Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefisien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang besar pada hasil regresi. Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat mengakibatkan kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga keberadaan multikolinearitas ini harus diuji Levin, 1998 supaya dapat dijamin bahwa variabel independen di dalam penelitian tidak saling berkorelasi. Pengujian dapat dilakukan dengan Colinearity Diagnostic serta partial correlation. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Faktor VIF. Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,10 atau dengan nilai VIF lebih besar atau sama dengan 10 Ghozali, 2009.

4.6.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari variabel tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Grafik Plot. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot Ghozali, 2009. Jika diagram plot yang dibentuk menunjukkan pola tertentu maka dapat dikatakan model tersebut mengandung gejala heteroskedastisitas.

4.6.5 Uji Autokorelasi

Universitas Sumatera Utara Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Hal ini berarti bahwa variabel gangguan tidak random. Keadaan autokorelasi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag pada model, tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk pengujian ada tidaknya autokorelasi ini, peneliti menggunakan uji Durbin Watson. Mekanisme uji Durbin Watson adalah sebagai berikut : 1. Melakukan regresi dengan Ordinary Least Square OLS, kemudian kita menyimpan residualnya. 2. Menghitung nilai d dengan rumus : D hit = ∑ e t – e t-1 ∑e 2 t Apabila model menggunakan lag dari variabel dependen, maka test Durbin Watson yang dilakukan adalah : H = √N p [1 − Nσ t−1 2 ] 2 dimana: p = 1-12d σ2t-1 = Varian lag dari variabel dependen. N = Banyaknya observasi. Universitas Sumatera Utara 3. Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu, diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin Watson untuk berbagai nilai α diambil langsung dari tabel. 4. Hipotesis yang digunakan adalah : H0 = Tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif d dl = Tolak H0 ada korelasi positif d 4 - dl = Tolak H0 ada korelasi negatif du d 4- du = Terima H0 Tidak ada autokorelasi dl ≤ d ≤ du = Tidak dapat ditarik kesimpulan 4-du ≤ d ≤ 4-dl = Pengujian tidak dapat disimpulkan Tidak Tahu Tidak Tahu Korelasi Positif Tidak Ada Korelasi Korelasi Negatif d L d U 4-d U 4-d L Gambar 3.2. Daerah pengambilan keputusan tes Durbin-Watson 4 4.6.6. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis I

Hipotesis I adalah Komponen laporan arus kas arus kas dari aktifitas operasi, arus kas dari aktifitas investasi, dan arus kas dari aktifitas pendanaan dan dividen payout ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap return saham perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Pengaruh Dividen Kas, Arus Kas Bersih, Leverage Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 40 143

Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham Perusahaan Barang-Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

1 31 104

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN HARGA SAHAM TERHADAP DIVIDEN KAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2008

0 19 16

PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa

0 2 12

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, RETURN ON INVESTMENT, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 24

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek I

0 1 15

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 0 18

PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR), EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 77

PENGARUH QUICK RATIO, EARNING PER SHARE, DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 9