Perkembangan Film Di Indonesia

seolah-olah hidup. 34 Film kartun juga disebut sebagai film animasi film animasi memanfaatkan gambar lukisan maupun benda-benda mati yang lain, seperti; boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi seperti halnya Mickey Mouse, Donald Duck dan Sincan 35 Adapun jenis-jenis film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat diklasifikasikan kepada : 1. Drama : adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sifat drama : romance, tragedy dan komedi. 2. Realisme : adalah film yang mengandung relevansi dengan kehidupan keseharian. 3. Film sejarah : melukiskan kehidupan tersohor dan peristiwanya. 4. Film perang : mengambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau setelahnya. 5. Film futuristik : mengambarkan masa depan secara khayali. 6. Film anak : mengupas kehidupan anak-anak. 7. Cartoon : cerita bergambar yang mulanya lahir dari media cetak yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board melainkan gambar yang sangup bergerak dengan teknik animation atau single stroke operation. 8. Adventure : film pertarungan, tergolong film klasik. 9. Crime story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. 10. Film seks : menampilkan erotisme. 11. Film misterihoror : mengupas terjadinya fenomena supranatural yang menimbulkan rasa wonder, heran, takjub dan takut. 36

3. Perkembangan Film Di Indonesia

a. Awal Hadirnya Film di Indonesia Sesungguhnya film di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang, di Indonesia film dimulai sejak tahun 1926, 37 oleh dua orang perintis orang- orang Eropa kebangsaan Belanda, yaitu F. Carli 1927, G. Kruger dan Haeuveldrop. Menurut sejarah perfilman Indonesia, film pertama di negeri ini 34 Effendy, Ilmi Teori, h. .216. 35 Sumarno, Dasar-Dasar, h. 17. 36 Kusnawan,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 101. 37 Umar Kayam, “Budaya Massa Indonesia”, Prisma LP3ES, November 1981, h. 13. berjudul “Lely dan Java” diproduksi di Bandung oleh David. 38 Dan untuk pertama kali tercatat dalam surat kabar De Locomotief edisi september 1926, yaitu Loetoeng Kasaroeng oleh Haeuveldrop, menurut catatan De Prearger film ini merupakan film cerita yang pertama yang dibuat di Indonesia dan diputar di kota tempat pembuatnya, yaitu bioskop Elita dan Oriental, berikutnya mereka membuat Eulis Atjih, lalu Bung Amat Tangkap Kodok kruger, karina Carli, Lari Arab kruger. Eulis Atjih membuka munculnya film Nyi Dasima yang mengambarkan kehidupan Indonesia dan Belanda. Setelah pembuatan film yang dilakukan oleh orang-orang Eropa, namun selanjutkan oleh orang-orang pedagang Tionghoa diperluas dan film dijadikan barang komersial yang menguntungkan, tidak heran karena orang Tionghoa sudah terjun dalam perdagangan film impor. Tetapi menurut Armijn Pane dalam produksi film Tjerita Indonesia, perusahaan peranakan ini terjun menjadi produser ketika seorang peranakan ikut main dalam film Naik Djadi Dewa. 39 Perusahaan film pada waktu itu yang terkenal berasal dari Tionghoa keluarga The, membentuk Jacarta Film Co yang dikenal dengan Wong Bersaudara. Kemudian terus berkembang hingga banyak menghasilkan film- film seperti Pareh Mannus Franken, Terang Bulan 1937, Fatimah 1938 dan lainnya. Di penghujung tahun 1941 Perang Asia Timur Raya pecah, dunia film pun berubah wajah perusahaan film, seperti Wong Brothers, South Pacific, dan Multi film diambil alih Jepang, ketika pemerintah Belanda sebagai penguasa di Indonesia menyerah kalah kapada balatentara Jepang. 38 Effendy, Ilmu Teori, h. 217. 39 Phil Bactiar, Sejarah Media Massa, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2000, h. 8.3. Pada massa itu film dikuasai oleh Jepang ia ingin mempropaganda kehebatan bangsanya melalui kesenian khusunya film. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan Keiin Bunka Shidoso dengan maksud untuk merangkul empat bidang kesenian yaitu, kesustraan, kesenian, ukiran dan lukisan. Dan akhirnya didirikan organisasi khusus mengatur film pada oktober 1942 Jawa Eiga Kosha perusahaan film jawa, Nippon Eiga Sha. b. Perkembangan Film di Indonesia setelah berdirinya NKRI 1. Priode 1950-1962 Sesudah negara NKRI berdiri, mulailah kehidupan baru dalam perfilman Indonesia, karena baru muncul perusahaan produksi film milik pribumi Indonesia sendiri, seperti Haji Usmar Ismail dan Jamaludin. Mereka mempuyai cita-cita untuk mempertinggi kesenian dan teknik film Indonesia agar mendapat penghargaan dari masyarakat. Beberapa film dan organisasi film yang berdiri pada saat itu adalah : PERFINI Perusahaan Film Nasional dengan pemimpin Usmar Ismail, Soemanto, Djojokoesoemo. PERSARI Persatuan Artis Republik Indonesia di bawah pimpinan Djamaloedin Malik. Pada tahun 1952 berdiri Surya Film Tranding, dan pihak penguasa Tionghoa muncul Ksatrya Dharma Film. Sedangkan Banteng Film campuran dari orang Indonesia dengan Tionghoa. Dari segi finansial Tionghoa memiliki dan yang kuat sehingga mereka mampu membuat film dan memuternya di bioskop- bioskop. Namun di tengah persaingan produsen-produsen Indonesia mempuyai keberanian untuk menyewa studio yaitu ; perusahaan Perfini dengan film pertama darah dan doa The long march. PERSARI berhasil mambuat cerita pertamanya sedap malam. Namun perusahaan ini lebih memperhitungkan segi komersial saja dibandingkan dengan perusahaan film lainnya. Dunia perfilman akhirnya disemarakkan dengan adanya festival film Indonesia FFI yang pertama berlangsung dari tanggal 30 Maret - 5 april 1955 dari sini maka timbulnya berbagai organisasi- organisasi perfilman lainnya. 2. Periode 1962-1965 Zaman keemasan perfilman secara kuantitatif bermula pada tahun 1960 dengan 38 judul, dan secara kualitatif bermula pada film Usmar Ismail. Namun sebenarnya masa keemasan hanya sekejap saja, sebab tahun 1962 tercatat kemunduran dratis. Kemunduran film ini tidak lepas dari ketegangan politik di tanah air, sehingga banyak orang-orang politik masuk dalam dunia perfilman. Maka jelas mereka lebih banyak keinginan politik dibandingkan membagun industri film. 3. Priode 1965-1970 Priode ini dengan munculnya pemerintahan Orde Baru yang masih memberlakukan hukum darurat perang. Dalam keadaan stabilitas politik yang sering berubah-ubah, maka hal ini sangat menentukan maju dan mundurnya dunia perfilman. Film nasional yang diproduksi tahun 1965 halnya 18 judul antar lain; Bergema, Liburan Seniman, Insane Bahari, Karma, Darah Nelayan dan lainnya. Di tahun ini bioskop mulai melirik bangunan fisik dan fasilitas yang bagus untuk menarik khalayak. 4. Priode 1970-Sekarang Pada periode ini teknologi canggih media visual mulai merambah ke Indonesia seperti Vidio Tape dan pada tahun 1980 menjadi persaingan dengan dunia film nasional maupun bioskop nasional. Persaingan ini merambah dengan adanya pembajakan film dalam bentuk kaset, sehingga masyarakat juga memiliki video dan hal ini menjadi penurunan terhadap pembioskopan. Dan mengatasi persaingan ini, para pengusaha film bergabung dalam persatuan perusahaan film Indonesia PPFI. Persaingan ini semakin ketat dengan hadirnya teknologi HDTV High devinition television. Terus berkembang dengan mulai hadirnya Televisi swasta seperti ; RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan TV yang berkembang sampai saat ini. 40

C. Film Sebagai Media Transmisi Nilai