribadian setiap individu. Oleh karena itu, bergabung dalam suatu organisasi memerlukan adaptasi yang cukup bagi seseorang untuk dapat membiasakan diri dengan budaya yang telah ada. Hal tersebut dapat menjadi sebuah kesulitan jika seseorang memiliki arah pandang yang berbeda dengan cara berpikir organisasi. Budaya yang baik dapat membawa seseorang yang berkualitas mencapai titik tertingginya. Sebaliknya, jika budaya organisasi lemah, dapat membawa pengaruh buruk bagi seseorang. Kecuali jika ia memiliki pendirian yang teguh tentang sesuatu hal. Budaya organisasi merupakan salah satu peluang untuk membangun sumber daya manusia melalui aspek perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan tantangan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang budaya organisasinya kuat, nilai-nilai bersama dapat dipahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan oleh sebagian besar anggota organisasi pegawaikaryawan. Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan. Budaya organisasi dapat ditemukan disetiap organisasi pemerintahan, organisasi swasta, profit dan non profit, dan sebagainya. Sebagaian besar budaya organisasi dapat dirancang oleh pimpinan organisasi beserta dengan jajaran pengurusnya. Rancangan tersebut tentunya disesuaikan dengan visi misi, serta hasil akhir yang ingin dicapai. Permasalahan yang sering muncul adalah saat seorang pucuk pimpinan organisasi 4 tidak dapat memberikan teladan yang baik bagi bawahannya dengan melanggar kesepakatan-kesepakatan. Kepercayaan anggota dapat berkurang sehingga menimbulkan suasana organisasi yang kurang sehat. Anggota organisasi juga menjadi salah satu penyebab masalah organisasi. Permasalahan yang sering ditemukan dilapangan adalah saat seorang pegawai tidak datang tepat waktu, bolos saat jam kerja, melakukan aktivitas lainnya saat pekerjaan organisasi atau instansinya seharusnya menjadi prioritas utama, bahkan mengulur-ulur waktu dalam mengerjakan urusan organisasi atau instansi. Hal tersebut menyebabkan beberapa instansi pemerintah pada era modernisasi ini mulai menggalakkan peraturan tegas bagi pegawai yang melanggar peraturan. Contohnya kepemimpinan Bapak Basuki Cahya Purnama di pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang langsung menindak anggota instansi jika diketahui bolos saat jam kerja, atau dinilai memiliki kinerja yang tidak baik. Budaya organisasi telah hadir sebagai bagian dari sinergi yang menghasilkan perkembangan dan kemajuan organisasi. Budaya organisasi berkaitan erat dengan komponen organisasi lainnya, seperti struktur dan strategi organisasi. Artinya, untuk memperoleh hasil sinergi yang optimal bagi perkembangan organisasi harus ada keselarasan antara strategi bagaimana organisasi mencapai tujuan, struktur bagaimana bentuk organisasi dapat mendukung pencapaian tujuan, dan kultur bagaimana tindakan yang benar untuk mencapai tujuan. Jadi, budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi karyawan untuk berperilaku positif, dedikatif dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak tampak 5 tapi merupakan kekuatan yang mendorong perilaku untuk menghasilkan efektivitas kinerja. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan efisiensi dalam berbagai bentuk. Karena itu, memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas merupakan tolak ukur keberhasilan dalam optimalisasi sumber daya organisasi. Apabila produktivitasnya tinggi atau bertambah, dinyatakan berhasil. Namun apabila lebih rendah dari standar atau menurun dikatakan tidak atau kurang sukses. Produktivitas merupakan sebuah alat rangkuman tentang jumlah dan kualitas performa pekerjaan, dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Filosofi mengenai produktivitas mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya. Banyak orang yang berpendapat bahwa semakin besar produksinya semakin besar produktivitasnya. Para pakar pada umumnya sependapat, bahwa produktivitas ialah output per unit, atau output dibagi input, atau rasio antara output dengan input. Produktivitas tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan berbagai variabel, dan pembicaraan tentang produktivitas sering dikaitkan dengan etos kerja, budaya perusahaan, kemakmuran, motivasi, dan sebagainya 1 1 Eddy Sutrisno, Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 208 6 Produktivitas yang tidak maksimal dapat dipengaruhi oleh kepribadian pegawai yang kurang bertanggung jawab atas tugas-tugas yang telah diberikan kepada mereka. Banyak pegawai yang lebih memprioritaskan pekerjaan lain diluar pekerjaannya dalam instansi tetapnya. Para pegawai tidak melaksanakan disiplin kerjanya dengan baik, kurang mengikuti prosedur kerja yang ada, kurang menyadari tanggung jawabnya masing-masing, dan kurang mematuhi peraturan yang ada. Kerja yang bermalas-malasan ataupun korupsi jam kerja dari yang semestinya, bukanlah menunjang pembangunan tetapi menghambat kemajuan yang mestinya dicapai. Bertolak dari kenyataan rendahnya tingkat produktivitas serta komitmen pegawai terhadap pekerjaan, sistem layanan masyarakat yang kurang menguntungkan. Maka setiap organisasi yang terlibat khususnya dalam instansi pemerintahan perlu memperbaiki dan melakukan penataan. Perlunya meningkatkan produktivitas kerja dengan memperkecil terjadinya penyimpangan- penyimpangan merupakan agenda penting bagi pemerintah. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias merupakan unsur pelaksana pemerintah Kabupaten Nias di bidang pemberdayaan sumber daya manusia serta pengelolaan wisata. Dinas ini berkedudukan di Jalan Pembangunan nomor 38 Kecamatan Gido Kabupaten Nias. Beranggotakan pegawai sebanyak 35 orang, Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan ini memiliki tujuan yang tercantum dalam misinya yaitu “Mewujudkan obyek wisata unggulan berwawasan lingkungan dengan melestarikan keragaman budaya, serta memperdayakan potensi pemuda dan olahraga yang produktif, inovatif dan prestatif”. Demi terwujudnya visi tersebut tentu suatu instansi seperti Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan ini menginginkan agar seluruh 7 pegawainya dapat bekerja secara produkutif. Apabila memiliki sumber daya manusia yang produktif, instansi tersebut dapat menciptakan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Sumber daya manusia yang produktif didapatkan apabila memiliki budaya organisasi yang kuat. Untuk mendapatkan keselarasan antara sumber daya manusi, produktivitas dan pencapaian tujuannya, Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias menerapkan beberapa prinsip seperti fokus pada tujuan, disiplin, kejujuran, integritas, kerjasama yang sinergis, dan 3K keterbukaan, komunikasi dan koordinasi. Meskipun demikian, beberapa masalah yang mencuat di Kabupaten Nias adalah rendahnya kualitas dibidang olahraga, kurangnya inisiatif dan pergerakan pemuda dalam berkontribusi untuk pembangunan serta sarana dan prasarana pariwisata yang tidak memenuhi standar. Setiap adanya perhelatan olahraga seperti turnamen sepak bola, volly, bulutangkis dan sebagainya, Kabupaten Nias hanya mampu mengirim sedikit perwakilan dan tidak berhasil meraih kejuaraan ditingkat Provinsi. Pariwisata di Kabupaten Nias seperti pemandian air panas Bomboakhu, Pantai Bozihona, Gua Togindrawa, Pantai Simanaere bahkan belum mendapat sentuhan perawatan dari Pemerintah melalui Dinas ini. Contohnya wisata air panas Mbomboaukhu hingga tahun 2015 ini dibangun dari sumbangsih warga. Dan dikelola sendiri oleh warga. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, betapa pentingnya faktor budaya organisasi dalam memberikan pengaruh yang besar terhadap produktivitas pegawai, maka hal tersbut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Pegawai Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias” 8 selaku instansi pemerintahan yang melaksanakan tugas dalam memberikan pelayanan dalam pengelolaan, pemanfaatan, perizinan pengembangan kawasan wisata, serta pemberdayaan manusia di Kabupaten Nias.

1.2 Perumusan Masalah