Bank Muamalat Indonesia Analisis Laporan Keuangan

atau periodenya. Kecenderungan meningkatnya aktiva jangka pendek ini dikarenakan oleh meningkatnya DPK dana pihak ketiga dalam jangka pendek seperti tabungan, giro serta deposito jangka pendek yang waktunya kurang dari tiga bulan. Namun hal ini harus diwaspadai oleh manajemen BSM, karena jika likuiditas terlalu tinggi maka akan terjadi ketimpangan yang cukup besar antara simpanan pihak ketiga dengan pembiayaan yang disalurkan sehingga dapat menyebabkan bank tidak kompetitif lagi. Melihat dari rasio likuiditas STM Bank Syariah Mandiri maka hal ini cukup menggambarkan bahwa kondisi kinerja likuiditas Bank Syariah Mandiri adalah sangat likuid.

2. Bank Muamalat Indonesia

Hasil perhitungan dari rasio-rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia yang meliputi Capital, Asset, Earning, dan Liquidity selama periode 2007- 2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut. a. Capital permodalan Bedasarkan data dari laporan kecukupan penyediaan modal minimum Bank Muamalat Indonesia yang diterbitkan pada laporan publikasi Bank Indonesia maka dapat dihitung Kewajiban Penyediaan Modal Minimun selama 2007-2009 KPMM. Perhitungan KPMM dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut dalam mananggung resiko kerugian yang mungkin akan timbul dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain. Universitas Sumatera Utara Perhitungan KPMM BMI tahun 2007 = 10,7 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Perhitungan KPMM BMI tahun 2008 = 10,8 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Perhitungan KPMM BMI tahun 2009 = 11,1 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Hasil perhitungan KPMM selama 2007-2009 pada bank syariah ini dapat direkapitulasi pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Perhitungan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 dalam ribuan Pos-Pos Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 M tier 1 M tier 2 M tier 3 Penyertaan ATMR 773.501.000 210.204.000 41.238.000 8.816.327.000 861.239.000 415.529.000 41.559.000 11.402.270.000 898.031.000 420.486.000 45.366.000 11.467.222.000 844.257.000 348.549.667 42.721.000 10.561.939.667 KPMM 10,7 10,8 11,1 10,2 Universitas Sumatera Utara Peringkat 2 2 2 2 Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17 Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.12 di atas, maka dapat diketahui secara umum bahwa kinerja KPMM Bank Muamalat Indonesia BMI menunjukkan kenerja yang baik, hal ini terlihat dari rata-rata KPMM sebesar 10,8 dari ketentuan minimal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8, sehingga KPMM BMI memperoleh peringkat kedua. KPMM BMI yang tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 11,11 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain maka akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1111. KPMM terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 10,7 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,107. Pada tahun 2008 KPMM BMI mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2007 sebesar 10,8 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,108. Peringkat kedua yang selalu diperoleh KPMM BMI mencerminkan bahwa tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan akan tetap berada ditingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 dua belas bulan mendatang. Universitas Sumatera Utara Ditinjau dari pertumbuhan kinerjanya, kinerja Bank Muamalat Indonesia ini mengalami kenaikan pada rasio KPMM-nya. Perhitungan pertumbuhan rasio KPMM tahun 2008 = 0,93 Perhitungan pertumbuhan rasio KPMM tahun 2009 = 2,78 Pertumbuhan rasio KPMM ini dapat direkapitulasi pada tabel 4.13 di bawah ini. Tebel 4.13 Pertumbuhan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 Rasio Tahun 2007 2008 2009 KPMM - 0,93 2,78 Sumber : Data sekunder olahan Berdasarkan pertumbuhan yang ditampilkan pada tabel 4.13 di atas terlihat bahwa pertumbuhan kinerja KPMM menunjukkan pertumbuhan yang positif. Peningkatan ini disebabkan karena modal yang dimiliki BMI meningkat setiap tahunnya dimana peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan ATMR yang tidak terlalu besar persentase kenaikannya sehingga rasio KPMM BMI terus naik setiap tahunnya. Melihat pertumbuhan yang terjadi, dengan stabilnya kenaikan KPMM Universitas Sumatera Utara BMI maka akan semakin meminimalisasi banyaknya dana yang menganggur, sehingga dana-dana tersebut dapat menjadi lebih produktif. Analisis terhadap rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum pada Bank Muamalat Indonesia terlihat mengalami kenaikan. Meskipun demikian, nilai rasio KPMM pada bank ini masih tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa Bank Muamalat Indonesia tersebut mampu dalam meng-cover pembiayaan yang disalurkan kepada pihak lain apabila terjadi default gagal bayar. b. Asset Kualitas Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah penanaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP sangat berguna untuk melihat bagaimana pihak bank dapat mengelola aktiva produktif sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan semaksimal mungkin. Perhitungan KAP BMI tahun 2007 = 0,97 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Universitas Sumatera Utara Perhitungan KAP BMI tahun 2008 = 0,97 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2008 berperingkat 2 dua Perhitungan KAP BMI tahun 2009 = 0,96 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2007 berperingkat 3 tiga Hasil perhitungan KAP pada Bank Muamalat Indonesia selama tahun 2007 sampai 2009 dapat direkapitulasi pada tabel 4.14 di bawah. Tabel 4.14 Rekapitulasi Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 dalam ribuan Pos-pos Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 APYD DPK KL D M AP 46.472.250 33.133.000 21.552.750 160.892.000 9.944.583.000 91.694.250 145.086.000 21.653.250 143.512.000 11.642.598.000 223.265.250 20.908.000 301.398.750 102.105.000 15.083.200.000 120.477.250 66.375.667 114.868.250 135.503.000 12.223.460.333 KAP 0,97 0,97 0,96 0,97 Peringkat 2 2 3 2 Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17 Keterangan : DPK : Dalam Perhatian Khusus Universitas Sumatera Utara KL : Kurang lancar D : Diragukan M : Macet AP : Aktiva Produktif Dari hasil perhitungan KAP pada tabel 4.14 di atas maka dapat diketahui secara umum bahwa KAP BSM menunjukkan hasil yang cukup baik. KAP tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sampai 2008 yaitu sebesar 0,97 dan memperoleh peringkat kedua. Sedangkan KAP terendah diperoleh pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,96 sehingga memperoleh peringkat ke tiga. Hal ini mencerminkan kualitas asset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namum masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik. Apabila ditinjau dari pertumbuhannya, rasio kinerja KAP BMI mengalami penurunan yang tidak stabil seperti yang akan ditunjukkan pada perhitungan pertumbuhan di bawah ini. Perhitungan pertumbuhan KAP BMI tahun 2008 = 0,0 Perhitungan pertumbuhan KAP BMI tahun 2009 Universitas Sumatera Utara = -0,01 Pertumbuhan rasio kinerja KAP dapat direkapitulasi pada tabel 4.15 di bawah ini. Tabel 4.15 Pertumbuhan rasio KAP Bank Muamalat Indonesia Rasio Tahun 2007 2008 2009 KAP - 0,0 -0,01 Sumber: Data Sekunder Olahan Dari pertumbuhannya KAP BMI terlihat bahwa pada tahun 2008 tidak terjadi pertumbuhan dari sisi rasio walaupun secara nominal mengalami kenaikan. Akan tetapi pada tahun 2009 rasio KAP BMI mengalami pertumbuhan yang negatif dan mengindikasikan penurunan kinerja KAP. Berdasarkan yang diperlihatkan pada tabel 4.14 dan 4.15 bahwa aktiva produktif BMI setiap tahunnya terus meningkat, namun peningkatan aktiva produktif ini kurang diimbangi dengan pengelolaan aktiva produktif yang baik sehingga menyebabkan APYD BMI juga mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini bisa diakibatkan oleh adanya peningkatan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh nasabah, sehingga BMI harus menyalurkan dana pihak ketiga tersebut dalam aktiva produktif secara optimal yang menyebabkan terjadinya jumlah Universitas Sumatera Utara peningkatan APYD. Hal ini lah yang menyebabkan kinerja KAP BMI mengalami penurunan pada tahun 2009. Berdasarkan analisis perhitungan rasio KAP BMI di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 mempunyai KAP yang baik, namun terjadi penurunan pada tahun 2009 yang mengindikasikan bahwa kualitas asset cukup baik dan bila tidak dilakukan perbaikan akan mengalami penurunan. Secara rata-rata kualitas asset BMI masih berada pada posisi kedua sehingga mengindikasikan kualitas asset yang baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan. c. Earning rentabilitas Perhitungan earnings ditujukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keutungan. Hasil perhitungan earnings yang meliputi NOM sebagai rasio utama, ROA, ROE, dan REO dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Perhitungan NOM BMI tahun 2007 = 2,5 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Perhitungan NOM BMI tahun 2008 Universitas Sumatera Utara =2,9 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Perhitungan NOM BMI tahun 2009 = 0,6 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 5 lima Hasil perhitungan NOM BMI selama 2007-2009 di atas dapat di rekapitulasi pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Rekapitulasi Rasio NOM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 dalam ribuan Rasio Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 PO DBH BO Rata AP 1.283.186.000 500.150.000 561.668.000 8.909.449.500 1.468.034.000 515.423.000 643.513.000 10.793.590.500 1.746.522.000 822.350.000 846.607.000 13.362.899.000 1.499.247.333 612.641.000 683.929.333 11.021.979.667 NOM 2,5 2,9 0,6 2,0 Peringkat 2 2 5 3 Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17 Keterangan : PO : Pendapatan Operasional DBH : Dana Bagi Hasil BO : Beban Operasional Rata AP : Rata-rata Aktiva Produktif NOM : Net Operating Margin Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2007 =2,24 ROA BMI berperingkat 1 satu Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2008 =2,60 Universitas Sumatera Utara ROA BMI berperingkat 1 satu Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2009 = 0,45 ROA BMI berperingkat 3 tiga Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2007 =29,49 Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2008 = 42,05 Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2009 = 10,19 Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2007 = 44 REO BMI berperingkat 1 satu Universitas Sumatera Utara Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2008 = 44 REO BMI berperingkat 1 satu Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2009 = 48 REO BMI berperingkat 1 satu Hasil perhitungan rasio penunjang di atas dapat direkapitulasi pada tabel di bawah ini. Tabel 4.17 Rekapitulasi Rasio Penunjang Renatabilitas Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 Tahun Rasio dan peringkat ROA Peringkat ROE REO Peringkat 2007 2,24 1 29,49 44 1 2008 2,60 1 42,05 44 1 2009 0,45 3 10,19 48 1 Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17 Rasio-rasio rentabilitas yang terdiri dari NOM, ROA, ROE, dan REO dapat dijelaskan sebagai berikut. 1 Seperti yang terlihat pada tabel 4.16 di atas bahwa secara umum kinerja NOM BMI menunjukkan hasil yang cukup baik dengan rata-rata 2,0 dan menduduki peringkat ketiga dari ketentuan yang berlaku. NOM tertinggi berada di tahun 2008 Universitas Sumatera Utara sebesar 2,9 sehingga memperoleh peringkat kedua. Sedangkan NOM yang terendah berada pada tahun 2009 sebesar 0,6 sehingga memperoleh peringkat kelima. Pada tahun 2007 NOM BMI sebesar 2,5 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari aktiva produktif BMI akan mampu menghasilkan margin keuntungan operasional sebesar Rp 0,025. Pada tahun 2008 NOM BMI sebesar 2,9 yang berarti bahwa setiap Rp 1,0 dari aktiva produktif BMI akan mampu menghasilkan margin keuntungan operasional sebesar Rp 0,029. Pada tahun 2009 NOM BMI mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 0,6 yang berarti setiap Rp 1,- dari aktiva produktif akan mampu menghasilkan keuntungan operasional sebesar Rp 0,006. 2 ROA pada tahun 2007 sebesar 2,24 dimana hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0224. Sedangkan ROA pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,60 dimana menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0260. Akan tetapi pada tahun 2009 ROA BMI mengalami penurunan sebesar 0,45, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0045. Kenaikan ROA pada tahun 2008 sebesar 2,60 menunjukkan bahwa kemampuan Universitas Sumatera Utara BMI dalam menghasilkan laba dari asset sangat baik, meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,45 akan tetapi nilai ROA pada bank ini masih cukup baik. 3 ROE BMI pada tahun 2007 sebesar 29,49 yang menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,2949. Pada tahun 2008 kinerja ROE BMI mengalami peningkatan menjadi 42,05 yang menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,4205. Pada tahun 2009 ROE BMI mengalami penurunan menjadi 10,19 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,1019. Peningkatan kinerja ROE pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kemampuan bank menghasilkan laba dari modalnya cukup baik, walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan besarnya rasio. 4 REO BMI pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 44 yang menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari pendapatan operasional dapat membiayai biaya operasional sebesar Rp 0,44. Pada tahun 2009 kinerja REO mengalami penurunan dengan meningkatnya rasio menjadi 48, hal ini menunjukkan setiap Rp 1,- dari pendapatan operasional dapat membiayai biaya operasional sebesar Rp 0, 48. Stabilnya kinerja REO pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan bahwa BMI mampu membiayai biaya operasionalnya dengan pendapatan Universitas Sumatera Utara operasional dengan sangat baik, walaupun mengalami penurunan kinerja pada tahun 2009 dan tetap menempati peringkat pertama. Apabila dilihat dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio rentabilitasnya. Perhitungan pertumbuhan rasio NOM BMI tahun 2008 = 0,16 Perhitungan pertumbuhan rasio NOM BMI tahun 2009 = -0,79 Perhitungan pertumbuhan rasio ROA BMI tahun 2008 = 0,16 Perhitungan pertumbuhan rasio ROA BMI tahun 2009 = -0,82 Perhitungan pertumbuhan rasio ROE BMI tahun 2008 = 0,42 Universitas Sumatera Utara Perhitungan pertumbuhan rasio ROE BMI tahun 2009 = -0,64 Perhitungan pertumbuhan rasio REO BMI tahun 2008 = 0,0 Perhitungan pertumbuhan rasio REO BMI tahun 2009 = 0,09 Hasil dari perhitungan rasio penunjang di atas dapat ditunjukkan pada tabel rekapitulasi di bawah ini. Tabel 4.18 Rekapitulasi Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Muamalat Indonesia Rasio Tahun 2007 2008 2009 NOM - 0,16 -0,79 ROA - 0,16 -0,82 ROE - 0,42 -0,64 REO - 0.0 0,09 Sumber : Data Sekunder Olahan Berdasarkan pertumbuhannya yang diperlihatkan pada tabel 4.18, NOM BMI sebagai rasio utama mengalami kenaikan pada tahun 2008 akan tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan kinerja Universitas Sumatera Utara NOM ini disebabkan oleh naiknya aktiva produktif yang persentasenya lebih besar dari kenaikan pendapatan operasional selain itu dana bagi hasil dan beban operasi juga mengalami kenaikan sehingga memaksa BMI turun peringkat menjadi peringkat 5 pada tahun 2009. Penurunan kinerja aktiva produktif BMI ini diakibatkan meningkatnya APYD seperti yang dijelaskan pada rasio KAP sebelumnya. Selama tahun 2007-2008 rasio rentabilitas BMI tergolong sebagai bank yang memiliki rentabilitas tinggi namun, pada tahun 2009 mengalami penurunan dan tergolong sebagai bank yang memiliki rentabilitas sangat rendah. Secara rata-rata NOM BMI menunjukkan kinerja yang cukup tinggi dengan menempati peringkat ketiga. Hal ini mencerminkan bahwa kemamapuan rentabilitas cukup tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini juga didukung oleh rasio pendukung seperti ROA, ROE, dan REO walaupun untuk rasio ROA mengalami penurunan peringkat namum BMI tetap menunjukkan efisiensinya yang baik sehingga dapat dikatakan bahwa BMI adalah bank yang cukup profitabel. d. Likuidity likuiditas Rasio lilkuditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan Universitas Sumatera Utara rasio yang digunakan adalah short term mismatch STM. Perhitungan rasio STM dapat ditunjukkan pada bagian di bawah ini. Hasil tersebut akan direkapitulasikan pada tabel 4.19. Perhitungan rasio STM BMI tahun 2007 = 7,22 STM BMI tahun 2007 berperingkat 5 lima Perhitungan rasio STM BMI tahun 2008 = 12,03 STM BMI tahun 2007 berperingkat 4 empat Perhitungan rasio STM BMI tahun 2009 =20,79 STM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua Hasil perhitungan STM dapat ditunjukkan melalui rakapitulasi tabel 4.19 di bawah. Tebel 4.19 Perhitungan rasio STM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 dalam ribuan Pos-pos Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 AJP KJP 125.033.000 1.730.937.000 251.008.000 2.087.049.000 586.496.000 2.820.896.000 320.845.667 2.212.960.667 Universitas Sumatera Utara STM 7,22 12,03 20,79 13,35 Peringkat 5 4 2 4 Sumber : Data sekunder olahan dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17 Keterangan : AJP : Aktiva Jangka Pendek KJP : Kewajiban Jangka Pendek STM : Short Term Mismatch berdasarkan perhitungan di atas secara umum terlihat bahwa rata- rata kinerja STM BMI tidak terlalu baik dengan persentase STM sebesar 13,35 sehingga mendapatkan peringkat ke empat yang mengindikasikan likuiditas BMI lemah. STM terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 7,22 yang mencerminkan setiap Rp 1,- kewajiban jangka pendek dapat dijamin oleh aktiva jangka pendek sebesar Rp0,0722 sehingga dapat dikatakan tingkat likuiditas sangat lemah. STM tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 20,79 yang berarti setiap Rp 1,- dari kewajiban jangka pendek dapat dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 0,2079 sehingga dapat dikatakan masih tingkat kinerja atas rasio STM BMI ini mengindekasikan bahwa kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas kuat. Universitas Sumatera Utara Apabila dilihat dari pertumbuhannya, kinerja rasio STM BMI menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Di bawah ini akan ditunjukkan perhitungan pertumbuhan rasio STM. Perhitungan pertumbuhan rasio STM BMI tahun 2008 = 0,66 Perhitungan pertumbuhan rasio STM BMI tahun 2009 = 0,72 Pertumbuhan kinerja rasio STM BMI dapat ditunjukkan pada tabel 4.20 di bawah. Tabel 4.20 Pertumbuhan rasio STM Bank Muamalat Indonesia Rasio Tahun 2007 2008 2009 STM - 0,66 0,72 Sumber : Data sekunder olahan Pertumbuhan atas rasio STM BMI setiap tahun mengalami kenaikan dan perbaikan. Peningkatan kinerja ini disebabkan oleh peningkatan aktiva jangka pendek setiap tahun. Kecenderungan peningkatan atas aktiva jangka pendek ini disebabkan oleh meningkatnya DPK dana pihak ketiga dalam jangka pendek yang waktunya kurang dari tiga tahun. Melihat dari rasio likuiditas STM Bank Muamalat Indonesia maka hal ini cukup menggambarkan bahwa Universitas Sumatera Utara kondisi kinerja likuiditas Bank Muamalat Indonesia adalah cukup likuid.

D. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

2 75 102

Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional Dengan Menggunakan Rasio Camels (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bank Indonesia)

5 81 94

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN RASIO EAGLES

12 50 22

Analisis Perbandingan Kinerja Dan Hubungan Pangsa Komposisi Pembiayaan Perbankan Syariah Dengan Rasio-Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syairiah Mandiri Periode 2004-2007

0 4 131

Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)

19 71 125

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Mandiri Dengan Menggunakan Metode Camels Periode 2009-2011.

0 2 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Mandiri Dengan Menggunakan Metode Camels Periode 2009-2011.

0 1 13

Analisis camels dalam menilai kinerja keuangan Pt. Bank muamalat indonesia dengan Pt. Bank syariah mandiri.

0 1 43

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pt Bank Muamalat Indonesia Tbk Dan Pt Bank Syariah Mandiri COVER

0 0 11

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

0 1 11