Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bogor dan Jawa Barat Pasca

V. ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA

5.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bogor dan Jawa Barat Pasca

Kebijakan Upah Minimum Tabel 5.1 menunjukkan adanya penurunan sebesar 2,15 persen pada kesempatan kerja di Kabupaten Bogor pasca kebijakan Upah Minimum Regional UMR antara tahun 1998 dan 2004. Penurunan ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dari kebijakan UMR pada pertengahan tahun 1997 dan kebijakan Upah Minimum Kota UMK pada tahun 2001 atau bertepatan dengan kebijakan otonomi daerah. Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan kesempatan kerja di Propinsi Jawa Barat yang mengalami penurunan sebesar 2,47 persen pasca kebijakan UMR dan Upah Minimum Propinsi UMP. Tabel 5.1. Kesempatan Kerja Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Pasca Kebijakan Upah Minimum Kesempatan Kerja No Sektor Usaha jiwa Perubahan Persen 1998 2004 jiwa 1 Pertanian 174.148 272.734 98.586 56,61 2 Pertambangan dan Penggalian 8.884 10.131 1.247 14,04 3 Industri Pengolahan 249.564 301.786 52.222 20,92 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7.942 5.570 -2.372 -29,87 5 Bangunan 123.038 87.586 -35.452 -28.81 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 378.712 332.340 -46.372 -12,24 7 Transportasi dan Komunikasi 116.012 121.761 5.749 4,95 8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 29.144 12.729 -16.415 -56,32 9 Jasa-jasa 282.336 195.616 -86.720 -30,71 Total 1.369.780 1.340.253 -29.527 -2,15 Sumber : BPS Sakernas, 1998-2004. Ditahun 1998 kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 174.148 jiwa dan pada tahun 2004 terjadi peningkatan sebesar 98.586 jiwa, menjadi 272.734 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa sektor usaha ini mengalami peningkatan sebesar 56,61 persen. Selain itu sektor usaha ini juga merupakan sektor usaha dengan nilai peningkatan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor usaha lain. Hal ini terjadi karena banyaknya tenaga kerja yang beralih ke sektor pertanian, setelah terjadinya pemutusan kerja pasca kebijakan upah minimum. Sektor usaha yang mengalami peningkatan tertinggi kedua adalah sektor usaha industri pengolahan, hal ini terjadi karena sektor usaha ini cenderung menggunakan teknologi canggih padat modal dalam proses produksinya sehingga penetapan upah minimum berpengaruh besar terhadap penyerapan tenaga kerja sektor usaha industri pengolahan. Sektor usaha yang mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja terbesar pasca kebijakan upah minimum adalah sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar 56,32 persen. Hal ini terjadi karena banyaknya Bank yang dilikuidasi pasca krisis pada tahun 1997. Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 12,24 persen tetapi sektor usaha ini tetap memberikan kontibusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 378.712 jiwa pada tahun 1998 dan 332.340 jiwa pada tahun 2004. Kolom persen menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor usaha yang bersangkutan apabila bernilai positif, demikian sebaliknya apabila bernilai negatif maka pertumbuhan kesempatan kerja mengalami penurunan. Sektor usaha yang mengalami peningkatan berdasarkan urutan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah pertanian 56,61 persen; industri pengolahan 20,92 persen; pertambangan dan penggalian 14,04 persen; transportasi dan komunikasi 4,95 persen. Sedangkan sektor usaha yang bernilai negatif adalah keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan 56,32 persen; jasa-jasa 30,71 persen; listrik, gas, dan air bersih 29,87 persen; bangunan 28,81 persen; perdagangan, hotel, dan restoran 12,24 persen. Tabel 5.2. Kesempatan Kerja Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Pra Kebijakan Upah Minimum Kesempatan Kerja No Lapangan Usaha jiwa Perubahan Persen 1992 1997 jiwa 1 Pertanian 287.280 180.873 -106.407 -37,04 2 Pertambangan dan Penggalian 18.874 18.168 -704 -3,74 3 Industri Pengolahan 246.204 301.520 55.316 22,46 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4.245 4.569 324 7,63 5 Bangunan 70.613 103.600 32.987 46,71 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 317.268 430.526 113.258 35,70 7 Transportasi dan Komunikasi 63.929 109.745 45.816 71,66 8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 11.643 34.510 22.867 196,40 9 Jasa-jasa 175.180 310.247 135.067 77,10 Total 1.195.236 1.493.758 298.522 24,97 Sumber : BPS Sakernas, 1992-1997. Pertumbuhan kesempatan kerja sebelum kebijakan upah minimum diimplementasikan di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 24,97 persen Tabel 5.2. Sebagai wilayah yang memiliki sentra-sentra ekonomi, Kabupaten Bogor dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Sehingga kebijakan upah minimum yang dilakukan pemerintah pusat pada tahun 1997, memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bogor. Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan yang berkeberatan dengan kebijakan upah minimum, disaat perusahaan dalam kesulitan ekonomi imbas dari krisis ekonomi negara. Sehingga perusahaan memilih untuk meminimalisir jumlah tenaga kerjanya bahkan tidak sedikit pula perusahaan yang tutup. Tabel 5.3 menunjukkan terjadinya penurunan pertumbuhan kesempatan kerja di tingkat Propinsi Jawa Barat pasca kebijakan upah minimum sebesar 2,47 persen. Hal ini mengidentifikasikan bahwa terjadi pengaruh negatif terhadap pelaksanaan kebijakan upah minimum. Pada tahun 1998 sektor usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak diduduki oleh sektor usaha pertanian yaitu sebesar 4.898.469 jiwa. Meskipun mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,12 persen, sektor usaha ini tetap merupakan sektor usaha yang terbanyak menyerap tenaga kerja pada tahun 2004 yaitu sebesar 4.353.604 jiwa. Tabel 5.3. Kesempatan Kerja Menurut Sektor Usaha di Propinsi Jawa Barat Pasca Kebijakan Upah Minimum Kesempatan Kerja No Sektor Usaha jiwa Perubahan Persen 1998 2004 jiwa 1 Pertanian 4.898.469 4.353.604 -544.865 -11,12 2 Pertambangan dan Penggalian 105.694 64.068 -41.626 -39,40 3 Industri Pengolahan 2.519.702 2.569.523 49.821 1,97 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 75.740 39.839 -35.901 -47,42 5 Bangunan 925.730 849.855 -75.875 -8,19 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.345.334 3.331.241 -14.093 -0,42 7 Transportasi dan Komunikasi 1.008.081 1.284.381 276.300 27,41 8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 155.013 271.575 116.562 75,19 9 Jasa-jasa 2.078.298 1.831.527 -246.771 -11,87 Total 14.968.424 14.598.311 -370.113 -2,47 Sumber : BPS Sakernas, 1998-2004. Sektor usaha yang mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi adalah sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar 75,19 persen. Hal ini terjadi karena banyaknya pengusaha yang menanamkan modalnya investasi disaat suku bunga sedang naik salah satu cara pemerintah dalam pemulihan ekonomipasca krisis ekonomi. Sedangkan sektor usaha yang mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 1,97 persen. Penurunan pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi terjadi pada sektor usaha listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar 47,42 persen. Hal ini terjadi karena sektor ini cenderung menggunakan teknologi canggih dalam proses produksinya sehingga tidak terlalu membutuhkan banyak tenaga kerja. Kemudian disusul oleh sektor usaha pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 39,40 persen. Biaya produksi yang tinggi dalam proses produksi pada sektor usaha pertambangan dan penggalian yang menyebabkan banyaknya perusahaan di sektor ini menghentikan proses produksinya pasca kebijakan upah minimum. Sedangkan sektor usaha yang mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja terkecil adalah sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 0,42 persen. Tabel 5.4. Kesempatan Kerja Menurut Sektor Usaha di Propinsi Jawa Barat Pra Kebijakan Upah Minimum Kesempatan Kerja No Lapangan Usaha jiwa Perubahan Persen 1992 1997 jiwa 1 Pertanian 4.712.690 4.724.853 12.163 0,25 2 Pertambangan dan Penggalian 128.757 115.228 -13.529 -10,50 3 Industri Pengolahan 2.328.175 2.519.702 191.527 8,22 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 78.902 75.740 -3.162 -4,00 5 Bangunan 596.870 925.730 328.860 55,09 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.599.620 3.345.334 745.714 28,68 7 Transportasi dan Komunikasi 765.657 1.008.081 242.424 31,66 8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 132.621 155.013 22.392 16,88 9 Jasa-jasa 2.181.820 2.078.298 -103.522 4,74 Total 13.525.112 14.947.979 1.422.867 10,52 Sumber : BPS Sakernas, 1992-1997. Tabel 5.4 menggambarkan kondisi kesempatan kerja di Propinsi Jawa Barat sebelum dilakukan kebijakan upah minimum oleh pemerintah, rata-rata sektor usaha mengalami peningkatan. Sektor usaha yang paling signifikan mengalami peningkatan adalah sektor usaha bangunan yaitu sebesar 55,09 persen. Kemudian posisi kedua dipegang oleh sektor usaha transportasi dan komunikasi yaitu sebesar 31,66 persen. Sedangkan posisi ketiga dipegang oleh sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 28,68 persen. Tetapi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja juga terjadi pada dua sektor usaha, masing-masing adalah sektor usaha pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 10,50 persen dan sektor usaha listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar 4,00 persen. Sedangkan dari keseluruhan sektor usaha dan jumlah tenaga kerja, pertumbuhan kesempatan kerja di Jawa Barat sebelum kebijakan upah minimum mengalami peningkatan sebesar 10,52 persen dari 13.525.112 jiwa pada tahun 1992 menjadi 14.947.979 jiwa pada tahun 1997.

5.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bogor Pasca Kebijakan Upah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara

3 103 62

Analisis Kausalitas Antara Upah Minimum dan Tingkat Inflasi di Kota Medan

3 57 66

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, Upah Minimum Provinsi Dan Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Di Sumatera Utara

3 76 108

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

1 15 83

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

0 31 84

Dampak Kebijakan Upah Minimum dan Makroekonomi terhadap Laju Inflasi, Kesempatan Kerja serta Keragaan Permintaan dan Penawaran Agregat

1 11 169

Dampak Kebijakan Upah Minimum dan Makroekonomi terhadap Laju Inflasi, Kesempatan Kerja serta Keragaan Permintaan dan Penawaran Agregat

0 8 159

ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, UPAH MINIMUM, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Minimum, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja(Di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Pa

0 2 13

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI DENGAN PANEL DATA ANALYSIS

0 1 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja - Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara

0 0 16