Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN
RASIO CAMELS
Oleh:
EKO SYAFRIADI 0 7 0 5 0 3 0 24
PPROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan,
Eko Syafriadi NIM 070503024
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan izin Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS”. Shalawat beriring salam juga penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW, semoga ketauladanan beliau dapat menjadi contoh bagi kita semua di dunia dan di akhirat.
Adapun tujuan dari disusunnya skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara, dan lebih dari itu sesungguhnya penelititan ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran yang telah penulis tempuh selama masa perkuliahan.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini,
(4)
4. Bapak Abdillah Arif Nst, SE, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku dosen penguji dan pembanding yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis dalam penulisan spripsi ini.
5. Ibu dan Ayahanda tercinta yang tak pernah lelah memberikan dukungan dan doa kepada penulis yang tak terhingga, begitu juga kepada keluarga besar yang selalu memberikan penulis harapan. Kepada adik-adik, Eri dan Era yang juga telah mendukung rampungnya skripsi ini. Serta kepada teman-teman Edi, Rivi, Hendra, Edward, Lia, dan Kasini yang juga telah memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna disebabkan keterbatasan penulis baik dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga dapat dijadikan acuan untuk penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Juli 2011 Penulis
Eko Syafriadi NIM 070503024
(5)
ABSTRAK
PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri merupakan perusahaan perbankan yang telah memimpin pasar perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan membuktikan secara empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri selama periode 2007-2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id serta dari situs resmi masing-masing bank. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang didasarkan pada aspek perhitungan tingkat kesehatan bank yang meliputi capital, asset, earning, dan liquidity. Rasio yang digunakan adalah KPMM mewakili capital; KAP mewakili asset; NOM, ROA, ROE, dan REO mewakili earning; dan STM yang mewakili liquidity.
Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang sangat baik, sangat tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Sementara pada tahun 2009 tergolong sebagai bank yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, cukup tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia ditinjau dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang yang memiliki rasio capital kuat, kualitas aktiva produktif yang baik, tinggi profitabilitasnya, dan kurang likuid. Pada tahun 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia tergolong bank yang tinggi rasio capital-nya, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, rendah profitabilitasnya, dan likuid. Perbandingan kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan PT. Bank Muamalat Indonesia.
Kata Kunci : Rasio Capital, Asset, Earning, Liquidity, Perbandingan Kinerja Keuangan
(6)
ABSTRACT
PT Bank Muamalat Indonesia and PT Bank Syariah Mandiri, a banking company which has been leading the Islamic banking market in Indonesia. This research aims to investigate and prove empirically about the differences between the financial performance of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri during the period 2007-2009. This research is a descriptive comparison.
The data used are secondary data in the form of financial statements of companies that obtained from the bank's published financial statements of Bank Indonesia through www.bi.go.id site as well as from the official websites of each bank. Data analysis was performed using analysis of financial ratios based on aspects of the bank's calculation of the level of health that includes capital, assets, earnings, and liquidity. The ratio used is KPMM representing Capital Adequacy; KAP representing assets; NOM, ROA, ROE, and REO represent earnings, and STM representing liquidity.
The financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 is classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is very good, very high profitability, and very liquid. While in 2009 classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is quite good, quite high profitability, and very liquid. Financial performance. Bank Muamalat Indonesia in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 are classified as banks have strong capital ratios, good asset quality, high profitability, and less liquid. In 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia is a high bank capitalnya ratio, asset quality is good enough, low profitability, and liquidity. Comparative financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri and PT. Muamalat Bank Indonesia shows that the financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri better than PT. Bank Muamalat Indonesia.
Key word : The Ratio of Capital, Assets, Earnings, Liquidity, Comparative Financial Performance
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
ABSTRAC... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Perumusan Masalah………... 5
C. Batasan Masalah………. 5
D. Tujuan Penelitian………... 6
E. Manfaat Penelitian………... 7
F. Kerangka Konseptual……….……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS……….. 10
1. Rasio Permodalan ……….………... 11
2. Rasio Kualitas Aktiva ……… 13
3. Rasio Rentabilitas……… 14
4. Rasio Likuiditas……….. 15
B. Laporan Keuangan ……….. 18
1. Pengertian Laporan Keuangan Bank ……… 18
2. Jenis laporan keuangan bank syariah……….. 18
C. Analsis Laporan Keuangan……….. 20
1. Pengertian ………. …… 20
2. Tujuan analisis laporan keuangan……….. 20
3. Analisis rasio keuangan……….. 21
(8)
E. Pengertian Bank Syariah……….. 24
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………... 28
B. Jenis dan Sumber Data………. ……… 28
C. Metode Pengumpulan Data……….. 29
D. Defenisi Operasional Variabel……….. 29
E. Tekhnik Analisis Data……….. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian………. 39
1. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri………….. 39
2. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia……… 41
B. Deskripsi Data………. 44
C. Analisis Rasio Keuangan………. 46
1. PT. Bank Syariah Mandri……….. 46
2. PT. Bank Muamalat Indonesia……….. 67
D. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan ………. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 90
B. Keterbatasan Penelitian………. 93
C. Saran………. 93
DAFTAR PUSTAKA………. 96
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Dana pihak ketiga……….. 2
Tabel 1.2 Pembiayaan……… 2
Tabel 1.3 Asset……….. 2
Tabel 1.4 Aktiva Bank Umum Syariah………. 3
Tabel 1.5 Batasan Masalah……… 6
Tabel 2.1 Kriteria Penentuan Peringkat CAMELS……….. 17
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………..26
Tabel 4.1 Data keuangan Bank Muamalat 2007-2009……… 45
Tabel 4.2 Data Keuangan Bank Mandiri Syariah 2007-2009………. 45
Tebel 4.3 Perhitungan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri………... 48
Tabel 4.4 Pertumbuhan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri………. 49
Tabel 4.5 Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Bank Syariah Mandiri……….. 52
Tabel 4.6 Pertumbuhan rasio KAP Bank Syariah Mandiri………….. 53
Tabel 4.7 Rasio NOM Bank Syariah Mandiri………. 56
Tabel 4.8 Rasio Penunjang Rentabilitas Bank Syariah Mandiri……. 58
Tabel 4.9 Pertumbuhan rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri….. 63
Tabel 4.10 Perhitungan rasio STM Bank Syariah Mandiri…………... 65
Tabel 4.11 Pertumbuhan rasio STM Bank Syariah Mandiri…………. 66
Tabel 4.12 Perhitungan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia…… 68
Tebel 4.13 Pertumbuhan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia….. 70
Tabel 4.14 Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Bank Muamalat Indonesia……….. 72
Tabel 4.15 Pertumbuhan rasio KAP Bank Muamalat Indonesia…….. 74
(10)
Tabel 4.17 Rasio Penunjang Rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia………. 79 Tabel 4.18 Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia………. 83 Tebel 4.19 Perhitungan rasio STM Bank Muamalat
Indonesia……… 85 Tabel 4.20 Pertumbuhan rasio STM Bank Muamalat
Indonesia………. 87 Tabel 4.21 Perbandingan Rasio KPMM Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 88 Tabel 4.22 Perbandingan Rasio KAP Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 89 Tebel 4.23 Perbandingan Rasio Rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 90 Table 4.24 Perbandingan Rasio Likuiditas Bank Mumalat
(11)
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL HALAMAN
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual……… 9 Gambar 2.1 Sistem Operasional Bank Syariah……… 25
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran I Aktiva Produktif……… 98
Lampiran II Komponen Laba-Rugi……….. 99
Lampiran III Aktiva dan Kewajiban lancar………... 101
Lampiran IV Rata-rata aktiva produktif……… 102
Lampiran V Rata-rata total aktiva………... 103
Lampiran VI Rata-rata modal disetor………... 104
(13)
ABSTRAK
PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri merupakan perusahaan perbankan yang telah memimpin pasar perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan membuktikan secara empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri selama periode 2007-2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id serta dari situs resmi masing-masing bank. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang didasarkan pada aspek perhitungan tingkat kesehatan bank yang meliputi capital, asset, earning, dan liquidity. Rasio yang digunakan adalah KPMM mewakili capital; KAP mewakili asset; NOM, ROA, ROE, dan REO mewakili earning; dan STM yang mewakili liquidity.
Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang sangat baik, sangat tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Sementara pada tahun 2009 tergolong sebagai bank yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, cukup tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia ditinjau dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang yang memiliki rasio capital kuat, kualitas aktiva produktif yang baik, tinggi profitabilitasnya, dan kurang likuid. Pada tahun 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia tergolong bank yang tinggi rasio capital-nya, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, rendah profitabilitasnya, dan likuid. Perbandingan kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan PT. Bank Muamalat Indonesia.
Kata Kunci : Rasio Capital, Asset, Earning, Liquidity, Perbandingan Kinerja Keuangan
(14)
ABSTRACT
PT Bank Muamalat Indonesia and PT Bank Syariah Mandiri, a banking company which has been leading the Islamic banking market in Indonesia. This research aims to investigate and prove empirically about the differences between the financial performance of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri during the period 2007-2009. This research is a descriptive comparison.
The data used are secondary data in the form of financial statements of companies that obtained from the bank's published financial statements of Bank Indonesia through www.bi.go.id site as well as from the official websites of each bank. Data analysis was performed using analysis of financial ratios based on aspects of the bank's calculation of the level of health that includes capital, assets, earnings, and liquidity. The ratio used is KPMM representing Capital Adequacy; KAP representing assets; NOM, ROA, ROE, and REO represent earnings, and STM representing liquidity.
The financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 is classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is very good, very high profitability, and very liquid. While in 2009 classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is quite good, quite high profitability, and very liquid. Financial performance. Bank Muamalat Indonesia in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 are classified as banks have strong capital ratios, good asset quality, high profitability, and less liquid. In 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia is a high bank capitalnya ratio, asset quality is good enough, low profitability, and liquidity. Comparative financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri and PT. Muamalat Bank Indonesia shows that the financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri better than PT. Bank Muamalat Indonesia.
Key word : The Ratio of Capital, Assets, Earnings, Liquidity, Comparative Financial Performance
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah menfatwakan haram atas bunga bank menyebabkan lahirnya bank Syariah di Indonesia yang mampu menjawab kebutuhan lembaga keuangan yang bebas dari hal yang diharamkan masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba. Bank syariah seperti halnya bank konvensional juga terdiri dari dua jenis yaitu bank umum syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). BUS adalah bank syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan BPRS adalah bank syariah yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Saat ini, bank yang menjalankan kegiatan tidak berdasarkan syariah dapat membuka cabang yang dalam prinsip penerapannya menggunakan prinsip syariah dengan seiring perkembangan dunia perbankan, sehingga di dalam bank tersebut terdapat dua sistem yakni sistem syariah dan sistem konvensional atau biasa dikenal dual banking system. Bank konvensional yang membuka usaha syariah dinamakan Unit Usaha Syariah (UUS).
Perkembangan bank umum syariah di Indonesia cukup pesat, hal ini terlihat dari kinerja keuangan bank umum syariah yang baik. Beberapa fakta pesatnya perkembangan pertumbuhan bank umum syariah dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
(16)
Tabel 1.1
Dana pihak ketiga, jumlah dana masyarakat yang ditempatkan di bank umum Keterangan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Jun 10 Bank Umum 1,127,937 1,287,102 1,510,834 1,753,292 1,950,712 2,096,036 Bank syariah 15,581 19,347 28,011 36,852 52,271 58,078 Market share 1.38% 1.50% 1.85% 2.10% 2.68% 2.77%
Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010) Tabel 1.2
Pembiayaan, jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat
Pembiayaan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank Umum 695,648 792,297 1,002,012 1,307,688 1,437,930 1,586,492 Bank Syariah 12,405 16,113 20,717 26,109 34,452 46,260 Market share
bank syariah
1.78% 2.03% 2.07% 2.00% 2.40% 2.92% Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010)
Tabel 1.3
Asset, total kekayaan yang dimiliki oleh bank umum syariah
Asset Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank umum 1,469,827 1,693,850 1,986,501 2,310,557 2,534,106 2,678,265 Bank syariah 20,880 26,722 33,016 49,555 66,090 75,205 Market share
bank syariah
1.42% 1.58% 1.66% 2.14% 2.61% 2.81%
Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010)
Berdasarkan data yang ditampilkan di atas dapat kita lihat bahwa market share yang dimiliki bank umum syariah terus meningkat dan terus mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya persaingan yang ketat baik antara bank umum syariah maupun dengan bank umum konvensional yang menuntut bank-bank umum syariah untuk memiliki kinerja kuangan yang baik untuk dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, jumlah bank umum syariah baik yang tergolong ke dalam bank devisa dan bank non devisa adalah
(17)
sebanyak 10 (sepuluh) perusahaan yang sebagian besar adalah unit usaha syariah. Unit usaha syariah ini merupakan bagian dari bank-bank umum konvesional besar seperti Bank Mandiri, Bank BCA, dan bank-bank ternama lainnya. Apabila dilihat dari total asset setiap bank umum syariah tersebut, maka akan terlihat dua bank umum syariah yang memiliki total asset yang cukup besar bila dibandingkan bank umum syariah yang lain. Asset kedua bank tersebut berada dalam rentang Rp10M-Rp30M, seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1.4
Aktiva Bank Umum Syariah
(per 30 september 2010 dalam jutaan rupiah)
No. Nama Bank Total Asset (Rp)
Bank Devisa
1. Bank Negara Indonesia Syariah 6.088.008
2. Bank Muamalat Indonesia 17.725.347
3. Bank Syariah Mandiri 28.053.984
4. Bank Mega Syariah 4.455.914
Bank Non-Devisa
1. Bank Central Asia Syariah 806.872
2. Bank Rakyat Indonesia Syariah 6.073.535
3. Bank Jabar Banten Syariah 1.644.620
4. Bank Panin Syariah 342.945
5. Bank Syariah Bukopin 2.163.300
6. Bank Victoria Syariah 281.366
Sumber : Bank Indonesia, 2010 (diolah Penulis)
Berdasarkan data yang ditampilkan di atas maka terlihat bahwa hanya Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri yang memiliki asset di atas yang lainnya, yakni masing-masing Rp 17.725.347 dan Rp 28.053.984 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua bank ini adalah bank yang memimpin pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Apabila kita hanya merujuk pada jumlah asset yang diperoleh bank itu saja maka akan sangat tidak relevan bila kita mengatakan bahwa bank yang dimaksud sudah berkinerja baik. Total asset tersebut hanya bisa dijadikan acuan untuk menentukan seberapa besar perusahaan tersebut. Banyak
(18)
instrumen yang dapat dijadikan alat untuk mengukur kinerja perusahaan perbankan yang salah satunya adalah melalui rasio keuangan.
Bank Indonesia sebagai bank sentral sekaligus sebagai bank regulator tentunya tidak ingin kejadian tahun 1997-1998 terulang kembali, untuk itu Bank Indonesia semakin memperketat pengaturan dan pengawasannya terhadap Perbankan Nasional Indonesia dengan selalu menilai kinerja perbankan. Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah kinerja keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank untuk menilai kinerja ini banyak menggunakan rasio keuangan sebagai alat hitungnya. Melalui rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan bank secara berkala maka dapat menunjukkan kualitas suatu bank.
Salah satu metode yang lazim dilakukan untuk menilai kinerja bank syariah adalah peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity Market Risk). Dalam hal ini penulis tidak menggunakan aspek management dikarenakan bukan merupakan aspek keuangan selain itu juga tidak menggunakan aspek Sensitivity Market Risk dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh oleh penulis, mengingat untuk mengukurnya diperlukan data historis bank yang mana data tersebut tidak tersedia di dalam laporan kauangan bank. Oleh karena itu penulis membatasi penelitian dengan hanya menggunakan rasio-rasio dari aspek permodalan (capital), kualitas aktiva produktif (Asset), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) bank umum syariah. Apabila melihat dari size atau ukuran perusahaan yang digambarkan oleh
(19)
total asset maka Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia merupakan bank yang sebanding bila dibandingkan bank umum syariah yang lain. Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti kinerja bank umum syariah salama periode 2007-2009 yang akan dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah seperti yang disebutkan di bawah ini.
1. Bagaimana kinerja keungan Bank Syariah Mandiri dilihat dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity selama 2007-2009?
2. Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dilihat dari rasio capital, asset, earning, dan liquidity selama 2007-2009? 3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia selama 2007-2009?
C. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu, ilmu, dan kemampuan penulis maka penulis membuat beberapa batasan masalah pada aspek metode CAMELS. Rasio-rasio yang digunakan dari setiap aspek akan ditunjukkan dari tabel di bawah.
(20)
Tabel 1.5 Batasan Masalah
Aspek Rasio yang dipakai
Permodalan (capital) KPMM
Kualitas Aktiva produktif (asset) KAP
Rentabilitas (earning) NOM, ROA, ROE, dan BOPO
Likuiditas (liquidity) STM
Pemilihan Bank Muamalat Indonesia sebagai pembanding kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri didasarkan pada alasan karena (1) Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum syariah pertama yang didirikan di Indonesia; (2) dan Bank Muamlat Indonesia merupakan bank yang sebanding dengan Bank Syariah Mandiri, yakni dilihat dari total asset bank-bank umum syariah yang lain.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang rasio Capital, kualitas aktiva produktif (asset), Earning, dan Liquidity pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia, serta perbandingan di antara kedua bank tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
a. Mengetahui rasio Capital, kualitas aktiva produktif, Earning dan, Liquidity Bank Syariah Mandiri selama 2007-2009
b. Mengetahui rasio Capital, kualitas aktiva produktif, Earning, dan Liquidity Bank Muamalat Indonesia selama 2007-2009
(21)
c. Mengetahui perbandingan rasio Capital, kualitas aktiva produktif, Earning, dan Liquidity, antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia selama 2007-2009
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Sebagai masukkan dan menambah wawasan bagi peneliti tentang kinerja perbankan syariah di Indonesia.
b. Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi manajemen bank dalam pengembangan dan memajukan pengelolaan bank.
c. Dapat memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat dalam menentukan lembaga keuangan bank yang sehat.
d. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
F. Kerangka Konseptual
Bank syariah adalah badan usaha keuangan yang membutuhkan kepercayaan masyarakat untuk menjalankan usahanya. Salah satu alat yang dapat dinilai oleh masyarakat khususnya pemerintah dan Bank Indonesia adalah mengenai kinerja keuangan. Kinerja keuangan perbankan yang biasa digunakan dan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia adalah penilaian tingkat kesehatan bank.
(22)
Penilaian tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan beberapa aspek yaitu permodalan, kualitas asset, rentabilitas (earning), dan likuiditas. Aspek-aspek tersebut akan dihitung dan dibandingkan terhadap dua perusahaan yaitu Bank Syariah mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Perhitungan dan perbandingan akan didasarkan pada batasan masalah yang telah diuraikan di awal. Pertama-tama kedua bank yakni Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dihitung masing-masing untuk setiap aspek kesehatan bank sehingga akan terlihat hasil dan kinerja dari kedua bank tersebut. Setelah nilai tersebut diperoleh maka tahap selanjutnya adalah membandingkan kinerja kedua bank tersebut sehingga diperoleh tingkat kesehatan dan kinerja mana yang lebih baik.
Gambar 1.1 Kerangka konseptual BANK UMUM
SYARIAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
BANK SYARIAH MANDIRI
Kinerja keuangan
• Capital
• Asset
• Earning
• Liquidity
Kinerja keuangan
• Capital
• Asset
• Earning
• Liquidity
(23)
Melalui kerangka konseptual ini terlihat bahwa kinerja keuangan kedua bank dihitung, dinilai serta dianalisis secara terpisah yang kemudian akan dibandingkan satu sama lainnya. Hasil perbandingan ini akan memperlihatkan bagaimana kinerja keuangan masing-masing bank serta bank yang mana yang lebih baik kinerja keuangannya. Melalui hasil perbandingan ini diharapkan akan memberikan informasi yang bermanfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS
Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan, baik itu perbankan syariah atau konvensional. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan mengenai kinerja keuangan maka kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank secara keseluruhan pada suatu periode tertentu dalam segala aspek yang biasanya diukur melalui berbagai indikator, misalnya rasio keuangan. Rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) ”merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.”
Lebih lanjut di dalam bukunya, Kasmir (2008:104) mengatakan bahwa hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai suatu target seperti yang telah ditetapkan. Kasmir juga mengatakan, dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan terget perusahaan. Oleh karena itu, maka diperlukan analisis atas laporan keuangan melalui analisis rasio keuangan dimana hasil peruhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
(25)
bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai kesehatan bank selama periode keuangan. Tentunya banyak rasio keuangan yang dapat dihitung dari perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah mengingat bahwa perbankan adalah perusahaan yang sedikit berbeda dengan perusahaan yang bergerak bukan di sektor keuangan.
Salah satu kinerja keuangan bank adalah penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut Totok dan Sigit (2008:51) ”kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawassan bank oleh Bank Indonesia. Perhitungan kinerja keuangan bank syariah yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut.
1. Rasio Permodalan (CAPITAL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/ PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, ”penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul”. Selain itu, berfungsi untuk mengukur
(26)
kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari serta dapat juga mengukur kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. Untuk menghitung rasio permodalan digunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Rumus dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah:
M tier 1 merupakan modal inti bank yang terdiri dari modal disetor dan beberapa komponen modal inti lainnnya misalnya agio saham, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, serta laba tahun berjalan setelah pajak. M tier 2 merupakan modal pelengkap yang terdiri dari misalnya cadangan umum penyisihan penghapusan akiva produktif dan investasi subordinasi. M tier 3 merupakan modal pelengkap tambahan seperti modal pelengkap yang tidak digunakan untuk resiko penyaluran dana. Sedangkan penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. Semakin besar rasio KPMM maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan bahwa rasio ini juga menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu
(27)
meng-cover dirinya dari resiko kerugian gagal bayar dari pembiayaan yang disalurkan yang akan berdampak pada modal bank yang bersangkutan.
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (ASSET)
Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama dalam menghitung kinerja asset bank Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk rupiah atau dalam valuta asing atau dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung kualitas aktiva produktif (KAP) adalah:
APYD merupakan aktiva produktif yang diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M). Semakin tinggi rasio ini maka kinerja kualitas aktiva produktif bank semakin baik dan semakin rendah rasio ini mengindikasikan bahwa kurang mampunya bank dalam mengelola aktiva produktif dengan baik.
(28)
3. Rasio Rentabilitas (EARNING)
Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio utama dengan formula perhitungannya adalah:
PO merupakan singkatan dari pendapatan operasional bank dan DBH merupakan singkatan dari dana bagi hasil. Sedangkan BO merupakan singkatan dari beban operasional. Selain itu penulis juga menggunakan beberapa rasio penunjang yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Rasio Efisiensi Operasional (REO), dimana rasio-rasio tersebut akan saling mendukung dan melengkapi. Rumus untuk masing-masing rasio adalah:
Rasio REO di atas apabila dilihat lebih seksama maka terlihat memiliki rumus yang sama dengan rumus BOPO sehingga dapat dikatakan bahwa
(29)
rasio ini juga merupakan rasio BOPO. Penggunaan rasio ini juga berfungsi sebagai alat mengukur efisiensi bank dalam menekan biaya dan menghasilkan laba. Singkatan REO akan tetap penulis gunakan karena mengacu kepada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007.
4. Rasio Likuiditas (LIQUIDITY)
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya serta untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi kewajiban utang lancarnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa adanya penangguhan. Ada banyak jenis rasio yang dapat digunakan dalam di dalam rasio likuiditas seperti misalnya rasio cepat (quick ratio), rasio lancar (current ratio), dan perhitungan modal kerja. Menurut Warren, Reeve, Fess (2006) “rasio lancar dan rasio cepat adalah yang paling berguna apabila dianalisis secara bersamaan serta dibandingkan dengan periode sebelumnya dan dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam industri sejenis”. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Short Term Mismatch (STM) sebagai rasio utama dengan rumus:
Apabila dilihat secara seksama maka akan terlihat bahwa rasio STM memiliki formula yang sama dengan rasio yang biasa kita kenal yaitu
(30)
current ratio dimana rasio ini biasa digunakan dan secara khusus diperhatikan oleh para kreditor jangka pendek. Dunia perbankan merupakan lembaga keuangan dimana lebih banyak menggunakan komponen likuid (cair) yaitu uang dalam operasionalnya, komponen likuid ini lebih banyak didanai melalui dana pihak ketiga (DPK) nasabah dalam bentuk pembiayaan sehingga pemenuhan rasio lancar sangat berperan penting bagi perbankan dan juga sangat penting untuk pengambilan keputusan manajer di masa yang akan datang.
Tabel 2.1 akan menampilkan kriteria setiap perhitungan dari setiap rasio yang digunakan berdasarkan setiap aspek yang dinilai meliputi aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity. Setiap kriteria yang diperoleh akan menggambarkan kondisi dari setiap kinerja keuangan bank sesuai dengan aspek-aspeknya masing-masing melalui peringkat yang diperolehnya. Kriteria-kriteria dari setiap aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity Capital, Asset, Earning, dan Liquidity tersebut akan dijelaskan pada bab ketiga dimana kriteria ini bersumber dari Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
(31)
Tabel 2.1 : Kriteria penetapan peringkat No. Aspek Komponen
rasio
Peingkat
1 2 3 4 5
1. Capital KPMM KPMM≥ 12% 9% ≤KPMM< 12% 8% ≤KPMM<9% 6%<KPMM<8% KPMM≤6% 2. Asset KAP KAP>0,99 0,96<KAP≤0,99 0,93<KAP≤0,96 0,90<KAP≤0,93 KAP≤0,90 3. Earning NOM NOM>3% 2%<NOM≤3% 1,5%<NOM≤2% 1%<NOM≤1,5% NOM≤1% ROA ROA>1,5% 1,25%<ROA≤1,5% 0,5%<ROA≤1,25% 0%<ROA≤0,5% ROA≤0%
ROE - - - - -
REO REO≤83% 83%<REO≤87% 85%<REO≤87% 87%<REO≤89% REO>89% 4. Liquidity STM STM>25% 29%<STM≤25% 15%<STM≤20% 10%<STM≤15% STM≤10% Sumber : Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
(32)
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Secara umum, laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang berkaitan erat dengan akuntansi. Setiap perusahaan atau organisasi harus membuat laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban pengelola atau manajemen sehingga dapat diambil keputusan-keputusan yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Djarwanto (2004:5) menuturkan pengertian laporan keuangan sebagai berikut.
”laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan panafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.”
Seperti halnya perusahaan pada umumnya maka bank syariah juga harus menyajikan laporan keuangannya untuk kepentingan para pengambil keputusan. Akan tetapi laporan keuangan bank sedikit berbeda dengan perusahaan lain pada umumnya, hal ini dikarenakan bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang membutuhkan laporan keuangan yang khusus selain laporan keuangan pada umumnya, agar informasi yang diberikan lebih terperinci.
2. Jenis laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank syariah tidak terlalu berbeda dengan laporan keuangan bank pada umumnya, hanya terdapat beberapa penambahan laporan
(33)
keuangan. Dijelaskan di dalam bukunya Nurhayati (2009) mengatakan bahwa laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
a. posisi keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan datang.
b. informasi kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
c. informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
d. informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial Entitas Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
e. catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.
Di dalam PSAK 101 paragraf 11 juga disebutkan ”laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a. neraca;
b. laporan laba rugi; c. laporan arus kas;
d. laporan perubahan ekuitas;
e. laporan sumber dan penggunaan dana zakat; f. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; g. catatan atas laporan keuangan.”
(34)
C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian
Setelah perusahaan selesai membuat laporan keuangan maka setelah itu tahap selanjutnya adalah menganalisis laporan keuangan tersebut baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Data keuangan perlu disusun dan disederhanakan kemudian dianalisis dan ditafsirkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan yang bersangkutan. Menurut Djarwanto (2004:59) ”analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan”. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dari analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Adapun tujuannya Menurut Djarwanto (2004:3) dapat ditinjau dari pihak yang berkepentingan seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pimpinan Perusahaan
dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun waktu sekarang.
(35)
b. Pemilik Perusahaan
dari analisis laporan keuangan pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaannya. Oleh karena hasil-hasil, stabilitas, serta kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil yang dicapai oleh manajemen tidak memuaskan, maka para pemilik dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual saham-sahamnya.
c. Para kreditur
mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya.
d. Investor
investor memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan.
3. Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu operasinya selama beberapa periode yang lalu. Alat analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. rasio-rasio neraca (balamce sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar, rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainnya.
b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba
(36)
bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjalan neto, operating ratio, dan lain sebagainya.
c. rasio-rasio antar laporan keuangan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya (Djarwanto, 2004: 146)
D. Sistem Operasional Bank Syariah
Secara umum sistem operasional bank syariah hampir tidak memiliki perbedaan dengan bank umum konvensional yakni menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang menyalurkan dana. Hanya saja yang membedakannya adalah pada landasan operasional dan beberapa mekanisme produk yang harus berdasarkan syariat Islam.
Sigit dan Totok (2008:156) mengatakan:
”Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana.” Rizal Yahya, Martawireja, Abdurahim (2009:57) dalam bukunya sistem opersional bank umum syariah adalah sebagai berikut :
1. sistem opersional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema investasi maupu skema titpan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai penerima titipan,
2. dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi,
(37)
pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa,
3. dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan,
4. pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan kepada nasabah pemilik dan atau penitip dana. Penyaluran dana kepada pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah bonus,
5. selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi.
Selain itu, bank syariah juga diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq, sadakah).
Operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bermuamalah yang bebas dari praktik yang diharamkan Islam terutama praktik riba. Praktik dan sistem muamalah Islam diaplikasikan dalam setiap operasional dan produk-produk perbankan. Produk-produk-produk perbankan syariah dibuat sedemikian rupa sehingga bagi masyarakat non-muslim juga dapat menggunakan jasa perbankan syariah.
(38)
Menyalurkan pendapatan menerima pendapatan Bagi hasil / bonus bagi hasil, margin, fee
Gambar 2.1 : Sistem Operasional Bank Syariah
Sumber : Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Rahim Abdurahim Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer (2009)
E. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah merupakan jenis perbankan yang unik baik dalam landasan operasional maupun dalam hal produk-pruduk yang ditawarkan kepada para nasabah. Menurut beberapa kajian teoritis, bank syariah dinilai lebih fleksibel dan
NASABAH PEMILIK DAN PENITIP DANA BANK SYARIAH Sbg pengelola dana/ penerima dana titipan
Sbg pemilik dana/ penjual/ pemberi sewa Sebagai penyedia jasa keuangan - Nasabah mitra, pengelola investasi, pembeli, penyewa - Instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan Jasa administrasi tabungan, ATM, Transfer,kliri ng, L/C, bank garansi, transakai valas Penghimp unan dana Penya lur dana Penye diaan dana
(39)
stabil bila dibandingkan dengan bank konvensional karena bank syariah dinilai tidak tergantung pada fluktuasi bunga walaupun masih dalam hal perdebatan para ahli. Berbeda dengan bank konvensional bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai pendapatan utama bank melainkan dengan prinsip bagi hasil yang sesuai syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah, dalam setiap opersionalnya haruslah berdasarkan prinsip syariah Islam yang mana prinsip bunga yang biasa dilakukan oleh bank konvensional adalah haram dan tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam.
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, telah disebutkan di dalam pasal 1 bahwa perbankan syariah adalah: ”segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Lebih lanjut di dalam UU No. 21 tahun 2008 disebutkan pengertian mengenai bank syariah : ”Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Dalam perkembangannya bank konvensional dapat membuka cabang dengan membuka unit usaha syariah yang berbeda dengan bank konvensional yang dikenal dengan unit usaha syariah.
Unit usaha syariah ini merupakan sebutan bagi bank konvensional yang menerapkan dual banking system yakni dalam penerapan sistem perbankan syariah bank yang bersangkutan juga membuka perbankan yang berprinsip konvensional. Artinya bank konvensional tersebut memiliki anak perusahaan yang
(40)
menerapkan prinsip syariah dalam operasionalnya tanpa merubah prinsip operasional bank induknya dimana pada akhir periode laporan keuangan anak perusahaan tersebut akan dikonsolidasikan dengan laporan bank induk.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian SUMARTI (2007) ANALISIS
KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI DI JAKARTA Kesehatan Bank, Capital, Assets, Earning, dan Liquidity
Selama 2004-2006 nilai CAR, KAP, PPAP dan BOPO BSM dikatakan sehat, namun untuk ROA selama 2005-2006 telihat kurang sehat, Nilai cash ratio pada tahun 2004 dan 2005 dapat dikatakan sehat, sedangkan tahun 2006 dikatakan kurang sehat, untuk LDR pada tahun 2004, 2005, dan 2006 sebesar 92,50%, 83,09%, dan 94,38% ≤ 94,75%, sehingga dikatakan sehat. ISNA RAHMAWATI (2008) ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA Periode 1999-2001
Rasio keuangan, PT. Bank Syari’ah Mandiri, PT. Bank Rakyat Indonesia.
PT. Bank Syari’ah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Namun selama periode 2000-2001 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Namun, PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi cukup efisien. Dan pada 2001 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.
(41)
Penelitian ini lebih merujuk kepada penelitian Isna (2008) dimana penelitian tersebut dilakukan dengan teknik analisis laporan keuangan komperatif atau perbandingan. Akan tetapi hal yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian Isna adalah penulis menggunakan peraturan yang baru tentang bank syariah yakni penilaian tingkat kesehatan bank melalui peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007. Selain itu hal lain yang membedakan adalah perusahaan yang menjadi pembanding adalah perusahaan Bank Muamalat Indonesia dan bukan Bank Rakyat Indonesia selaku bank konvensional. Sedangkan dalam penelitian Sumarti (2007) hanya mengunakan satu perusahaan saja sebagai objek penelitian dan bukan merupakan penelitian perbandingan.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini meliputi menganalisis kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia serta membandingkannya. Selain itu penulis menggunakan metode deskriptif, dimana tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi/gambaran, atau lukisan fenomena secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dan menurut tingkat penjelasannya tergolong ke dalam penelitian komparatif. Penelitian ini menurut analisis datanya termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data yang berbentuk angka.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:6),”Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data tersebut dapat diperoleh di situs resmi Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia serta dari situs Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan beberapa laporan keuangan bank lainnya yang dipublikasikan oleh kedua Bank Syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
(43)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Untuk tahap pertama yakni studi pustaka, data dikumpulkan dari jurnal ekonomi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode pengumpulan data tahap dua melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan bank baik yang dipublikasi oleh bank yang bersangkutan maupun yang dipublikasi oleh Bank Indonesia melalui laporan publikasi bank Bank Indonesia di situs www.bi.go.id.
D. Defenisi Operasional Variabel
Berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan rasio keuangan : 1. Rasio Permodalan
Keterangan :
KPMM : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum M tier1 : Modal inti
M tier2 : Modal Pelengkap
M tier3 : Modal Pelengkap Tambahan
Penyertaan : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah
(44)
yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.
ATMR : Aktiva tertimbang menurut risiko Kriterian penilaian peringkat :
Peringkat 1 = KPMM ≥ 12% Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12% Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9% Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8% Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%
Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan berdasarkan lampiran SE No 9/24/DPbs:
a. peringkat 1, mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang.
b. peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. c. peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit di
atas atau sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan di perkirakan tetap berada pada tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan mendatang
d. peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit berada di bawah ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enan) bulan mendatang e. peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih
rendah dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini atau menurun dalam 6 (enam) bulan mendatang.
(45)
Tujuan dari perhitungan rasio ini adalah mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang berlaku.
2. Rasio kualitas aktiva produktif
Keterangan :
a. APYD : aktiva produktif yang diklasifikasikan, meliputi: i. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam
Perhatian Khusus
ii. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar
iii. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan
iv. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet
b. Aktiva Produktif : Penanaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
Kriteria penilaian peringkat : Peringkat 1 = KAP > 0,99 Peringkat 2 = 0,96 < KAP ≤ 0,99 Peringkat 3 = 0,93 < KAP ≤ 0,96
(46)
Peringkat 4 = 0,90 < KAP ≤ 0,93 Peringkat 5 = KAP ≤ 0,90
Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aktiva produktif berdasarkan lampiran SE No. 9/24/DPbs :
a. peringkat 1, mencerminkan kualitas asset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiyaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sesuai dangan skala usaha bank, serta sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan sangat baik.
b. peringkat 2, mencerminkan kualitas asset baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan skala usaha bank, serta mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik.
c. peringkat 3, mencerminakan kualitas asset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilakukan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namum masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan cukup baik.
d. peringkat 4, mencerminkan kualitas asset kurang baik dan diperkirakan akan mengancam kelangsungan hidup bank apabila tidak dilakukan perbaikan secara mendasar. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiyaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan dilaksanakan dengan kurang baik dan atau belum sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang signifikan apabila tidak segera dilakukan tindakan korektif dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan atau didokumentasikan dan diadminstrasikan dengan tidak baik.
(47)
e. peringkat 5, mencerminkan kualitas asset yang kurang baik dan diperkirakan kelangsungan hidup bank sulit untuk diselamatkan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan risiko pembiayaan dilaksanakan dengan tidak baik dan atau tidak sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang sangat signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat diselamatkan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik.
3. Rasio Rentabilitas
•
Keterangan :
NOM : Net Operating Margin PO : Pendapatan Operasional DBH : Dana Bagi Hasil
BO : Biaya Operasional
Rata-rata Aktiva Produktif : merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan terakhir.
Kriteria Penilaian Peringkat : Peringkat 1 = NOM > 3% Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3% Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2% Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5% Peringkat 5 = NOM ≤ 1%
(48)
Kriteria penetapan peringkat faktor earning atau rentabilitas berdasarkan lampiran SE No. 9/24/DPbs.
a. peringkat 1, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. peringkat 2, mencerminkan kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. peringkat 3, mencerminkan kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. peringkat 4, mencerminkan kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distributio) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. peringkat 5, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
•
Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = ROA > 1,5% Peringkat 2 = 1,25%<ROA≤1,5%
(49)
Peringkat 3 = 0,5%<ROA≤1,25% Peringkat 4 = 0%<ROA≤0,5% Peringkat 5 = ROA ≤ 0%
Semakin besar ROA (return on asset), berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dari segi penggunaan aktiva yang dimiliki bank begitu juga sebaliknya dimana semakin kecil rasio ini maka tingkat keuntungan bank dalam mengelola aktiva semakin sedikit.
•
Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ini (return on equity), berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang barsangkutan. Kenaikan ini akan menyebabkan naiknya harga saham bank, yang akan membuat para pemegang saham bank dan para investor di pasar modal ini membeli saham bank tersebut.
•
Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = REO≤83% Peringkat 2 = 83%<REO≤87% Peringkat 3 = 85%<REO≤87% Peringkat 4 = 87%<REO≤89% Peringkat 5 = REO>89%
(50)
Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasionalnya dengan pendapatan operasionalnya dan begitu juga sebaliknnya apabila rasio ini semakin besar maka berarti kinerja bank yang semakin tidak efisien kerena tidak mampu menutupi biaya opersional melalui pendapatan operasional.
4. Rasio Likuiditas
Keterangan :
STM : Short Term Mismatch
Aktiva Jangka Pendek : Aktiva yang likuid kurang dari 3 bulan selain kas, SWBI, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Kewajiban Jangka Pendek : kewajiban likuid kurang dari 3 bulan Bila dilihat dari rumus STM yang ditunjuknan yang ada terllihat bahwa terdapat kesamaan dengan rumus current ratio, namum penulis tetap menggunakan rasio STM sebagai alat ukur karena merujuk pada peraturan Bank Indonesia.
Kriteria Penilaian perinkat : Peringkat 1 = STM > 25% Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25%
(51)
Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20% Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15% Peringkat 5 = STM ≤ 10%
Kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas berdasarkan lampiran SE No. 9/24/DPbs:
a. peringkat 1, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas sangat kuat.
b. peringkat 2, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas kuat.
c. peringkat 3, mencerminkan kemampuan likuditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas memadai,
d. peringkat 4, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas lemah.
e. peringkat 5, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas sangat lemah.
E. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan yang berkaitan dengan kinerja tingkat kesehatan bank. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan dan juga laporan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Langkah-langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(52)
1. Menghitung dan menganalisis laporan keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio capital, kualitas aktiva produktif, earning (rentabilitas), dan liquidity, 2. Melakukan analisis internal dengan cara membandingkan rasio
keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia dari tahun ke tahun secara keseluruhan (time saries). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing-masing bank dari tahun ke tahun berikutnya sehingga dapat diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau pertumbuhannya. Formula yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja bank adalah sebagai berikut:
Keterangan :
= rasio tahun sekarang rasio tahun sebelumnya
3. Melakukan analilsis eksternal dengan membandingkan rasio keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Muamalat Indonesia pada periode yang sama. Rasio keuangan pada masing-masing bank digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja keuangan kedua bank tersebut sehingga akan terlihat kinerja mana yang terbaik.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri berawal ketika krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahtraan Pegawai (YPKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat yang bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 13 Juli 1999. Kebijakan tersebut menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri sebagai pemilik mayoritas dari BSB.
Lahirnya UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system) membuat bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah. Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi bank Syariah. Oleh karena itu, tim pengembangan perbankan syariah segera mempersiapkan system dan infrastrukturnya sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
(54)
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam akta notaries Sutjipto, SH. No 23 tanggal 8 september 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernut BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernut Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Madiri secara resmi mulai beropasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420H atau tanggal 1 Nopember 1999.
Adapun visi dan misi yang diemban oleh PT Bank Syariah Mandiri adalah: VISI,
Menjadi Bank terpercaya pilihan mitra usaha MISI,
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluaran
pembiayaan pada segmen UMKM
c. Merekrut dan mengembankan pegawai professional dalam lingkungan kerja yang sehat
d. Mengembangkan nilai-nilai sysriah universal
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai dengan standar perbankan yang sehat
(55)
Lebih adil dan menentramkan
Jumlah asset yang mampu dikumpulkan oleh Bank Syariah Mandiri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat berarti, ini terlihat pada jumlah yang terdapat di tahun 2007 sebesar Rp 12 triliun meningkat pada tahun 2009 sebesar Rp 22 triliun. Peningaktan pada laba bersih menunjukkan hasil yang sangat baik dimana peningkatan tersebut hampir 3 kali lipat pada tahun 2009 bila dibandingkan dengan tahun 2007. Peningkatan pada laba bersih ini tentunya akan meningkatkan laba perlembar sahamnya serta meninkatkan nilai dari perusahaan Bank Syariah Mandiri di mata investor.
2. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah yang pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Rabiuts Tsani 1412H atau 1 Nopember 1991. Pendirian digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dengan dukungan Pemerintah Republik Indonesia. Modal awal diperoleh dari sejumlah pribadi, pengusaha serta pejabat Muslim dengan nominal sebesar Rp 84 Miliar. Tambahan modal awal diperoleh dari masyarakat, sehingga melengkapi jumlah modal awal menjadi total sebesar Rp 100 Miliar. Acara pengumpulan modal dilaksanakan di istana Presiden Bogor, Jawa Barat. Presiden RI saat itu terlibat langsung dalan pendirian bank syariah pertama ini.
Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada tanggal 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992 dan secara aktif ikut mempromosikan pendirian dan
(56)
pengembangan industri perbankan syariah dan bisnis keuangan syariah lainnya seperti.
a. Asuransi syariah pertama (takaful)
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) termasuk dengan suntikan modal dan bantuan teknis
c. Pusat inkubasi bisnis usaha kecil dan menengah (PINBUK) yang kemudian mendirikan lebih dari 3.000 Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
d. Bisnis pegadaian Syariah (Al-Rahnu) beraliansi dengan PT. Pegadaian e. Muamalat Institute (MI) untuk mengembangkan, meningkatkan dan
menyebarluaskan pengetahuan seputar perbankan syariah dan keuangan syariah
f. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) g. Baitulmal Muamalat (BMM) sebagai sosial wing Bank Muamalat
dalam mengumpulkan dan menyalurkan ZIS, termasuk Zakat Bank Muamalat melalui beberapa program dan pengembangan usaha mikro. Pada tahun 1993 Bank Muamalat Indonesia terdaftar sebagai Perusahaan Publik walaupun tidak listing di Bursa Saham. Pada bulan Oktober 1994, menerima izin sebagai Bank Devisa hanya 2 tahun setelah beroperasi. Krisis financial yang menghantam Indonesia 1998 berdampak luas terhadap bisnis termasuk sektor perbankan, dikarenakan kondisi bisnis yang tidak kondusif, sejumlah bank di Indonesia collapse namun Bank Muamalat Indonesia dapat tetap selamat dan tidak memerlukan bantuan rekapitalisasi dari pemerintah. Akan
(57)
tetepi, Bank Mumamalat Indonesia tetap terimbas krisis dengan Non Performing Financing (NPF) yang mencapai lebih dari 60%. Besarnya pencadangan penghapusan untuk mengcover NPF yang tinggi, membuat bank merugi dan modal berkurang menjadi tinggal 1/3 dari modal awalnya. Namun dengan tiadannya negative spread, modal Bank Muamalat masih positive dan memperoleh predikat Bank Kategori A.
Pada tahun 2009 Bank Muamalat Indonesia telah mengalami perkembangan yang terus menerus. Bank Muamalat Indonesia membuka cabang Internasional pertama di Kuala Lumpur, Malaysia. Akan tetapi krisis financial global yang terjadi pada tahun 2009 dampaknya mulai terasa pada bisnis perbankan, namun Bank Muamlat tetap bertahan dengan pertumbuhan dan kinerja yang baik. Berdasarkan laporan keuangan (audited), pada akhir tahun 2009 total asset mencapai Rp 16.027,18 miliar atau tumbuh 27,09%, yang berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 13.316,90 miliar dan disalurkan pada aktivitas pembiayaan sebesar Rp 11.428,01 miliar serta investasi syariah lainnya.
Adapun visi dan misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah: VISI,
Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, di kagumi di pasar Nasional.
MISI,
Menjadi ROLE MODEL lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
(58)
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder.
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai laporan keuangan dari 2 (dua) perusahaan perbankan yang bergerak di bidang yang sama yaitu perbankan syariah. Kedua perusahaan ini adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Pengukuran analisis dalam penelitian adalah analisis kinerja keuangan yang didasarkan pada CAMELS akan tetapi, untuk aspek Management tidak digunakan karena bukan merupakan aspek keuangan sedangkan untuk aspek Sentivity of Market Risk juga tidak digunakan karena keterbatasan data dan kemampuan penulis untuk menghitungnya.
Data keuangan dari kedua perusahaan perbankan syariah yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis kinerja keuangan melalui rasio Capital, Asset, Earning, dan liquidity selama periode 2007-2009 dapat disajikan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 di bawah.
(59)
Tabel 4.1
Data keuangan Bank Muamalat 2007-2009 (dalam ribuan)
Sumber : Hasil olahan peneliti dari Laporan Publikasi bank Bank Indonesia Tabel 4.2
Data Keuangan Bank Mandiri Syariah 2007-2009 (dalam ribuan)
keterangan
Periode
2007 2008 2009
M Tier 1 Rp 743.841.000 Rp 1.098.014.000 Rp 1.417.286.000 M Tier 2 Rp 329.991.000 Rp 336.363.000 Rp 367.255.000
Penyertaan
ATMR Rp 8.635.674.000 Rp 11.344.224.000 Rp 14.316.109.000 aktiva produktif DPK Rp 379.000 Rp 483.000 Rp 2.054.422.000 aktiva produktif KL Rp 3.599.000 Rp 4.516.000 Rp 461.753.000 aktiva produktif D Rp 32.000 Rp 307.000 Rp 22.319.000 aktiva produktif M Rp 234.000 Rp 2.823.000 Rp 1.064.390.000 rata-aktiva produktif Rp 2.041.248.000 Rp 2.728.179.500 Rp 20.216.967.000 pendapatan operasional Rp 1.410.567.000 Rp 2.098.398.000 Rp 2.477.636.000 dana bagi hasil Rp 515.247.000 Rp 793.049.000 Rp 927.054.000 biaya operasional Rp 729.657.000 Rp 1.026.117.000 Rp 1.142.368.000 rata-rata total aktiva Rp 12.443.632.500 Rp 14.974.614.000 Rp 19.546.540.000 laba sebelum pajak Rp 168.183.000 Rp 282.710.000 Rp 418.746.000 laba setelah pajak Rp 115.455.000 Rp 193.149.000 Rp 290.461.000 rata-rata modal disetor Rp 358.373.000 Rp 458.308.500 Rp 608.244.000
Sumber : Hasil olahan peneliti dari Laporan Publikasi bank Bank Indonesia Keterangan
Periode
2007 2008 2009
M Tier 1 Rp 773.501.000 Rp 861.239.000 Rp 898.031.000 M Tier 2 Rp 210.204.000 Rp 415.529.000 Rp 420.486.000 Penyertaan Rp 41.238.000 Rp 41.559.000 Rp 45.366.000 ATMR Rp 8.816.327.000 Rp 11.402.270.000 Rp 11.467.222.000 Aktiva produktif DPK Rp 185.889.000 Rp 366.777.000 Rp 893.061.000 Aktiva produktif KL Rp 66.266.000 Rp 290.172.000 Rp 41.816.000 Aktiva produktif D Rp 28.737.000 Rp 28.871.000 Rp 401.865.000 Aktiva produktif M Rp 160.892.000 Rp 143.512.000 Rp 102.105.000 Rata -aktiva produktif Rp 8.909.449.500 Rp 10.793.590.500 Rp 13.362.899.000 Pendapatan operasional Rp 1.283.186.000 Rp 1.468.034.000 Rp 1.746.522.000 Dana bagi hasil Rp 500.150.000 Rp 515.423.000 Rp 822.350.000 Biaya operasional Rp 561.668.000 Rp 643.513.000 Rp 846.607.000 Rata -rata total aktiva Rp 9.469.836.500 Rp 11.582.896.500 Rp 14.330.404.000 Laba sebelum pajak Rp 212.038.000 Rp 301.169.000 Rp 64.725.000 Laba setelah pajak Rp 145.325.000 Rp 207.211.000 Rp 50.192.000 Rata -rata modal disetor Rp 492.791.000 Rp 492.791.000 Rp 492.791.000
(60)
C. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan terhadap kedua jenis bank umum syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan kedua bank umum syariah tersebut. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan melalui rasio-rasio dari setiap aspek CAMELS yaitu, Capital, Asset, Earning, dan liquidity. Rasio keuangan dari masing-masing bank tersebut selama 2007-2009 dapat dilihat sebagai berikut.
1. PT. Bank Syariah Mandiri
Hasil perhitungan dari rasio-rasio keuangan Bank Syariah Mandiri yang meliputi Capital, Asset, Earning, dan Liquidity selama periode 2007-2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut.
a. Capital (permodalan)
Bedasarkan data dari laporan kecukupan penyediaan modal minimum Bank Syariah Mandiri yang diterbitkan pada laporan publikasi Bank Indonesia maka dapat dihitung Kewajiban Penyediaan Modal Minimun selama 2007-2009 (KPMM). Modal bank selain sebagai sumber yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan bank juga akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan dibuat manajemen. Perhitungan KPMM dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut dalam mananggung resiko
(61)
kerugian yang mungkin akan timbul dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain.
Perhitungan KPMM pada tahun 2007
= 12,4%
Dari perhitungan tersebut KPMM BSM menduduki peringkat 1 (satu) dari kriteria penetapan peringkat CAMELS
Perhitungan KPMM tahun 2008
= 12,6%
Dari perhitungan di atas KPMM BSM 2008 menduduki peringkat 1 (satu) dari kriteria penetapan peringkat CAMELS
Perhitungan KPMM tahun 2009
= 12,5%
Dari perhitungan di atas KPMM BSM 2009 menduduki peringkat 1 (satu) dari kriteria penetapan peringkat CAMELS
Hasil perhitungan KPMM selama 2007-2009 pada bank syariah ini dapat direkapitulasi pada tabel 4.3.
Tebel 4.3
Rekapitulasi Perhitungan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri 2007-2009
(1)
Laba (rugi)bersih 145.325 207.211 50.192 Sumber : Hasil olahan peneliti (dari Laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia)
(2)
Lampiran III Aktiva dan Kewajiban Jangka Pendek PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank
Muamalat Indonesia 2007-2009 (dalam jutaan rupiah)
PT. Keterangan Tahun
2007 2008 2009
BSM Surat berharga yang dimiliki 932.310 1.273.097 2.091.360 Penempatan pada bank lain 65.235 196.229 283.264 Jumlah aktiva 997.545 1.469.326 2.374.624 Dana simpanan wadiah 1.857.727 1.850.684 2.681.018 Kewajiban segera lainnya 123.707 194.176 276.034 Kewajiaban kepada bank lain 196.663 279.010 316.543 Surat berharga yang diterbitkan 400.000 200.000 245.000
Pemmbiayaan/pinjaman yg diterima - - -
Jumlah kewajiban 2.578.097 2.523.870 3.518.595 BMI Surat berharga yang dimiliki 4.950 29.850 154.046 Penempatan pada bank lain 120.083 221.158 432.450
Jumlah aktiva 125.033 251.008 586.496
Dana simpanan wadiah 985.818 805.783 1.245.352 Kewajiban segera lainnya 91.137 141.987 143.810 Kewajiaban kepada bank lain 322.470 726.599 1.048.761 Surat berharga yang diterbitkan 177.500 312.436 312.776 Pembiayaan/pinjaman yg diterima 154.012 100.244 70.197 Jumlah kewajiban 1.730.937 2.087.049 2.820.896 Sumber : Hasil olahan peneliti (dari Laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia)
(3)
Lampiran IV Rata-rata aktiva produktif PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat
Indonesia
PT Tahun Keterangan Nominal
BSM 2007 Aktiva produktif awal 1.950.420.000
Aktiva produktif akhir 2.132.076.000
Rata-rata aktiva produktif 2.041.248.000
2008 Aktiva produktif awal 2.132.076.000
Aktiva produktif akhir 3.324.283.000
Rata-rata aktiva produktif 2.728.179.500
2009 Aktiva produktif awal 3.324.283.000
Aktiva produktif akhir 37.109.651.000 Rata-rata aktiva produktif 20.216.967.000
BMI 2007 Aktiva produktif awal 7.874.316.000
Aktiva produktif akhir 9.944.583.000
Rata-rata aktiva produktif 8.909.449.500
2008 Aktiva produktif awal 9.944.583.000
Aktiva produktif akhir 11.642.598.000 Rata-rata aktiva produktif 10.793.590.500
2009 Aktiva produktif awal 11.642.598.000
Aktiva produktif akhir 15.083.200.000 Rata-rata aktiva produktif 13.362.899.000 Sumber : Hasil olahan peneliti (dari Laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia)
(4)
Lampiran V Rata-rata total aktiva PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia
(dalam ribuan)
PT Tahun Keterangan Nominal
BSM 2007 Total aktiva awal 12.001.875.000
Total aktiva akhir 12.885.390.000
Rata-rata total aktiva 12.443.632.500
2008 Total aktiva awal 12.885.390.000
Total aktiva akhir 17.063.838.000
Rata-rata total aktiva 14.974.614.000
2009 Total aktiva awal 17.063.838.000
Total aktiva akhir 22.029.242.000
Rata-rata total aktiva 19.546.540.000
BMI 2007 Total aktiva awal 8,370,595,000
Total aktiva akhir 10.569.078.000
Rata-rata total aktiva 9.469.836.500
2008 Total aktiva awal 10.569.078.000
Total aktiva akhir 12.596.715.000
Rata-rata total aktiva 11.582.896.500
2009 Total aktiva awal 12.596.715.000
Total aktiva akhir 16.064.093.000
Rata-rata total aktiva 14.330.404.000 Sumber : Hasil olahan peneliti (dari Laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia)
(5)
Lampiran VI Rata-rata modal disetor PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat
Indonesia (dalam ribuan)
PT Tahun Keterangan Nominal
BSM 2007 Modal disetor awal 358.373.000
Modal disetor akhir 358.373.000
Rata-rata modal disetor 358.373.000
2008 Modal disetor awal 358,373,000
Modal disetor akhir 558.244.000
Rata-rata modal disetor 458,308.500
2009 Modal disetor awal 558.244.000
Modal disetor akhir 658.244.000
Rata-rata modal disetor 608.244.000
BMI 2007 Modal disetor awal 492.791.000
Modal disetor akhir 492.791000
Rata-rata modal disetor 492.791.000
2008 Modal disetor awal 492.791.000
Modal disetor akhir 492.791.000
Rata-rata modal disetor 492.791.000
2009 Modal disetor awal 492.791.000
Modal disetor akhir 492.791.000
Rata-rata modal disetor 492.791.000
Sumber : Hasil olahan peneliti (dari Laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia)
(6)
Lampiran VII Jadwal Penelitian Tahap Penelitian Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyelesaian Proposal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Bimbingan dan penulisan skripsi Penyelesaian skripsi Ujian komprihensif