g. Biaya Sewa
Realisasi sebesar Rp. 36.584.705.601 dibanding dengan anggarannya sebesar Rp. 32.868.187.023 melampaui target, terutama karena terlamapauinya biaya
sewa bangunan fasilitas pelabuhan dan sewa kapal, serta terlampauinya biaya sewa upah buruhtenaga kerja dan sewa tenaga kerja administrasi terutama
karena adanya penyesuaian UMR disamping juga karena meningkatnya kegiatan bongkar muat barang, serta meningkatnya kegiatan di terminal peti
kermas UTPK Belawan. h.
Biaya Administrasi Kantor Realisasi sebesar Rp. 16.868.249.362 dibanding dengan anggarannya sebesar
Rp. 15.361.868.532 melampaui target, terutama karena terlampauinya biaya rapat dan jamuan rapat, biaya rumah tangga dan biaya kertas dan alat-alat tulis
sejalan dengan meningkatnya kegiatan koordinasi kerja baik dengan mitra usaha maupun dengan instansi terkait.
i. Biaya Umum
Realisasi sebesar Rp. 71.394.712.152 dibanding dengan anggarannya sebesar Rp. 65.445.573.648 melampaui target terutama karena terlampauinya biaya
perjalanan dinas, biaya penyisihan piutang, biaya promosi, biaya pesangonganti rugi, biaya pakaian dinas, serta biaya perawatan kesehatan.
B. Proses Penyusunan Anggaran
Jika dilihat dari prosesnya, maka pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran pada PT Persero Pelabuhan Indonesia I adalah pendekatan
campuran top down dan bottom up. Hal ini tercermin dari proses penyusunan anggaran yang dimulai dengan penyampaian arahan Direksi kepada masing-
63
masing cabang atau unit usaha, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan penyampaian usulan anggaran masing-masing cabang dan unit usaha yang
bersangkutan. Pada dasarnya pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan
anggaran tersebut sudah cukup baik, hanya saja terdapat kelemahan dalam praktiknya yaitu kurang terintegrasinya anggaran cabang pelabuhan yang satu
dengan yang lainnya maupun keterkaitannya dengan anggaran unit-unit usaha yang ada. Contohnya, program peningkatan pelayanan kesehatan yang juga berarti
peningkatan anggaran biaya pemeliharaan kesehatan di satu cabang pelabuhan, tidak tercermin sebagai acuan target pendapatan bagi unit usaha Rumah Sakit
Pelabuhan yang lokasinya sama dengan cabang pelabuhan bersangkutan, padahal peraturan perusahaan menyebutkan bahwa karyawan perusahaan wajib
menggunakan jasa Rumah Sakit Pelabuhan. Proses penyusunan anggaran yang bertingkat-tingkat atau berjenjang
menggambarkan panjangnya birokrasi penyusunan anggaran serta masih melekatnya budaya sentralistis. Kondisi ini cenderung menimbulkan praktik
budget slack dan tidak menumbuhkan komitmen terhadap target-target anggaran yang ditetapkan bagi para pelaksana anggaran itu sendiri, karena masing-masing
penyaji usulan anggaran baik di tingkat cabang pelabuhan, unit usaha maupun di tingkat Direksi, cenderung melakukan mark-up biaya. Budget Slack yang sering
terjadi dalam proses penyusunan anggaran di PT Persero Pelabuhan Indonesia I, meliputi hal-hal seperti:
a. Menyajikan mark up perhitungan biaya, terutama biaya yang bersifat
kebijakan.
64
b. Menyajikan perkiraan pendapatan lebih rendah dari potensi yang
seharusnya sehingga target pendapatan mudah dicapai. c.
Menyajikan perkiraan pendapatan yang terlalu optimistik, yang dimaksudkan agar dapat menutupi usulan anggaran biaya yang telah di
mark-up. Munculnya praktik-praktik mark-up dimungkinkan mengingat belum
digunakannya model-model perhitungan simulasi besaran anggaran yang dapat dipakai sebagai pedoman baku dalam penyusunan anggaran.
C. Pengawasan Anggaran Biaya Operasional