Pengaruh Penilaian Kinerja Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan : studi kasus pada bank negara indonesia (persero) Tbk.

(1)

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

ATIKA FITRIA NIM: 204082002303

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakkultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh ATIKA FITRIA NIM: 204082002303

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA. CPA

NIP. 131474891 NIP. 132055044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Kamis tanggal 05 bulan Maret tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Atika Fitria NIM 204082002303 dengan judul skripsi: “PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT

INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Maret 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Rahmawati. SE., MM

Ketua Sekretaris

Rini. SE., Ak., MSi Penguji Ahli


(4)

Hari ini Senin, tanggal 22 bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Atika Fitria NIM: 204082002303 dengan judul Skripsi: “PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT

INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Atika Fitria

Agama : Islam

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 13 April 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Beringin blok A2 no 12 Graha Permai Ciputat RT 002/09 Kp. Sawah Lama Tangerang 15413 Hobi : Jalan jalan m Moluv dan Olah Raga

Telp / HP : 0813 1060 9260 021-98559851

E-mail : teeq_lovo@yahoo.com

Motto : I’m happy life with 1st just only have one spirit thanks God.

PENDIDIKAN FORMAL

Tk. : Tadika Puri Lulus tahun 1991

MI : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Lulus tahun 1997 MTs : MTs Negeri 3 Pondok Pinang Lulus tahun 2000 MAN : MAN 4 Pondok Pinang Lulus tahun 2003 S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lulus tahun 2009

PENGALAMAN ORGANISASI

Anggota PMR MAN 4 Pondok Pinang

Tahun 2002-2003

BEM FEIS Ekstensi:

Pengurus BEM FEIS Eks. Bid Kerohanian

Tahun 2005-2006


(6)

ORANG TUA

Nama Orang Tua

Ayah

: Sunardi HD

Ibu

: Wati Harsini

Pekerjaan Orang Tua

Ayah

: Pensiunan PNS BI (Bank Indonesia)

Ibu

: PNS DIKNAS

Alamat Tinggal

: Jl. Beringin A2. no 12 Graha Permai Ciputat

Tangerang Selatan 15413


(7)

Influence of Assessment of Performance and Internal Audit ofApplying to Company Internal Control System

By Atika Fitria

ABSTRACT

This research aim to know influence of assessment of internal audit performance to internal control system, influence of applying of internal audit to internal control system, and influence of assessment of performance and applying of internal audit both of internal control system. The research has been done by questionnaires internal auditor. The respondent are auditor’s who worked in company of bankings residing in Jakarta Pusat counted 45 responders. To analyze data researcher used SPSS 12 Version.

Partially, internal audit performance and internal audit applying variable have influence significance of internal control system.

Keywords: assessment of internal audit performance, applying of internal audit, auditing standard, internal control system.


(8)

Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan

Oleh Atika Fitria

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern, pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern, dan pengaruh penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara bersama terhadap sistem pengendalian intern. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor internal. Responden penelitian adalah para auditor yang bekerja di perusahaan perbankan yang berada di Jakarta Pusat sebanyak 45 responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung program SPSS versi 12.

Secara parsial, variabel penilaian kinerja audit dan variabel penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

Kata Kunci: penilaian kinerja audit internal, penerapan audit internal, standar auditing, sistem pengendalian intern.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, untuk Papa Sunardi (Alm) yang temani ika selama ini semasa hidup, papa sudah memberikan pelajaran dan pedoman yang Ika jaga sampai sekarang, semoga papa bangga disana. Dan Mama Wati Harsini, makasi mama sudah mau memberikan yang terbaik sampai ika selesai dalam kuliah ini, dan Kalian adalah harta terbesar dalam hudupku. Untuk adik-adikku (wahyu, cepat lagi selesain kuliahnya. Bagas,


(10)

jadi anak yang sayang mama ya…). Terima kasih kalian selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan doa restu untuk hidupku. Adik sepupuku Ayu dan Desi…makasi ya udah mau temenin mba berantem, isi waktu luang mba dirumah.. jadi anak yang baik ya… 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih Pak Hamid untuk doa dan semangat yang diberikan.. 3. Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA, selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak Cebba, selalu ada saat saya dalam kesulitan.

4. Rahmawati. SE., MM, selaku dosen favorit saya, terima kasih bu atas doa dan dukungannya. Semoga Allah membalas semua kebaikan ibu.

5. Seluruh Dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, Mas Shandy, Bu Ani, Mas Alfred, Azis, Heri, Budi, Pak Sukmadi dan seluruh staf atas semua bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan. 6. Papa Ali dan Mama Asih, buat semangat dan doanya sehingga Tika lulus

dengan hasil yang baik. Terima kasih ya Papa-Mama Syahrial.

7. Untuk Kamu yang selalu temani aku, support aku, dan menyangangi aku tanpa henti, supaya aku cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Makasi y MyBrian. My 1st everythink, miracle in mylife Makasi banyak ya Bebeb.. oia, buat Moluv yang selalu antarin bunbun jalan-jalan.makasi ya..


(11)

8. Buat Putri, DikaDee, Fara S, Syifa F, DikaUnca, Maryati, Mba Evie (teman seperjuangan nyelesaikan skripsi) Edi, Nando, Bayu n Bagonk, Prita, Ana, AyuLisa. Makasi banyak buat setiap kebersamaan dan

9. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih telah memberikan masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.

10.Bagian Satuan Pengendalian Intern Bank BNI (Persero) Tbk. atas bantuannya dalam penelitian ini.

11.Untuk semua orang atau semua pihak yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2009


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Definisi Akuntansi ... 8

B. Penilaian Kinerja ... 9

1. Definisi Penilaian Kinerja ... 9

2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja ... 12

3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas . 15 C. Penerapan Audit Internal ... 17

1. Standar Auditing ... 18

D. Ruang Lingkup Auditing ... 25

1. Definisi Auditing ... 25


(13)

3. Jenis-jenis Auditor ... 29

E. Ruang Lingkup Audit Internal ... 30

1. Definisi Audit Internal ... 30

2. Fungsi Audit Internal ... 31

3. Teknik-teknik Audit Internal ... 32

F. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan ... 37

1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern... 37

2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern ... 40

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern ... 42

G. Penelitian Terdahulu ... 43

H. Kerangka Pemikiran ... 44

I. Hipotesis... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Ruang Lingkup Penelitian... 45

B. Metode Penentuan Sampel ... 45

C. Metode Pengumpulan Data ... 46

D. Metode Analisis Data... 46

1. Statistik Deskriptif ... 46

2. Uji Kualitas Data ... 47

3. Uji Hipotesis ... 49

E. Variabel dan Pengukurannya... 50

1. Variabel Independen (X) ... 50

2. Variabel Dependen (Y) ... 50

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 55

1. Sejarah Singkat Perusahaan... 55

2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia ... 57

B. Karakteristik Responden ... 60


(14)

1. Statistik Deskriptif ... 61

2. Uji Instrumen Penelitian... 63

3. Uji Asumsi Klasik... 68

4. Uji Hipotesis ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Implikasi... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

Gambar 2.1 Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Panilaian Kinerja

12

Gambar 2.2 Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja 13

Gambar 2.3 Penilaian Kinerja yang Efektif 17

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran 44

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 69


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

Tabel 3.1 Pedoman untuk Penilaian Tingkat Reliabilitas 49

Tabel 3.2 Rancangan Pengukuran Kuesioner 51

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian 51

Tabel 4.1 Data Distribusi Kuesioner 60

Tabel 4.2 Usia Responden 61

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden 62

Tabel 4.4 Pengalaman Masa Kerja 62

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Independen (X) 65 Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Dependen (Y) 66

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas 67

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 71

Tabel 4.10 Hasil Uji T 72

Tabel 4.11 Hasil Uji F ANNOVA (b) 74

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 75


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Nung Harjanto, 1999, perkembangan dunia usaha dan globalisasi perekonomian Indonesia menyebabkan kebutuhan terhadap jasa akuntan publik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan terhadap jasa akuntan publik tidak berarti melegalkan penurunan kualitas audit itu sendiri, tetapi justru meningkatkan tingkat pengharapan klien terhadap kualitas audit.

Pemakai jasa akuntan publik dapat dikelompokkan menjadi pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen perusahaan, sedangkan pihak eksternal meliputi pemilik, kreditur, debitur dan lain sebagainya. Pihak internal mempekerjakan akuntan publik agar mendapat pengakuan performance dalam mengelola dana yang telah ditanamkan pada perusahaan melalui pendapat misalnya wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan, perlu memastikan bahwa informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat dipercaya.

Setelah auditor mendapatkan hasil dari penilaian kinerja tersebut, auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil penilaian kinerja tersebut. Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dengan baik, perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan untuk memberikan


(18)

pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya. Auditor melakukan kinerjanya harus memenuhi kriteria prosedur dan standar auditing yang ditetapkan. Tetapi standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu professional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

Menurut Mulyadi (1993: 2-6) dalam Doddy Hapsoro (1999), pada dasarnya sistem merupakan sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau yang secara rutin terjadi. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Apabila perusahaan dapat melaksanakan semua kegiatan rutin usahanya berdasarkan rancangan sistem prosedur yang telah ditetapkan, sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan sebagaimana yang diharapkan. Dengan adanya keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta kelangsungan hidupnya. Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan harus didukung


(19)

pula oleh adanya sistem pengendalian intern (internal control system) yang memadai.

Sistem pengendalian intern pada dasarnya merupakan struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Boockholdt (1993), struktur pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan di dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Lebih jauh Boockholdt (1993) juga mengemukakan bahwa meskipun struktur tersebut meliputi berbagai macam variasi tindakan yang diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, namun pada umumnya para akuntan lebih menekankan kepada empat aspek tujuan sebagai berikut: (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (Bockholdt, 1993:421-422)

Bagaimana seharusnya suatu perusahaan menyiapkan sistem pengendalian intern yang dimilikinya? Di dalam suatu lingkungan yang semakin kompleks seperti sekarang ini, pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Di satu sisi, perkembangan yang terjadi di dalam bidang bisnis, hukum, dan sosial sebagaimana yang berkembang pada saat ini, mengharuskan setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan penekanan perhatiannya pada aspek pengendalian intern. Tanpa adanya perhatian yang serius terhadap sistem pengendalian intern, akan mengakibatkan tidak tercapainya empat tujuan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Di balik pentingnya keberadaan dan


(20)

peranan pengendalian intern bagi perusahaan, di sisi lain terjadi kecendrungan perkembangan yang mengeksplorasi terjadinya konflik kecendrungan dan sekaligus menawarkan pandangan yang lebih seimbang mengenai keberadaan dan peranan sistem pengendalian intern bagi perusahaan.

Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah, di satu sisi keberadaan sistem pengendalain intern dianggap telah menyebabkan terjadinya begitu besar pengorbanan yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya sistem pengendalian intern yang terlalu ketat. Sementara itu di sisi lain, diakui telah terjadi kerugian atau pengorbanan yang dirasakan terlalu besar yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan terlalu sedikitnya perhatian terhadap aspek pengendalian intern. Kuncinya adalah dengan mencoba meminimalkan total biaya/pengorbanan yang harus ditanggung oleh perusahaan melalui penetapan sistem pengendalian intern yang tepat sesuai tingkat resiko yang akan dihadapi perusahaan.

Sistem pengendalian intern yang dipengaruhi oleh penilaian kinerja dan penerapan audit internal karena keduanya cukup berpengaruh dalam sistem pengendalian intern yang dapat dilihat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan di dalam pengendalian tersebut. Salah satu contohnya adalah apabila penilaian kinerja dan penerapan audit internal itu bermasalah, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern tersebut. Tetapi, apabila penilaian dan penerapan audit internal bekerja dengan baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik bagi perusahaan. Perusahaan melakukan penerapan dengan berdasarkan pada standar audit bagi auditor internal. Penerapan itu akan membantu auditor dalam menjalankan pekerjaannya dengan sebaiknya.


(21)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dan telaah atas penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis mengkaji penelitian-penelitian mengenai “Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan”.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Agus (2007), dalam penelitiannya dilakukan pada tahun 2007 dengan menggabungkan beberapa variabel seperti sistem pengendalian intern dan pengelolaan persediaan. Tujuan dari penelitian inipun menurut Agus adalah mencari variabel mana yang paling dominan berpengaruh sistem pengendalian intern dan pengelolaan persediaan terhadap audit operasional pada PT Pertamina (persero). Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2007), hanya menjelaskan audit internalnya, pada penelitian yang sekarang lebih kepada pengukuran kinerjanya. Penelitiannyapun dilakukan pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah terdapat pengaruh auditor internal terhadap efektivitas manajemen risiko perusahaan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penilaian kinerja audit internal dengan sistem pengendalian intern perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan audit internal dengan sistem pengendalian intern perusahaan?


(22)

3. Apakah penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara bersama berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern pada perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan. b. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penerapan

audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

c. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh secara bersama penilaian kinerja dan penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

2. Manfaat penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

a. Bagi penulis

1) Untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana ekonomi pada program studi akuntansi.

2) Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah berupa teori-teori, sehingga teori yang telah diperoleh dapat digunakan pada kondisi yang sesungguhnya.


(23)

3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis berkaitan dengan penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern suatu perusahaan.

b. Bagi pembaca

Sebagai salah satu bahan bacaan ilmu pengetahuan tentang pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Dalam hal ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya FEIS, penulis dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Akuntansi

Beberapa ahli telah mengembangkan definisi-definisi akuntansi, yang antara lain adalah:

1. Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess dalam bukunya yang berjudul “Accounting” dan diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait, Helda Gunawan, mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

“Secara umum akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan” (Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999:6).

Pihak yang berkepentingan (stakeholders) menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan mereka.

2. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3, mendefinisikan akuntansi dan laporan keuangan sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan–laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan“ (Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3).

“Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan bisnis pribadi atau organisasi ke dalam satuan moneter” (Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3)


(25)

B. Penilaian Kinerja

1. Definisi Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan fungsi kunci untuk melaksanakan manajemen sumber daya manusia secara efektif. Namun dalam banyak kondisi, fungsi penilaian kinerja dipandang sebelah mata oleh para pengambil kebijaksanaan dalam organisasi. Martin (1995) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, berpendapat bahwa kegiatan penilaian kinerja dalam organisasi menempati posisi undervalued. Masalah umum yang timbul pada perspektif ini adalah bahwa kegiatan penilaian kinerja menghabiskan begitu banyak waktu, dan sebagian besar orang-orang (para karyawan dan eksekutif) dalam organisasi tidak begitu menyukai kegiatan ini, meskipun mereka berkepentingan secara langsung terhadap fungsi tersebut.

Ketika sebuah organisasi baik yang berorientasi laba (perusahaan) maupun nisbah (lembaga) mulai berusaha untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerjanya secara keseluruhan, atau memperbaiki kinerja anggota-anggotanya, maka fungsi penilaian kinerja akan memiliki peranan penting. Setidaknya, ada 3 alasan menurut Ghorpade dan Chen (1995) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000 yang membuat fungsi penilaian kinerja begitu penting kedudukannya dalam organisasi. Pertama, karena fungsi penilaian kinerja merupakan sesuatu yang inherent dan tak terelakkan dalam setiap jenis organisasi. Dengan kegiatan penilaian kinerja, (1) organisasi mengetahui prestasi para anggotanya, (2) penilaian diperlukan untuk menghitung kontribusi masing-masing individu terhadap kemajuan organisasi, dan (3)


(26)

penilaian kinerja formal dapat melindungi organisasi dari tindakan-tindakan negatif para anggota organisasi.

Kedua, fungsi penilaian kinerja merupakan kegiatan yang penuh dengan konsekuensi-konsekuensi, baik terhadap individu-individu dalam organisasi maupun bagi organisasi itu sendiri. Dari perspektif organisasi kelemahan-kelemahan sistem dan kesalahan-kesalahan praktik penilaian kinerja akan berakibat terhadap ketidakefektifan pelaksanaan fungsi-fungsi SDM yang lainnya seperti fungsi kompensasi, fungsi pelatihan dan pengembangan dan sebagainya.

Ketiga, kegiatan penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang mengharapkan penilai dengan kondisi yang mengharuskannya untuk mendapatkan hasil penilaian yang bersih, akurat dan peringkat yang berdasarkan pada jasa individual. Pada titik ini, fungsi penilaian kinerja bersama-sama dengan variabel lainnya, menentukan tingkat pencapaian kinerja organisasi.

Alasan keempat, menurut Longenecker dan Gioia (1992) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, adalah adanya kenyataan bahwa fungsi penilaian kinerja cenderung terpengaruh oleh sistem politik dalam organisasi. Kuatnya peranan pertimbangan-pertimbangan politis dalam proses penilaian kinerja, dikarenakan pada kenyataannya, (1) para eksekutif mempertimbangkan dinamika interaksi keseharian mereka dengan para bawahan, (2) hasil proses penilaian formal berbentuk dokumen tertulis yang permanen, dan (3) penilaian format memiliki pengaruh kuat terhadap karir dan kemajuan bawahannya.


(27)

Karena pertimbangan-pertimbangan politis tersebut, para eksekutif sering kali melakukan manipulasi-manipulasi hasil (dari proses) penilaian dengan sengaja dan sistematis. Manipulasi-manipulasi hasil dan proses penilaian dapat mengambil bentuk inflating, yaitu melaporkan hasil penilaian yang lebih tinggi dari hasil yang sesungguhnya, atau deflating, yaitu karyawan dinilai lebih rendah dari kinerjanya yang sesungguhnya.

Adanya kesepakatan umum tentang pentingnya fungsi penilaian kinerja dalam hal meningkatkan motivasi karyawan dan kinerja organisasi secara keseluruhan, tidak begitu saja membuat fungsi ini bekerja dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Moss (dalam Lamont, et al:1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, kenyataan pahit yang dialami oleh organisasi-organisasi kita adalah bahwa kita telah melaksanakan fungsi penilaian kinerja selama 30 tahun, dan kita masih berusaha keras untuk melaksanakannya dengan benar. Untuk itu diperlukan tujuan yang jelas, sistem yang baik dan manajer yang efektif, yang kesemuanya saling melengkapi agar fungsi penilaian kinerja dapat bekerja dengan baik.

Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi, namun untuk menjadikan aktivitas ini dapat berfungsi dengan efektif, bukanlah sebuah pekerjaan yang sederhana. Tulisan ini berusaha memberikan pemahaman mengapa fungsi penilaian kinerja dalam organisasi tidak bekerja, dan mencoba memberikan alternatif pemecahan agar aktivitas tersebut dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.


(28)

2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja

Menurut Anthony, et al (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, penyebab-penyebab ketidak-efektifan penilaian kinerja merupakan permasalahan-permasalahan yang terletak pada sistem penilaian kinerja yang tidak baik, yang terdiri dari 5 masalah utama, seperti yang diperlihatkan gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Penilaian Kinerja

1. sistem penilaian yang didefinisikan dengan buruk 2. sistem komunikasi penilaian yang buruk

3. sistem penilaian yang tidak sesuai 4. pendukung sistem penilaian yang buruk 5. sistem penilaian yang tidak di monitoring Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber

Penyebab-penyebab yang lainnya adalah tujuan penilaian sering kali tidak ditentukan secara jelas dan kegiatan penilaian dianggap hanya sebagai kegiatan ritual tahunan (Noe, et al : 2000). Dengan demikian kita dapat mengidentifikasikan 7 hal yang menyebabkan fungsi penilaian kinerja dalam organisasi tidak efektif, seperti pada gambar 2.2.

Tujuan penilaian tidak jelas. Penyebab ketidak-efektifan fungsi penilaian yang pertama adalah ketidak-jelasan tujuan penilaian. Penilaian kinerja dapat ditujukan untuk tujuan strategis, administratif atau pengembang, tujuan strategis dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Tujuan administratif adalah untuk


(29)

kepentingan-kepentingan administrasi, seperti promosi, kenaikan gaji, dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan yang bersifat pengembangan adalah untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka (Noe, et al : 2000).

Gambar 2.2.

Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja

fungsi penilaian kinerja tidak

efektif

Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber

Pendefinian sistem yang buruk. Pendefinisian sistem yang buruk berarti sistem dirancang atau dimodifikasi tanpa memperhatikan tujuan dan strategi organisasi. Kenyataan ini menyebabkan penilaian kinerja dalam organisasi menjadi tidak efektif, di mana organisasi mengabaikan keterkaitan (link) antara kebijakan penilaian kinerja dengan strategi-strategi dan tujuan-tujuan organisasi. Noe, et al.(2000), mengatakan bahwa sistem penilaian kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen kinerja, yang harus mendukung tujuan strategis organisasi.

Tujuan penilaian tidak jelas

Penilaian hanya sebagai ritual tahunan

Sistem komunikasi penilaian yang buruk

Sistem penilaian tidak dimonitoring Pendefinisian sistem yang buruk

Sistem penilaian tidak didukung


(30)

Sistem penilaian yang tidak didukung dengan baik. Sistem penilaian yang tidak didukung, berarti tidak adanya keterlibatan dan keterikatan (komitmen) top manajemen, individu-individu yang dinilai, maupun personalia pelaksana penilaian dalam kegiatan penilaian kinerja. Tanpa dukungan dari tiap manajemen, maka rancangan dan praktik-praktik penilaian kinerja tidak memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi, karena manajemen tidak akan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk kebijakan-kebijakan organisasi. Sebaliknya, jika sistem penilaian tidak diterima dan didukung oleh para karyawan dan personalia pelaksana penilaian, maka mereka tidak akan berusaha keras untuk menjadikan kegiatan penilaian tersebut berhasil (Athony, et al : 1999).

Sistem penilaian tidak tepat. Ketidakcocokan sistem penilaian, berarti praktik penilaian tidak sesuai dengan sistem yang diharapkan, yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan praktik dalam proses penilaian. Menurut Hubartt (1995) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, beberapa kesalahan praktik yang sering terjadi dalam penilaian kinerja adalah kegiatan penilaian kinerja tidak konsisten dalam menetapkan peringkat, kegagalan dalam penentuan sasaran kinerja dan ketidak-mampuan menangani karyawan yang berkinerja rendah.

Penilaian hanya sebagai ritual tahunan. Penyebab ketidak-efektifan kegiatan penilaian kinerja yang kelima, adalah kegiatan ini hanya dipandang sebagai sebuah kegiatan ritual tahunan. Para manajer hanya melengkapi (mengisi) formulir penilaian dengan cepat dan menggunakannya untuk mendaftar semua informasi negatif yang mereka kumpulkan atas seorang karyawan selama setahun yang lalu. Para manajer ini tidak menghendaki


(31)

adanya konfrontasi dan tidak mengetahui bagaimana cara menyajikan hasil evaluasi negatif yang mereka dapatkan. Beberapa manajer bahkan menghabiskan sedikit mungkin waktu untuk memberikan umpan-balik pada karyawan (Noe, et al : 2000). Padahal kegiatan penilaian merupakan sebuah proses, bukan hanya sebuah kejadian (event) tertentu. Agar proses ini menjadi lebih mudah, perlu diingat bahwa penilaian lebih dari sekedar mengisi formulir (Hadden : 1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000.

Sistem komunikasi penilaian yang jelek. Sistem komunikasi penilaian yang jelek artinya sistem penilaian tidak di komunikasi (disosialisasi) dengan baik kepada setiap orang yang terlibat dalam proses penilaian. Buruknya komunikasi sistem penilaian menyebabkan para penilai dan individu-individu yang dinilai memiliki persepsi yang berbeda tentang tujuan dan pentingnya kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan (Anthony, et al : 1999). Perbedaan persepsi ini akan mengurangi penerimaan karyawan terhadap proses dan hasil penilaian, sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan penilaian menjadi rendah.

Sistem penilaian tidak di monitoring. Sedang sistem yang tidak di monitoring akan menghasilkan permasalahan yang serius, yang menyebabkan tidak adanya tindakan-tindakan perbaikan atas kesalahan yang terjadi selama proses penilaian (Anthony, et al. : 2000).

3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas

Saat ini semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa penilaian kinerja yang efektif merupakan satu hal yang paling esensial untuk


(32)

melaksanakan strategi-strategi mereka (Grote : 2000). Namun, seperti yang dikemukakan oleh Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, untuk menciptakan fungsi penilaian kinerja yang bermanfaat, yang memungkinkan organisasi untuk mengeksekusi strategi-strateginya, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah.

Sekali lagi ingin kita pertegas, bahwa ketidak-efektifan proses penilaian kinerja akan berpengaruh terhadap organisasi dan individu-individu dalam organisasi. Dari sudut pandang individu, penilaian kinerja yang tidak adil dan tidak akurat akan menumbuhkan perasaan tidak nyaman atau tidak puas, yang pada gilirannya akan menurunkan kinerja karyawan. Di samping itu mereka akan menemukan secara jelas bahwa masa depan dan karir mereka, sedikit sekali ditentukan oleh kinerja mereka saat ini.

Di pihak organisasi, penilaian kinerja yang tidak efektif akan menjadi batu sandungan bagi kemajuan dan perkembangan organisasi. Penilaian kinerja yang tidak adil akan menyebabkan organisasi kehilangan aset-aset SDM nya, yang merasa diperlakukan secara tidak adil. Akhirnya, organisasi akan kehilangan daya saing dan kompetensi-kompetensinya, terutama kompetensi sumber daya manusianya.

Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, mengajukan tiga elemen kritis untuk mengefektifkan fungsi penilaian kinerja dalam organisasi, yaitu: (1) rancangan sistem yang efektif, (2) praktik manajerial penilaian yang efektif, dan (3) sistem pendukung penilaian yang efektif. Ketiga elemen ini dijabarkan menjadi 10 kunci penyelenggaraan sistem penilaian yang efektif, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3.


(33)

Gambar 2.3.

Penilaian Kinerja yang Efektif

Sumber: Data Diolah dari Berbagai Sumber

C. Penerapan Audit Internal

Penerapan adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan apabila telah memenuhi prosedur atau proses yang berdasarkan standar audit dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan. Tujuan dari penerapan ini adalah untuk memeriksa atau melihat tingkat kewajaran dalam

Menciptakan Tujuan dengan Jelas

Keterlibatan Karyawan/Manajer

Prosedur & Instrumen yang baik & mudah digunakan

Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian

Perencanaan Penilaian

Pelatihan & bimbingan yang terus-menerus

Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian

Dukungan Top Manajemen

Keterkaitan Penilaian dgn tujuan organisasi

Sistem Peninjauan & tindakan Per Praktik Managerial yang Efektif Sistem Pendukung Penilaian yang Efektif Fungsi Penilaian Kinerja yang efektif

Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian

Perencanaan Penilaian

Pelatihan & bimbingan yang terus-menerus

Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian

Dukungan Top Manajemen

Keterkaitan Penilaian dengan tujuan organisasi

Sistem Peninjauan & tindakan Perbaikan yang terus menerus

Rancangan Sistem yang Efektif Praktik Managerial yang Efektif Sistem Pendukung Penilaian yang Efektif Fungsi Penilaian Kinerja yang efektif


(34)

suatu laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor internal. Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing)

1. Standar Auditing

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit (Abdul Halim, 2008).

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Standar umum

Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar umum ini mencakup tiga bagian, yaitu:


(35)

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yangcukup sebagai auditor.

Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dari pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit dan menjalani pelatihan teknis yang cukup. Asisten junior yang baru masuk dalam karir auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman.

Pelatihan yang dimaksudkan di sini, mencakup pula pelatihan kesadaran untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang artinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya untuk kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi


(36)

perkembangan profesi akuntan publik. Untuk menjadi independen, seorang auditor harus secara intelektual jujur.

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. BAPEPAM juga dapat menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan tentang informasi keuangan yang akan diserahkan, yang mungkin berbeda dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor. Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki” oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar”. Untuk itu, auditor dituntut untuk memiliki skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit.

b. Standar Pekerjaan Lapangan


(37)

1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.

Poin ini menjelaskan bahwa, penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Untuk semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Kemudian, auditor dapat mencari pengurangan lebih lanjut risiko pengendalian taksiran untuk asersi tertentu.

Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman atas pengendalian intern dan tingkat risiko pengendalian taksiran


(38)

dalam menentukan sifat, saat dan luas pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memahami untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

c. Standar Pelaporan

Standar pelaporan terdiri dari empat item, di antaranya:

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut. Prinsip akuntansi berlaku umum atau “generally accepted accounting principles” mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan


(39)

untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu dan pada waktu tertentu.

2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Kurangnya konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan.

Standar ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara kedua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan paragraf penjelasan yang disajikan setelah paragraf pendapat.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material, di antaranya bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Auditor harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu


(40)

yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat audit.

Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar kepercayaan bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut. Tanpa kepercayaan, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangannya.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, maka ia juga dianggap berkaitan dengan laporan


(41)

keuangan tersebut, meskipun ia tak mencantumkan namanya dalam laporan tersebut. (Abdul Halim, 2008).

D. Ruang Lingkup Auditing 1. Definisi Auditing

Report of committee on basic auditing concepts of the American Accounting Association” (Accounting Review, Vol 47) memberikan definisi auditing sebagai berikut:

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisir. Auditing Standards Board (ASB = Dewan Standar Auditing) menerbitkan Generally Accepted Auditing Standards (GAAS = Standar Auditing yang Berlaku Umum) sebagai pedoman profesional berkaitan dengan proses audit.

b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (entitas) yang membuat asersi tersebut.


(42)

c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok auditing.

d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan di mana asersi dapat diidentifikasikan dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ekspresi kesesuaian ini dapat berbentuk kuantitas, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk kualitatif, seperti kewajaran (keabsahan) laporan keuangan.

e. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-satandar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa peraturan-peraturan spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen, Generally Accepted Accounting Principles (GAAP = Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum) yang ditetakan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB = Badan Standar Akuntansi Keuangan) serta badan-badan pengatur lainnya.

f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit.

g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (mengandalkan ) temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis,


(43)

mereka adalah para pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.

Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Auditing Standards Board (ASB) telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:

a. Keberadaan atau Keterjadian (existence or occurrence)

Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu, dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.

b. Kelengkapan (completeness)

Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.

c. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)

Berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu. d. Penilaian atau Alokasi (valuation or allocation)

Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah semestinya.

e. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)

Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.


(44)

2. Jenis-jenis Audit

Terdapat tiga jenis audit yang umum dilakukan (Amir Abadi Jusuf, 2003:4), yaitu:

a. Audit Laporan Keuangan

Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria yang dimaksud adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Hasil audit laporan keuangan didistribusikan kepada para pengguna seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor independen juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya. b. Audit Operasional

Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya auditor akan memberikan saran atau rekomendasi kepada pihak manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan dan untuk peningkatan kinerja perusahaan. Karena lingkup evaluasi efektivitas operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan ciri pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu organisasi,


(45)

bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan pembelian aktiva yang baru, sedang dalam organisasi yang berbeda barangkali ia akan mengevaluasi efisiensi administrasi penjualan. Dalam audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan komputer, dan bidang-bidang lain sesuai dengan keahlian auditor.

c. Audit Ketaatan

Bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur atau aturan yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan organisasi adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.

3. Jenis-jenis Auditor

Dalam pelaksanaan suatu audit, pada umumnya jenis auditor diklasifikasikan menjadi tiga jenis (William C. Boyton, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, 2001:8), yaitu:

a. Auditor Independen (Independent Auditor)

Terdapat dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), yang umumnya mengambil peran sebagai seorang auditor eksternal atas perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien auditor independen dapat berasal dari


(46)

perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah atau perorangan.

b. Auditor Internal (Internal Auditor)

Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor internal beragam, sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

c. Audit Pemerintah (Government Auditor)

Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan Negara, di antaranya Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Irjen) pada departemen pemerintah. Sebagian tugas BPKP tidak jauh berbeda dengan KAP, sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP, di samping atas audit laporan keuangan, pada masa sekarang sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektifitas operasi berbagai program pemerintah dan BUMN.

D. Ruang Lingkup Audit Internal 1. Definisi Audit Internal

American Accounting Association mendefinisikan internal audit sebagai: “Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”.


(47)

Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi.

Definisi audit internal berikut ini di ciptakan untuk menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas eksternal.

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan di minimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diakui; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif”.

Pengertian audit internal di atas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Dalam perkembangan terakhir seseorang yang melakukan peran sebagaimana seorang auditor internal, tidak selalu menggunakan sebutan internal auditor saja , namun telah meluas menjadi kontrol atau sistem analisis.

2. Fungsi Audit Internal

Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal, maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai


(48)

audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Aspek keuangan hanyalah salah satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan audit internal.

3. Teknik-teknik Audit Internal a. Penentuan risiko

Penentuan risiko (risk assessment) adalah identifikasi dan analisis risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan (entitas), yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko. Audit internal harus memasukkan hasil penentuan risiko ke dalam program audit untuk mengurangi risiko. Risiko audit terdiri atas:

1) Risiko bawaan (inherent risk), yaitu kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktural kontrol internal terkait yang ditetapkan. Bank menghadapi seperangkat risiko bawaan karena bergerak dalam pengelolaan uang dan kredit.

2) Risiko kontrol (control risk), yaitu risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas.

3) Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.


(49)

b. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan kontrol yang diterapkan. Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar, antara lain:

1) Melakukan studi awal, yang mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen lain yang membantu untuk lebih memahami subjek audit. 2) Pendokumentasian, yang mengarah pada pertemuan awal antara

auditor dengan manajer klien.

3) Bertemu klien, menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan kepada manajer klien.

4) Mengumpulkan bahan bukti.

5) Mengamati, pengamatan dilakukan terus selama survei pendahuluan. 6) Membuat bagan alir, memberikan gambaran sistem dan merupakan

sarana menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.

7) Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survei pendahuluan.

c. Program audit

Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti audit, dan untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat


(50)

mengenai efisiensi, ekonomis, dan efektifitas aktivitas yang akan diperiksa. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.

d. Pekerjaan lapangan

Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah tujuan audit telah tercapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai oleh manajer operasi. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.

e. Temuan audit

Selama pelaksanaan pekerjaan, auditor internal mengidentifikasi kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit findings). Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil


(51)

dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang dapat dilaporkan haruslah:

1) Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.

2) Didokumentaiskan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai, kompeten, dan relevan.

3) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka. 4) Relevan dengan masalah-masalah yang ada.

5) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.

Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada manajemen. Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Mengidentifikasikan kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab manajemen. Lebih disukai auditor internal mengusulkan metode tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen.

Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan.


(52)

f. Kertas kerja

Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah tindakan perbaikan dan mangakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

1) Rencana audit, termasuk program audit.

2) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektifitas sistem kontrol internal.

3) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai.

4) Penelaahan kertas kerja oleh penyelia. 5) Laporan audit.

6) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda, antara lain:

1) Untuk mendukung laporan audit

2) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi

3) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan


(53)

5) Untuk menjadi dasar penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian audit

6) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi

7) Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan audit internal dan kemudian menggunakannya dalam penilaian audit eksternal atas sistem kontrol internal organisasi

8) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya

9) Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal

10)Menjadi bagian dokumentasi

E. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan 1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Suatu sistem merupakan subjek dari kesalahan-kesalahan, kecurangan-kecurangan, dan penyelewengan-penyelewengan umum lainnya, maka untuk mencegah atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dan ingin membentuk suatu sistem tersebut dilengkapi dengan suatu pengendalian yang berguna untuk mencegah atau menjaga hal-hal yang negatif tersebut. Sedangkan pengendalian intern adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam rangka meningkatkan kemungkinan tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengendalian dirancang dalam rangka untuk menjamin agar organisasi dapat menjalankan


(54)

tugasnya dengan baik sesuai dengan standar atau rencana yang ditetapkan (Institute of Internal Auditors, 1993). Contoh pelaksanaan kegiatan pengendalian antara lain meliputi penggunaan anggaran biaya atau anggaran penjualan, penggunaan passwords computer, atau bahkan penggunaan kunci gembok gudang atau perkantoran.

Untuk itu sebelum mengemukakan dan membahas tentang sistem pengendalian intern, di sini akan dijelaskan beberapa definisi umum mengenai sistem pengendalian intern yang di kemukakan oleh beberapa ahli:

Menurut Widjajanto (2001:18), “Pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk: (1) mengamankan aktiva perusahaan, (2) mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, (3) meningkatkan efisiensi, dan (4) mendorong agar kebijakan manajemen di patuhi oleh segenap jajaran organisasi”.

Mulyadi (2002:180) menyatakan bahwa: “Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi”.

Menurut Guy, Alderman, Winters (2002:2206) pada SAS No 55 mendefinisikan: “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dihasilkan oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori-kategori berikut: (1) keandalan (reliabilitas) laporan keuangan, (2) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan (3) efektifitas dan efisiensi operasi”.

Secara definisi, pengertian sistem pengendalian intern adalah suatu kumpulan pengendalian yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal bahwa perusahaan mampu memenuhi beberapa sasaran sebagai berikut: (1) meningkatkan reliabilitas dan integritas informasi, (2) memenuhi


(55)

kebijakan atau rencana yang ditetapkan serta hukum yang berlaku, (3) mengamankan kekayaan perusahaan, (4) meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, dan (5) memenuhi tujuan yang ditetapkan (Institute of Internal Auditors, 1993).

Dengan demikian, apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kelima tujuan di atas, maka perusahaan tersebut akan menerima risiko, sanksi, atau akibat yang sangat merugikan. Oleh karena itu, suatu sistem pengendalian intern yang berhasil disusun atau dirancang dengan baik merupakan sistem pertahanan efektif terhadap kemungkinan terjadinya berbagai risiko yang diperkirakan akan terjadi.

Agar suatu sistem pengendalian intern dapat berjalan dengan efektif , suatu sistem pengendalian intern yang akan diterapkan oleh suatu organisasi usaha sekurang-kurangnya harus memperhatikan tiga elemen sebagai berikut: (1) lingkungan pengendalian, (2) sistem akuntansi, dan (3) prosedur pengendalian individual (Hermanson dan Hermanson, 1994:29). Lingkungan pengendalian meliputi struktur organisasi perusahaan, filosofi dan gaya operasi manajemen (management’s operating style), praktik kerja yang biasa digunakan karyawan, dan metode penetapan otoritas serta pertanggungjawaban karyawan. Sementara itu, sistem akuntansi yang dirancang oleh perusahaan dimaksudkan untuk melaksanakan identifikasi, pencatatan, dan pelaporan secara akurat setiap transaksi yang terjadi didalam perusahaan. Sedangkan prosedur pengendalian meliputi penetapan peraturan dan kebijakan yang disusun secara rinci, misalnya: otorisasi transaksi, pemisahan tugas, pendokumentasian, pengawasan kekayaan perusahaan secara fisik, dan penilaian kinerja secara independen.


(56)

2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Menurut COSO dalam Guy, Alderman, Winters (2002:226), unsur pengendalian intern terdiri dari lima, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang di sekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan, serta pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya pengendalian tersebut. Hal itu merupakan pondasi kedisiplinan dan struktur dari semua komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh faktor: (1) integritas dan nilai-nilai etis, (2) komitmen terhadap kompetensi, (3) partsipasi dewan direksi dan komite audit, (4) gaya operasi dan filosofi manajemen, (5) struktur organisasi, (6) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan (7) kebijakan dan praktik sumber daya manusia dan aplikasinya.

b. Penilaian risiko (risk assessment)

Penilaian risiko adalah identifikasi, dan manajemen risiko entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses penilaian risiko harus memperhatikan keadaan serta kejadaian internal dan eksternal yang dapat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam


(57)

mencatat, memproses, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.

c. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuik mengantisipasi risiko yang dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkat organisasional atau fungsional dalam sebuah entitas.

d. Pemrosesan informasi dan komunikasi

Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan keuangan yang mancakup sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menyatukan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi entitas (kejadian dan kondisi) serta untuk mempertahankan akuntabilitas atas aktiva dan kewajiban yang berkaitan. Komunikasi melibatkan penyediaan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi pelaporan keuangan kepada pihak-pihak terkait dari suatu entitas secara tepat waktu. Komunikasi juga mencakup tujuan yang lebih luas dalam hal memberikan pemahaman yang jelas tentang peranan individu dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Komunikasi mencakup perluasan pemahaman personil tentang bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi


(58)

pelaporan keuangan berhubungan dengan pekerjaan lainnya, dan ahli pengecualian pelaporan pada tingkat yang lebih tinggi dalam entitas. e. Pamantauan (monitoring)

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat dilakukan melalui aktivitas manajemen terus-menerus atau evaluasi terpisah. Prosedur pemantauan yang terus-menerus dilakukan terhadap aktivitas rutin yang normal terjadi, dalam sebuah entitas serta mencakup aktivitas manajemen dan pengawasan yang biasa. Evaluasi terpisah adalah penilaian periodik atas semua atau sebagai pengendalian internal. Evaluasi tersebut dapat dilakukan oleh personil internal atau oleh pihak luar.

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Abdul Halim, 2008 tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kekayaan dan catatan perusahaan

Harta kekayaan perusahaan merupakan sarana untuk keberhasilan perusahaan, untuk itu perlu dilindungi dengan pengawasan yang memadai agar tidak sesat atau hilang dari usaha penyalahgunaan dan usaha pencarian. Hal ini dapat juga terjadi pada harga tidak berwujud seperti tagihan, dokumen-dokumen penting seperti surat kontrak, dan pembukuan seperti buku besar dan jurnal.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern, signifikansi pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern dan secara simultan signifikansi pengaruh penilaian kinerja dan penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern. Metode penelitian yang digunakan adalah hipotesis.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil uji t menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) yang

diukur oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh nilai t sebesar 1,692 dengan nilai probabilitas sig 0,098. Ini berarti nilai t lebih kecil dari 2 dan probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,10. Berdasarkan temuan penelitian ini disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan penilaian kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

2. Hasil uji t menunjukkan penerapan audit internal (variabel X2) yang diukur oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh nilai t sebesar 9,172 dengan nilai probabilitas sig 0,000, ini berarti nilai t lebih besar dari 2 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis


(2)

penelitian yang menyatakan penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian.

3. Hasil uji F menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) dan penerapan audit internal (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar 86,335 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0,000. Ini berarti nilai F lebih besar dari nilai 4 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan penilaian kinerja audit internal dan penerapan audit internal secara bersama berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap auditor internal pada perusahaan perbankan khususnya. Seorang auditor internal memiliki tanggung jawab terhadap semua tugas yang dikerjakan dan hasil yang dilaporkan, apalagi seorang auditor internal bekerja pada perusahaan yang memiliki manajemen yang membuat sistem untuk diikuti dan dijalankan. Auditor internal juga bertanggung jawab terhadap hasil laporan keuangan manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Auditor internal dituntut untuk memberikan hasil terbaik terhadap perusahaan. Penilaian kinerja oleh auditor internal terhadap manajemen suatu perusahaan tempatnya bekerja adalah merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat mengoreksi setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan nantinya. Penilaian tersebut akan sangat dapat berdampak baik untuk perbaikan sistem manajemen yang telah


(3)

dibuat dan digunakan. Setelah penilaian yang diutarakan oleh auditor internal terhadap pihak manajemen (bisa dalam bentuk laporan), adalah penerapan yang sebaiknya dilakukan setelah penilaian tersebut. Auditor mendapatkan hasil dari penilaian kinerja tersebut, auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil penilaian kinerja tersebut. Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dengan baik, perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan untuk memberikan pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya.

Penilaian kinerja yang telah dilakukan oleh auditor internal terhadap manajemen perusahaannya, baik menilai terhadap kinerja karyawan, perencanaan terhadap tujuan perusahaan, prosedur yang harus dilakukan setiap individu dalam menjalankan tugasnya dan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan perusahaan nantinya. Setelah penilaian tersebut dilaporkan kepada pihak manajemen perusahaan, tahap selanjutnya adalah peninjauan ulang kinerja setiap karyawan dengan penerapan. Maksudnya adalah auditor internal setelah mendapatkan hasil penilaian sebaiknya itu diterapkan pada kegiatan pekerjaannya, dan acuan yang digunakan adalah standar. Standar inilah yang akan membantu auditor internal untuk mencapai sistem pengendalian intern perusahaan yang baik.

Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat di kemukakan beberapa saran di antaranya:

1. Karyawan yang bekerja pada bagian manajemen suatu perusahaan sebaiknya memberi masukan kepada pihak yang berkaitan dengan proses penilaian kinerja sebelum dilakukannya kegiatan penilaian tersebut. Dan penilaian


(4)

tersebut dilakukan oleh auditor, karena penilaian ini akan dapat mempengaruhi peningkatan kinerja yang terus membaik.

2. Auditor internal dalam melakukan tugasnya, dalam hal ini adalah penilaian kinerja terhadap karyawan adalah menyatakan pendapat yang sebenarnya. Tetapi auditor harus mengacu pada standar auditing, agar hasil yang dicapai adalah baik untuk sistem pengendalian intern yang ada di dalam perusahaan tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, ”Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”, Edisi Ketiga, Jilid 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.

Bariyah, Siti Chaerul. “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Efektivitas Manajemen Risiko Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.

Boynton, William C, Ramond N. Johnson dan Walter G. Kell, “Modern Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003. Fitria, Syifa. “Korelasi Hasil Audit Internal dengan Kemampuan Kinerja

Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit Badan Penerbit Universita Diponegoro, Semarang, 2005.

Halim, Abdul, “Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2008.

Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Hapsoro, Doddy. “Keberadaan Sistem Pengendalian Intern dalam Perusahaan:

suatu Paradoks”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2 No.2, Agustus, 1999.

Harjanto, Nung. “Pengendalian Kualitas Audit untuk Memenuhi Harapan Pihak Internal dan Eksternal”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2 No.2, Agustus, 1999.

Heryanto dan Lukman, ”Statistik Ekonomi”, Lembaga Penerbit Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Salemba Empat, Yogyakarta, 2000.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), “Standar Profesional Akutan Publik Per 1 Januari 2001 / untuk Ikatan Akuntan Indonesia Kompartement Akuntan Publik” , Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), ”Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil / Institut Akuntan Publik Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.


(6)

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, “Auditing”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Niswonger, Rillin C., Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess. “Prinsip-prinsip Akuntansi”, Edisi 19, Buku satu, Erlangga, Jakarta, 1999. Pareke, Fahriddin JS. “Penilaian Kinerja:Keefektifan dan Kesalahan-kesalahan

Umum yang Sering Terjadi”. Media Ekonomi Vol. 1 No.2. November 2000.

Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.

Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2006.

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. “Sawyer’s Internal Auditing: Audit Internal Sawyer”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Setiyawan, Agus. “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Pengelolaan Persediaan terhadap Audit Operasional pada PT. Pertamina (Persero)”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.

Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.

Umar, Husein, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis” Edisi Kedua, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

Yusup, Al, Haryono, ”Auditing (Pengauditan)”, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2001.

http://sai.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008, tentang sistem pengendalian intern.

http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/Penilaian _Kinerja/, diakses pada tangggal 10 Oktober 2008, tentang penilaian kinerja.

http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing, diakses pada tanggal 8 Juni 2009, tentang standar auditing.