Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi media komunikasi membawa pengaruh yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Apalagi dengan timbul istilah budaya pop yang mengajak manusia dalam kehidupan serba instant dan mewah. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pergeseran tata nilai moral dan ekspresi budaya ketimuran. Kehadiran keanekaragaman media komunikasi adalah salah satu yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan nilai moral kepada masyarakat dan kebenaran Islam. Pesan moral hendaknya dikemas secara komprehensif seperti halnya film. Film merupakan salah satu hasil teknologi yang saat ini sangat berperan dalam kegiatan komunikasi. Kata film digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan media massa. Film merupakan teknologi hiburan massa untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan sekala luas, selain pers, radio, televisi. 1 Di antara hadirnya media tersebut, yang banyak diminati masyarakat adalah film, karena film bisa memadukan dua unsur yaitu suara dan gambar. 1 Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983, h.120 Selain itu juga film merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan yang kehadirannya saat ini akrab dengan keseharian manusia. 2 Film memberikan ruang terhadap masyarakat dan berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan sehingga seolah-olah benar-benar terjadi dihadapannya. 3 Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan edukatif secara penuh media yang komplit. 4 Karena dalam penyampaian pesan-pesan kepada masyarakat disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa merasa digurui. Namun fakta dalam film ditampilkan secara abstrak di mana tema cerita bertolak dengan fenomena yang terjadi di masyarakat, bahkan lebih dari itu dalam film cerita dibuat secara imajinatif. 5 Film memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia. Hal ini berhubungan dengan ilmu jiwa sosial tentang gejala “Identifikasi psikologi” yaitu orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan sehingga ia ikut merasa apa yang dirasakan tokoh tersebut. 6 Film sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi banyak mengandung pesan baik pesan sosial, pesan moral, maupun pesan keagamaan. Film memang perlu mengandung pesan moral maupun agama, karena film tidak hanya hadir dengan tujuan sebagai hiburan saja melainkan untuk 2 Mustofa Mansur, Jalan Dakwah, Jakarta : Pustaka Ilmiah, 1994h. 26. 3 Onong uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung : Cipta Aditya Bakti, 2003, h. 207. 4 Ibid, Hal. 209. 5 Mafni Amir, Etika Komunikasi Massa dan Pandangan Islam Jakarta : Logos, 1999 h. 27. 6 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi Bandung : Remaja Rosda Karya , 2005, h. 236. pengajaran moral dan pendidikan, yang mengkritik tentang kepincangan moral bangsa. Film yang mengandung nilai-nilai moral adalah film yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung ajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan mudah diterima oleh masyarakat penonton karena film memberi ruang pikir bagi masyarakat untuk menerima atau menolak pesan yang disampaikan. Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua the Second reality dari kehidupan manuisa. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih bagus dari kondisi nyata sehari-hari atau sebaliknya bisa lebih buruk. 7 Semakin banyak munculnya film-film layar lebar ditayangkan di bioskop, televisi, bahkan berbentuk VCD dan itu sangat digandrungi dan kebanyakan menceritakan dunia glamour saja serta minim akan nilai-nilai moral. Film hiburan baru ini cenderung menciptakan mimpi-mimpi dan memanjakan imajinasi penonton. Kebanyakan film-film sekarang diproduksi hanya untuk bisnis belaka yang bersumber pada matrealisme yang lebih mengutamakan keuntungan dari pada pendidikan terhadap masyarakat. Hal ini adalah pembodohan secara tidak langsung kepada generasi penerus bangsa. Hal demikian berbeda dengan keadaan film Indonesia masa dahulu masih mengangkat tema-tema perjuangan dan 7 Asep S, Muhtadi, Dakwah Kontemporer – Pola Alternatif Dakwah Melalui Televise, Editor, Asep S. Muhtadi dan Sri Handa jani, Bandung : Pusdai Press, 2000, h. 93. pendidikan yang memiliki basic culture yang kuat dengan setting ruang sosial masyarakat Indonesia. 8 Lewat film “Naga Bonar” selanjutnya disebut NB Asrul Sani berusaha memberikan warna perfilman Indonesia. Ia banyak mengungkap tema-tema perjuangan dan sosial, karena ia memang tidak terpisah dari zamannya. Asrul adalah generasi terakhir Indonesia yang mendapatkan pendidikan Belanda. Jadi tidaklah heran jika ia, selalu mengungkap tema-tema perjuangan baik dalam film maupun dalam puisi dan karya lainnya. Sekitar tahun 80-an, saat itu Asrul bersemangat membuat film-film bertema perjuangan, menurutnya tema-tema ini sangat jauh berbeda dengan film-film sebelum perang yang fantastik alias tidak realistis. Seperti estetika film praperang yang hanya membahas estetika hiburan, senang-senang dengan gambar indah, casting cakep, cerita sudah diketahui umum karena dari legendadongeng sandiwara, maka tak perlu lagi tema-tema berat dengan karakter yang spesifik. Dengan demikian terlihat yang dijual hanya efek, gambar indah, dan sensasionalisme. Dari sini Asrul berinisiatif membuat sebuah film layar lebar bertema humanistik dan kaya nilai-nilai moral, budaya dan perjuangan. Film NB ini sarat dengan nilai perjuangan bangsa meski film dikemas dalam bentuk komedi. NB merupakan salah satu film yang memiliki basic culture dengan setting perjuangan kemerdekaan Indonesia. NB cukup lama hadir dalam dunia film di Indonesia, diproduksi sekitar tahun 1987, dengan mengambil latar kehidupan masyarakat Batak Sumatra utara masa perjuangan melawan Belanda. Film NB mengisahkan seorang pemuda Naga Bonar, sebagai pencopet yang 8 Veronika Kusuma.” Asrul Sani, Sebuah Fragmen Keadaan.” Artikel diakses 7 Agustus 2008 dari http:www.rumahfilm.orgartikelartikel_asrul.htm akhirnya menjadi Jendral dalam perjuangan. Awalnya semua dilakukan hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi tentara yang sesungguhnya, dan memimpin kemenangan Indonesia dalam peperangan. Walaupun film ini termasuk film klasik, namun film NB mencoba memberi alternatif tontonan bermoral dan menjunjung tinggi nilai moral, nasionalisme, primodialisme dan idealisme, yakni keyakinan, perjuangan, kepasrahan, kesetiaan serta harapan. Film NB yang walau terlihat usang, namun sekarang telah di daur ulang kembali tanpa merubah cerita aslinya. Restorasi film ini ternyata masih diminati dan diberi apresiasi yang baik oleh masyarakat. Hal ini adalah wujud keprihatinan terhadap kondisi perfilman nasional yang kurang memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi kalangan masyarakat sehingga mendorong upaya merestorasi ulang film NB di tahun 2008. NB adalah salah satu contoh nyata bagaimana nasionalisme bangsa ini dikemas dan disajikan dalam bentuk yang populer. Kehadiran Naga Bonar versi re-mastering menjadi sebuah setir di tengah upaya beragam tanya tentang wujud nasionalisme yang kini menjadi bagian dari manusia Indonesia modern dan beragam wajah nasionalisme lain serta kebobrokkan moral yang membuat para pendiri Republik seolah menjadi asing di negeri sendiri. Re-mastering film NB untuk menyemangati bangsa ini dalam satu abad kebangkitan nasional. Film NB ini ternyata memberi inspirasi hadirnya film Naga Bonar Jadi 2 karya Deddy Mizwar yang tidak kalah bagusnya dengan film yang pertama dan sangat disambut baik oleh masyarakat. Tidaklah lupa melihat sosok Asrul Sani wafat 11 Januari 2004 sebagai penulis skenario penulis cerita film NB. Asrul banyak meraih penghargaan pada festival-festival nasional maupun internasional. Bukan saja seorang sutradara namun ia juga seorang sastrawan angkatan 45. NB merupakan Film yang berhasil menyabet Piala Citra FFI 1987 untuk kategori film terbaik. Asrul lebih dikenal sebagai seorang seniman lewat sajak, cerpen, dan penulisan skenario dan penyutradaran film. Dalam dunia perfilman Asrul lebih kurang enam piala citra berhasil direbut olehnya. Dengan demikian Asrul pantas dinobatkan sebagai tokoh perfilman. Asrul adalah pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia Ia bukan saja sutradara, namun juga seseorang yang menghargai sejarah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai film “Naga Bonar” karya Asrul Sani yang mengemas pesan moral dengan kehidupan duniawi sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian wacana yang ditampilkan dalam film tersebut. Dengan demikian untuk membahas permasalahan di atas maka penulis tuangkan dalam judul “ Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah