Pengertian Film Sekilas Tentang Film

memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral itu berlaku pada nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental. Kesadaran moral berkaitan erat dengan hati nurani. Dalam keadaan moral itu mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan suatu tindakan bermoral. Kedua, kesadaran moral berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objketif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku ada waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral yang dapat muncul dalam bentuk kebebasan. 18

B. Sekilas Tentang Film

1. Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret atau tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. 19 Namun secara sederhana film hanyalah susunan gambar yang ada dalam selluloid, kemudian diputar dengan mengunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, bisa ditafsirkan dalam berbagai makna. Ia menawarkan berbagai pesan dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. 20 Menurut UU perfilman No 8 tahun 1992 karya cipta budaya yang merupakan media komunikasi massa dipandang, didengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, 18 Ibid 19 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : Balai Puataka, 2002, h. 316 20 Gatoto Prakoso, Film Pinggiran – Ontologi Film pendek, Eksperimental dan Dokumenter. FFTV – IKJ dengan YLP, Fatma Press, h. 22 piringan video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik atau proses lainnya. 21 Banyak defenisi film yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Alex Shobur 2003, bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevasi antara film dengan realitas kehidupan. 22 Dan menurut Onong Uchana Effendy 2000, film merupakan media bukan saja sebagai hiburan tetapi juga sebagai penerangan dan pendidikan. Para ahli bahasa merumuskan film sebagai “gambaran hidup” artinya, gambar yang dihidupi atau kehidupan yang dilayarkan dalam gambar-gambar citra-citra. Dalam gambaran hidup memuat 2 unsur penting, yaitu sisi visible gambar dan sisi invisible yaitu, pesan dan nilai dibaliknya. 23 Film adalah teknologi komunikasi massa yang menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan secara luas selain radio, televisi, pers. 24 Di samping itu film merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika yang komplek dan merupakan dekomentasi yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik. Film juga hasil produksi yang multidimensional dan sangat komplek. Sementara, Jakob Sumardjo dari pusat pendidikan film dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai. 25 Selain itu film juga dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki 21 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32 22 Ibid, h. 95 23 Mudji Sutrisno, Oase Estetis – Estetika dalam Kata dan Sketza, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2006, h. 78. 24 Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983, h. 120. 25 Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tablig Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, Digital Benang Merah Press : Bandung 2004, h 94. jangkauan, realisme dan popularitas yang hebat. Upaya pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesustraaan dan drama. Namun, unsur film dalam mengembangkan pesan memiliki kelebihan karena dalam segi kemampuannya film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan serentak dan kemampuan film mampu memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis tanpa kehilangan kridebilitas. 26 Karena film diangkat dari bayangan kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari- hari, itulah sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan. 27 Menurut Graenie Turner, film dibentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi dan idiologi dari kebudayaan masyarakat. 28

2. Unsur-Unsur dan Jenis-Jenis Film