C. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan terhadap kedua jenis bank umum syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia
bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan kedua bank umum syariah tersebut. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan melalui rasio-rasio dari
setiap aspek CAMELS yaitu, Capital, Asset, Earning, dan liquidity. Rasio keuangan dari masing-masing bank tersebut selama 2007-2009 dapat dilihat
sebagai berikut.
1. PT. Bank Syariah Mandiri
Hasil perhitungan dari rasio-rasio keuangan Bank Syariah Mandiri yang meliputi Capital, Asset, Earning, dan Liquidity selama periode 2007-2009
dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut. a.
Capital permodalan Bedasarkan data dari laporan kecukupan penyediaan modal
minimum Bank Syariah Mandiri yang diterbitkan pada laporan publikasi Bank Indonesia maka dapat dihitung Kewajiban Penyediaan
Modal Minimun selama 2007-2009 KPMM. Modal bank selain sebagai sumber yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan bank
juga akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan dibuat manajemen. Perhitungan KPMM dimaksudkan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan bank tersebut dalam mananggung resiko
Universitas Sumatera Utara
kerugian yang mungkin akan timbul dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain.
Perhitungan KPMM pada tahun 2007
= 12,4 Dari perhitungan tersebut KPMM BSM menduduki peringkat 1 satu
dari kriteria penetapan peringkat CAMELS Perhitungan KPMM tahun 2008
= 12,6 Dari perhitungan di atas KPMM BSM 2008 menduduki peringkat 1
satu dari kriteria penetapan peringkat CAMELS Perhitungan KPMM tahun 2009
= 12,5 Dari perhitungan di atas KPMM BSM 2009 menduduki peringkat 1
satu dari kriteria penetapan peringkat CAMELS Hasil perhitungan KPMM selama 2007-2009 pada bank syariah ini
dapat direkapitulasi pada tabel 4.3. Tebel 4.3
Rekapitulasi Perhitungan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri 2007-2009
dalam ribuan
Universitas Sumatera Utara
Pos-Pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
M tier 1 M tier 2
M tier 3 Penyertaan
ATMR 743.841.000
329.991.000
8.635.674.000 1.098.014.000
336.363.000 11.344.224.000
1.417.286.000 367.255.000
14.316.109.000 1.086.380.333
344.536.333 11.432.002.333
KPMM 12,4
12,6 12,5
12,5 Peringkat
1 1
1 1
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.3 di atas maka, dapat diketahui secara umum bahwa KPMM BSM menunjukkan
kinerja yang sangat baik, hal ini terlihat dari rata-ratanya sebesar 12,5 dari ketentuan minimal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
sebesar 8, sehingga KPMM BSM memperoleh peringkat pertama. KPMM yang tertinggi terjadi pada periode 2008 yaitu sebesar 12,6
hal ini menunjukkan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain sebesar Rp 1,- akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,126,
sehingga mendapatkan peringkat pertama. Sedangkan KPMM yang terendah terjadi pada periode 2007, yaitu sebesar 12,4 ini
menunjukkan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain sebesar Rp 1,- akan dijamin oleh modal sebasar Rp 0,124, namun
tetap mendapatkan peringkat pertama. Pada akhir periode tahun 2009 KPMM BSM mengalami penurunan yaitu 12,5 dimana setiap Rp 1,-
dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,125, akan tetapi walaupun terjadi penurunan BSM
Universitas Sumatera Utara
tetap mendapatkan peringkat pertama. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan
KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat itu untuk 12 dua belas bulan mendatang.
Apabila ditinjau dari pertumbuhan kinerjanya, kinerja Bank Syariah Mandiri ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio
KPMM-nya. Perhitungan rasio pertumbuhan KPMM tahun 2008
= 1,6 Perhitungan rasio pertumbuhan KPMM tahun 2009
= -0,79 Pertumbuhan rasio KPMM ini akan direkapitulasi pada tabel 4.4 di
bawah ini: Tabel 4.4
Pertumbuhan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri
Rasio Tahun
2007 2008
2009 KPMM
- 1.6
-0,79
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.4 di atas bahwa
pertumbuhan kinerja keuangan KPMM BSM mengalami kenaikan atau positif dan penurunan atau negatif selama 2007 sampai 2009.
Petumbuhan yang positif pada tahun 2008 atas KPMM disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkatnya modal yang dimiliki BSM. Sementara penurunan yang negatif atas KPMM selama tahun 2009 disebabkan
adanya perluasan usaha dan meningkatnya pembiyaan yang dilakukan oleh BSM. Sehingga menyebabkan modal yang dimiliki mengalami
penurunan secara persentase walaupun bila dilihat secara nominal mengalami kenaikan. Selain itu, besarnya ATMR pada tahun 2009 juga
mengalami kenaikan yang persentasenya lebih besar dari kenaikan modal setiap tahunnya, yang mengakibatkan semakin tingginya beban
yang ditanggung BSM jika terjadi kerugian. Analisis terhadap rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimun
pada Bank Mandiri Syariah terlihat mengalami penurunan. Meskipun demikian, nilai rasio KPMM pada bank ini masih tinggi. Hal ini
mencerminkan bahwa Bank Syariah Mandiri tersebut mampu dalam meng-cover pembiayaan yang disalurkan kepada pihak lain apabila
terjadi default gagal bayar dan tergolong sebagai bank yang memiliki rasio capital yang sangat kuat.
b. Asset Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penanaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan
untuk memperoleh penghasilan. Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP sangat berguna untuk melihat bagaimana pihak bank dapat mengelola
aktiva produktif sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan dan keuantungan semaksimal mungkin. Hasil perhitungan KAP pada Bank Syariah Mandiri selama tahun 2007 sampai 2009 dapat
ditunjukkan pada perhitungan. Perhitungan KAP tahun 2007
= 0,99 Dari perhitungan di atas KAP BSM tahun 2007 diketegorikan peringkat
2 dua Perhitungan KAP tahun 2008
= 0,99 Dari perhitungan di atas KAP BSM tahun 2008 diketegorikan peringkat
2 dua Perhitungan KAP tahun 2009
= 0,95 Dari perhitungan di atas KAP BSM tahun 2009 diketegorikan peringkat
3 tiga Hasil perhitungan KAP selama 2007-2009 pada bank syariah ini
dapat direkapitulasi pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Universitas Sumatera Utara
Rekapitulasi Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP Bank Syariah Mandiri
dalam ribuan
Pos-pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
APYD DPK
KL D
M AP
94.750 1.799.500
24.000 234.000
2.132.076.000 120.750
2.258.000 230.250
2.823.000 3.324.283.000
51.605.5003 230.876.500
16.739.250 1.064.390.000
37.109.651.000 171.273.667
78.311.333 5.664.500
355.815.667 14.188.670.000
KAP 0,99
0,99 0,95
0,98 Peringkat
2 2
3 2
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan : DPK : Dalam Perhatian Khusus
KL : Kurang lancar D : Diragukan
M : Macet AP : Aktiva Produktif
Berdasarkan hasil perhitungan KAP pada tabel 4.5 di atas maka dapat diketahui secara umum bahwa KAP BSM menunjukkan hasil
yang cukup baik. KAP tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sampai 2008 yaitu sebesar 0,99 dan memperoleh peringkat kedua. Sedangkan
KAP terendah diperoleh pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,95 sehingga memperoleh peringkat ke tiga. Hal ini mencerminkan kualitas asset
cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilakukan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namum masih
terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan cukup baik. Apabila ditinjau dari
pertumbuhannya, rasio kinerja KAP BSM mengalami penurunan yang tidak stabil.
Perhitungan pertumbuhan rasio KAP tahun 2008
= 0,0 Perhitungan pertumbuhan rasio KAP tahun 2009
= -0,04 Pertumbuhan rasio kinerja KAP dapat direkapitulasi pada tabel 4.6
di bawah. Tabel 4.6
Pertumbuhan rasio KAP Bank Syariah Mandiri
Rasio Tahun
2007 2008
2009 KAP
- 0,0
-0,04
Sumber: Data sekunder olahan Pada tahun 2008 menunjukkan tidak terjadi pertumbuhan secara
rasio walaupun pada nominalnya mengalami peningkatan. Akan tetapi pada tahun 2009 rasio pertumbuhan menunjukkan nilai yang negatif
yang mengindikasikan terjadi penurunan kinerja KAP BSM. Seperti
Universitas Sumatera Utara
yang ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 di atas bahwa perkembangan KAP bila dilihat dari aktiva produktif BSM, setiap
tahunnya mengalami peningkatan bahkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan 10 sepuluh kali lipat. Namun peningkatan aktiva
produktif kurang diimbangi dengan pengelolaan aktiva produktif tersebut dengan baik. Akibatnya APYD BSM juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal yang demikian dapat terjadi karena diakibatkan meningkatnya simpanan dana pihak ketiga yang dilakukan
oleh nasabah, sehingga BSM harus menyalurkan dana tersebut ke aktiva produkrif secara optimal yang menyebabkan meningkatnya jumlah
aktiva produktif yang diklasifikasikan APYD. Hal ini lah yang menyebabkan kinerja KAP mengalami penurunan.
Berdasarkan analisis perhitungan rasio KAP di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 mempunyai KAP yang baik, namun
terjadi penurunan pada tahun 2009 yang mengindikasikan bahwa kualitas asset cukup baik dan bila tidak dilakukan perbaikan akan
mengalami penurunan. Secara rata-rata kualitas asset BSM masih berada pada posisi kedua sehingga mengindikasikan kualitas asset yang
baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan.
c. Earnings Rentabilitas
Hasil perhitungan earnings rentabilitas yang terdiri dari Net Operating Margin NOM, Return On Asset ROA, Return On Equity
Universitas Sumatera Utara
ROE, dan Rasio Efisiensi Operasional REO akan ditunjukan pada perhitungan di bawah.
Perhitungan NOM BSM tahun 2007
= 8,1 Dari perhitungan di atas NOM BSM tahun 2007 dikategorikan
mendapat peringkat 1 satu Perhitungan NOM BSM tahun 2008
= 10,2 Dari perhitungan di atas NOM BSM tahun 2008 dikategorikan
mendapat peringkat 1 satu Perhitungan NOM BSM tahun 2009
= 2,0 Dari perhitungan di atas NOM BSM tahun 2009 dikategorikan
mendapat peringkat 3 tiga Hasil perhitungan NOM selama 2007-2009 pada bank syariah ini
dapat direkapitulasi pada tabel 4.7 di bawah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Rekapitulasi Rasio NOM Bank Syariah Mandiri periode 2007-2009
dalam ribuan
Rasio Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
PO DBH
BO Rata AP
1.410.567.000 515.247.000
729.657.000 2.041.248.000
2.098.398.000 793.049.000
1.026.117.000 2.728.179.500
2.477.636.000 927.054.000
1.142.368.000 20.216.967.000
1.995.533.667 745.116.667
966.046.333 8.328.798.167
NOM 8,1
10,2 2,0
6,8 Peringkat
1 1
3 1
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan : PO
: Pendapatan Operasional DBH
: Dana Bagi Hasil BO
: Beban Operasional Rata AP
: Rata-rata Aktiva Produktif NOM
: Net Operating Margin
Perhitungan rasio penunjang ROA tahun 2007
= 1,35 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 2 dua
Perhitungan rasio penunjang ROA tahun 2008
= 1,89 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 1 satu
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan rasio penunjang ROA tahun 2009
= 2,14 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 1 satu
Perhitungan rasio penunjang ROE tahun 2007
= 33,22 Perhitungan rasio penunjang ROE tahun 2008
= 42,14 Perhitungan rasio penunjang ROE tahun 2009
= 47,75 Perhitungan rasio penunjang REO tahun 2007
= 52 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 1 satu
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan rasio penunjang REO tahun 2008
= 49 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 1 satu
Perhitungan rasio penunjang REO tahun 2009
= 46 Dari perhitungan di atas mendapatkan peringkat 1 satu
Hasil perhitungan di atas dapat direkapitulasi pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Rasio Penunjang Renatabilitas Bank Syariah Mandiri
2007-2009
Tahun Rasio dan peringkat
ROA Peringkat
ROE REO
Peringkat 2007
1,35 2
33,22 52
1 2008
1,89 1
42,14 49
1 2009
2,14 1
47,75 46
1
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Rasio-rasio rentabilitas yang terdiri dari NOM, ROA, ROE, dan REO dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 Bila dilihat dari perhitungan yang ditunjukan oleh tabel 4.7 di
atas dapat diketahui bahwa secara umum NOM BSM sudah sangat baik dengan rata-rata NOM sebesar 6,8 dan mendapat
Universitas Sumatera Utara
peringkat pertama. NOM yang tertinggi terjadi pada periode 2008, yaitu sebesar 10,2 sehingga mendapat peringkat
pertama. Sementara pada akhir periode 2009 NOM mengalami penurunan menjadi sebesar 2,0 yang membuat NOM BSM
untuk tahun 2009 menduduki peringkat ketiga walau secara rata-rata menduduki peringkat pertama. NOM BSM pada tahun
2007 menunjukkan angka 8,1 dimana menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset produktif akan mampu menghasilkan
margin keuntungan operasional sebesar Rp 0,081, sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 10,2 dimana
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset produktif akan mampu menghasilkan margin keuntungan dari operasi
operasional sebesar Rp 0,102. Pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 2,0, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp
1,- dari asset produktif akan mampu menghasilkan margin keuntungan operasional hanya sebesar Rp 0,02,
2 ROA BSM pada tahun 2007 sebesar 1,35 dimana ini
menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset menghasilkan laba sebesar Rp 0,0135-, sedangkan pada tahun 2008 ROA
meningkat sebesar 1,89 dimana hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp
0,0189. Sedangkan pada tahun 2009 ROA BSM kembali mengalami kenaikan menjadi 2,14 dimana hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0214. Kenaikan ROA BSM setiap tahunnya
menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam menggunakan asset sudah sangat baik, hal ini
ditunjukkan dari perolehan peringkat pertama pada dua tahun berturut-turut yaitu 2008-2009.
3 ROE pada tahun 2007 menunjukkan persentase sebesar 33,22
hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,3322. Pada tahun 2008 ROE
BSM mengalami kenaikan menjadi 42,14 yang mana ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal akan
menghasilkan laba sebesar Rp 0,4214. Pada tahun 2009 ROE BSM kembali mengalami kenaikan menjadi 47,75, hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,4775. Peningkatan rasio ROE
setiap tahunnya menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham sudah
sangat baik. 4
REO pada tahun 2007 menunjukkan persentase sebesar 52 hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pendapatan
operasional mampu menutupi biaya operasional sebesar Rp 0,52. Pada tahun 2008 REO BSM mengalami penurunan
menjadi 49 dimana ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari
Universitas Sumatera Utara
pendapatan operasional mampu menutupi biaya operasional sebesar Rp 0,49. Pada tahun 2009 REO BSM kembali
mengalami penurunan menjadi 46, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pendapatan operasional mampu
menutupi biaya operasional sebesar Rp 0,46. Kinerja rasio REO BSM menunjukkan hasil yang sangat baik dengan ditandai
penurunan besaran rasio setiap tahunnya dan menempati peringkat pertama, dimana semakin rendah rasio REO maka
akan semakin efisien bank dalam menjalankan operasionalnya.
Apabila dilihat dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio
rentabilitasnya. Perhitungan pertumbuhan rasio NOM tahun 2008
= 25,9 Perhitungan pertumbuhan rasio NOM tahun 2009
= -80,3 Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang ROA tahun 2008
= 40
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang ROA tahun 2009
= 13,2 Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang ROE tahun 2008
= 26,8 Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang ROE tahun 2009
= 13,3 Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang REO tahun 2008
= -5,7 Perhitungan pertumbuhan rasio penunjang REO tahun 2009
= -6,1 Hasil perhitungan pertumbuhan rasio NOM, ROA, ROE, dan REO
dapat di rekapitulasi pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Rekapitulasi Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Syariah Mandiri
Rasio Tahun
2007 2008
2009 NOM
- 25,9
-80,3 ROA
- 40
13,2 ROE
- 26,8
13,3 REO
- -5,7
-6,1
Sumber : Data sekunder olahan NOM sebagai rasio utama rentabilitas menunjukkan peningkatan
pada tahun 2008 akan tetapi kembali menurun pada tahun 2009. Rata- rata aktiva produktif setiap tahunnya selalu meningkat namun biaya
operasional dan dana bagi hasil juga meningkat yang persentasenya lebih besar dari kenaikan pendapatan operasional. Selain itu aktiva
produktif BSM juga mengalami penurunan kinerja, penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya alokasi APYD BSM seperti yang
dijelaskan pada KAP sebelumnya sehingga mengurangi penerimaan pendapatan BSM. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kinerja
NOM yang berarti bahwa kemampuan BSM memperoleh laba mengalami penurunan. Akan tetapi secara rata-rata kinerja NOM BSM
masih sangat baik dengan mendapat peringkat pertama, hal ini juga didukung oleh rasio-rasio pendukung seperti ROA, ROE, dan REO
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan bahkan selalu mendapatkan peringkat pertama untuk rasio ROA dan REO.
Universitas Sumatera Utara
Melihat dari rasio rentabilitas yang meliputi NOM, ROA, ROE, dan ROA selama tahun 2007-2008 maka terlihat bahwa Bank Syariah
Mandiri masih dikategorikan sebagai bank yang sangat profitebel dan mampu menghasilkan laba dengan baik namun pada tahun 2009
mengalami penurunan sehingga tergolong sebagai bank yang cukup profitabel.
d. Likuidity likuiditas
Rasio lilkuditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan
rasio yang digunakan adalah short term mismatch STM. Perhitungan STM BSM tahun 2007
= 38,7 Dari perhitungan di atas maka STM BSM 2007 berperingkat 1 satu
Perhitungan STM BSM tahun 2008
=58,2 Dari perhitungan di atas maka STM BSM 2007 berperingkat 1 satu
Perhitungan STM BSM tahun 2009
=67,5
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan di atas maka STM BSM 2007 berperingkat 1 satu Hasil perhitungan di atas STM dapat direkapitulasi melalui tabel
4.10 di bawah.
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Rasio STM Bank Syariah Mandiri 2007-2009
dalam ribuan
Pos-pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
AJP KJP
997.545.000 3.518.595.000
1.469.326.000 2.523.870.000
2.374.624.000 3.518.595.000
1.613.831.667 3.187.020.000
STM 38,7
58,2 67,5
54,8 Peringkat
1 1
1 1
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan : AJP : Aktiva Jangka Pendek
KJP : Kewajiban Jangka Pendek STM : Short Term Mismatch
Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.10 di atas dapat diketahui bahwa secara umum kinerja STM rata-rata sudah sangat baik
dengan persentase STM sebesar 54,8 sehingga mendapatkan peringkat pertama. STM terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar
38,7, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari kewajiban jangka pendek dapat dijamin dari aktiva jangka pendek sebesar Rp 0,387. STM
tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 67,5 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari kewajiban jangka pendek dapat dijamin dari
Universitas Sumatera Utara
aktiva jangka pendek sebesar Rp 0,675 sehingga mendapatkan peringkat pertama. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan likuiditas
bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas bank sangat kuat. Apabila dilihat dari
pertumbuhannya, kinerja rasio STM BSM menunjukkan kenaikan setiap tahunnya.
Perhitungan pertumbuhan STM BSM tahun 2008
= 50,3 Perhitungan pertumbuhan STM BSM tahun 2009
= 15,9 Pertumbuhan kinerja rasio STM BSM dapat direkapitulasi pada
tabel 4,11 di bawah ini. Tabel 4.11
Pertumbuhan rasio STM Bank Syariah Mandiri 2007-2009
Rasio Tahun
2007 2008
2009 STM
- 50,3
15,9
Sumber : Data sekunder olahan Dilihat dari pertumbuhannya seperti yang ditunjukkan pada tabel
4.11 dan 4.10 bahwa kinerja STM BSM menunjukkan peningkatan kinerja yang terjadi setiap periodenya, peningkatan ini disebabkan
karena aktiva jangka pendek BSM cenderung meningkat setiap tahun
Universitas Sumatera Utara
atau periodenya. Kecenderungan meningkatnya aktiva jangka pendek ini dikarenakan oleh meningkatnya DPK dana pihak ketiga dalam
jangka pendek seperti tabungan, giro serta deposito jangka pendek yang waktunya kurang dari tiga bulan. Namun hal ini harus diwaspadai oleh
manajemen BSM, karena jika likuiditas terlalu tinggi maka akan terjadi ketimpangan yang cukup besar antara simpanan pihak ketiga dengan
pembiayaan yang disalurkan sehingga dapat menyebabkan bank tidak kompetitif lagi.
Melihat dari rasio likuiditas STM Bank Syariah Mandiri maka hal ini cukup menggambarkan bahwa kondisi kinerja likuiditas Bank
Syariah Mandiri adalah sangat likuid.
2. Bank Muamalat Indonesia