Kesadaran Keluarga Terhadap Gizi Berdasarkan Indikator Penimbangan. Kesadaran Keluarga Terhadap Gizi Berdasarkan Indikator Pemberian ASI Eksklusif.

55

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kesadaran Keluarga Terhadap Gizi Berdasarkan Indikator Penimbangan.

Pemantauan pertumbuhan balita bisa dilakukan dengan menimbang balita di rumah maupun di posyandu atau di puskesmas. Pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan balita dan bisa mencegah masalah sedini mungkin apabila terjadi penyimpangan. Pemantauan pertumbuhan ini dapat dilihat dari KMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 keluarga responden yang diteliti kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan indikator penimbangan yang dikategorikan baik hanya sekitar 40,90. Pada kategori tidak baik adalah 59,10. Rutinitas penimbangan ini biasanya dilakukan oleh ibu yang rumahnya dekat dengan posyandu atau keluarga kader, serta responden dengan balita yang masih mendapat imunisasi. Ada beberapa alasan keluarga tidak menimbangkan balitanya antara lain: anak sudah mendapat imunisasi lengkap sehingga ibu merasa tidak perlu membawa anaknya ke posyandu dan alasan bekerja bagi keluarga petani juga sangat mempengaruhi responden mengikuti penimbangan. Melalui wawancara dengan responden dapat diketahui mereka lebih mementingkan bekerja daripada hanya sekedar menimbang balita mereka ke posyandu. Kemungkinan hal tersebut di atas dipengaruhi oleh kurang pengetahuan masyarakat tentang manfaat penimbangan. Universitas Sumatera Utara 56

5.2. Kesadaran Keluarga Terhadap Gizi Berdasarkan Indikator Pemberian ASI Eksklusif.

Kebutuhan zat gizi bayi sampai umur 6 bulan masih bisa dipenuhi dengan memberikan ASI saja. Pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan karena pencernaan bayi belum siap untuk mencerna makanan selain ASI. ASI juga mengandung zat-zat kekebalan yang sangat diperlukan oleh bayi karena bayi sangat rentan terhadap penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 responden yang diteliti diketahui bahwa kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan indikator pemberian ASI Eksklusif yang dikategorikan baik hanya 3,03. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Dari wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa umumnya bayi diberikan air putih atau susu formula sesaat setelah bayi lahir dengan alasan produksi ASI tidak cukup atau bahkan tidak keluar sama sekali. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ibu kurang persiapan menghadapi masa laktasi. Seperti pendapat Fatimah 2007 bahwa kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga pemberian ASI tidak lancar dan ibu memilih memberi bayinya air putih atau susu formula dengan sendirinya ASI Eksklusif terabaikan. Alasan lain adalah karena responden bekerja sebagai petani dan bayinya harus ditinggal di rumah. Bayi diberikan susu formula atau nasi bubur dan akhirnya bayi lebih suka minum susu formula atau nasi bubur dari pada ASI. Alasan-alasan tersebut di atas kemungkinan juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif masih sangat rendah. Sementara Universitas Sumatera Utara 57 menurut Roesli 2008 bahwa seharusnya pada usia 0-6 bulan bayi hanya diberi ASI saja karena sistem pencernaan bayi belum dapat bekerja dengan sempurna. Pemberian makanan padattambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi.

5.3. Kesadaran Keluarga Terhadap Gizi Berdasarkan Indikator