atau periodenya. Kecenderungan meningkatnya aktiva jangka pendek ini dikarenakan oleh meningkatnya DPK dana pihak ketiga dalam
jangka pendek seperti tabungan, giro serta deposito jangka pendek yang waktunya kurang dari tiga bulan. Namun hal ini harus diwaspadai oleh
manajemen BSM, karena jika likuiditas terlalu tinggi maka akan terjadi ketimpangan yang cukup besar antara simpanan pihak ketiga dengan
pembiayaan yang disalurkan sehingga dapat menyebabkan bank tidak kompetitif lagi.
Melihat dari rasio likuiditas STM Bank Syariah Mandiri maka hal ini cukup menggambarkan bahwa kondisi kinerja likuiditas Bank
Syariah Mandiri adalah sangat likuid.
2. Bank Muamalat Indonesia
Hasil perhitungan dari rasio-rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia yang meliputi Capital, Asset, Earning, dan Liquidity selama periode 2007-
2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut. a.
Capital permodalan Bedasarkan data dari laporan kecukupan penyediaan modal
minimum Bank Muamalat Indonesia yang diterbitkan pada laporan publikasi Bank Indonesia maka dapat dihitung Kewajiban Penyediaan
Modal Minimun selama 2007-2009 KPMM. Perhitungan KPMM dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank
tersebut dalam mananggung resiko kerugian yang mungkin akan timbul dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan KPMM BMI tahun 2007
= 10,7 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua
Perhitungan KPMM BMI tahun 2008
= 10,8 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua
Perhitungan KPMM BMI tahun 2009
= 11,1 Dari perhitungan di atas KPMM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua
Hasil perhitungan KPMM selama 2007-2009 pada bank syariah ini dapat direkapitulasi pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Perhitungan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia
2007-2009 dalam ribuan
Pos-Pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
M tier 1 M tier 2
M tier 3 Penyertaan
ATMR 773.501.000
210.204.000 41.238.000
8.816.327.000 861.239.000
415.529.000 41.559.000
11.402.270.000 898.031.000
420.486.000 45.366.000
11.467.222.000 844.257.000
348.549.667 42.721.000
10.561.939.667 KPMM
10,7 10,8
11,1 10,2
Universitas Sumatera Utara
Peringkat 2
2 2
2
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.12 di atas, maka dapat diketahui secara umum bahwa kinerja KPMM Bank
Muamalat Indonesia BMI menunjukkan kenerja yang baik, hal ini terlihat dari rata-rata KPMM sebesar 10,8 dari ketentuan minimal
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8, sehingga KPMM BMI memperoleh peringkat kedua. KPMM BMI yang tertinggi
terjadi pada tahun 2009 sebesar 11,11 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain maka
akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1111. KPMM terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 10,7 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,-
dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,107. Pada tahun 2008 KPMM BMI mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2007 sebesar 10,8 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan yang diberikan kepada pihak
ketiga akan dijamin oleh modal sebesar Rp 0,108. Peringkat kedua yang selalu diperoleh KPMM BMI mencerminkan bahwa tingkat modal
berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan akan tetap berada ditingkat ini serta membaik dari tingkat
saat ini untuk 12 dua belas bulan mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Ditinjau dari pertumbuhan kinerjanya, kinerja Bank Muamalat Indonesia ini mengalami kenaikan pada rasio KPMM-nya.
Perhitungan pertumbuhan rasio KPMM tahun 2008
= 0,93 Perhitungan pertumbuhan rasio KPMM tahun 2009
= 2,78 Pertumbuhan rasio KPMM ini dapat direkapitulasi pada tabel 4.13
di bawah ini. Tebel 4.13
Pertumbuhan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 Rasio
Tahun 2007
2008 2009
KPMM -
0,93 2,78
Sumber : Data sekunder olahan Berdasarkan pertumbuhan yang ditampilkan pada tabel 4.13 di atas
terlihat bahwa pertumbuhan kinerja KPMM menunjukkan pertumbuhan yang positif. Peningkatan ini disebabkan karena modal yang dimiliki
BMI meningkat setiap tahunnya dimana peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan ATMR yang tidak terlalu besar persentase
kenaikannya sehingga rasio KPMM BMI terus naik setiap tahunnya. Melihat pertumbuhan yang terjadi, dengan stabilnya kenaikan KPMM
Universitas Sumatera Utara
BMI maka akan semakin meminimalisasi banyaknya dana yang menganggur, sehingga dana-dana tersebut dapat menjadi lebih
produktif. Analisis terhadap rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
pada Bank Muamalat Indonesia terlihat mengalami kenaikan. Meskipun demikian, nilai rasio KPMM pada bank ini masih tinggi. Hal ini
mencerminkan bahwa Bank Muamalat Indonesia tersebut mampu dalam meng-cover pembiayaan yang disalurkan kepada pihak lain
apabila terjadi default gagal bayar.
b. Asset Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penanaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan
untuk memperoleh penghasilan. Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP sangat berguna untuk melihat bagaimana pihak bank dapat mengelola
aktiva produktif sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan semaksimal mungkin.
Perhitungan KAP BMI tahun 2007
= 0,97 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2007 berperingkat 2
dua
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan KAP BMI tahun 2008
= 0,97 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2008 berperingkat 2
dua Perhitungan KAP BMI tahun 2009
= 0,96 Dari hasil perhitungan di atas KAP BMI tahun 2007 berperingkat 3
tiga Hasil perhitungan KAP pada Bank Muamalat Indonesia selama
tahun 2007 sampai 2009 dapat direkapitulasi pada tabel 4.14 di bawah. Tabel 4.14
Rekapitulasi Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP Bank Muamalat Indonesia 2007-2009 dalam ribuan
Pos-pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
APYD DPK
KL D
M AP
46.472.250 33.133.000
21.552.750 160.892.000
9.944.583.000 91.694.250
145.086.000 21.653.250
143.512.000 11.642.598.000
223.265.250 20.908.000
301.398.750 102.105.000
15.083.200.000 120.477.250
66.375.667 114.868.250
135.503.000 12.223.460.333
KAP 0,97
0,97 0,96
0,97 Peringkat
2 2
3 2
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan :
DPK : Dalam Perhatian Khusus
Universitas Sumatera Utara
KL : Kurang lancar D : Diragukan
M : Macet AP : Aktiva Produktif
Dari hasil perhitungan KAP pada tabel 4.14 di atas maka dapat diketahui secara umum bahwa KAP BSM menunjukkan hasil yang
cukup baik. KAP tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sampai 2008 yaitu sebesar 0,97 dan memperoleh peringkat kedua. Sedangkan KAP
terendah diperoleh pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,96 sehingga memperoleh peringkat ke tiga. Hal ini mencerminkan kualitas asset
cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian
pembiayaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namum masih
terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik.
Apabila ditinjau dari pertumbuhannya, rasio kinerja KAP BMI mengalami penurunan yang tidak stabil seperti yang akan ditunjukkan
pada perhitungan pertumbuhan di bawah ini. Perhitungan pertumbuhan KAP BMI tahun 2008
= 0,0 Perhitungan pertumbuhan KAP BMI tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
= -0,01 Pertumbuhan rasio kinerja KAP dapat direkapitulasi pada tabel
4.15 di bawah ini. Tabel 4.15
Pertumbuhan rasio KAP Bank Muamalat Indonesia
Rasio Tahun
2007 2008
2009 KAP
- 0,0
-0,01
Sumber: Data Sekunder Olahan Dari pertumbuhannya KAP BMI terlihat bahwa pada tahun 2008
tidak terjadi pertumbuhan dari sisi rasio walaupun secara nominal mengalami kenaikan. Akan tetapi pada tahun 2009 rasio KAP BMI
mengalami pertumbuhan yang negatif dan mengindikasikan penurunan kinerja KAP.
Berdasarkan yang diperlihatkan pada tabel 4.14 dan 4.15 bahwa aktiva produktif BMI setiap tahunnya terus meningkat, namun
peningkatan aktiva produktif ini kurang diimbangi dengan pengelolaan aktiva produktif yang baik sehingga menyebabkan APYD BMI juga
mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini bisa diakibatkan oleh adanya peningkatan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh nasabah,
sehingga BMI harus menyalurkan dana pihak ketiga tersebut dalam aktiva produktif secara optimal yang menyebabkan terjadinya jumlah
Universitas Sumatera Utara
peningkatan APYD. Hal ini lah yang menyebabkan kinerja KAP BMI mengalami penurunan pada tahun 2009.
Berdasarkan analisis perhitungan rasio KAP BMI di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 mempunyai KAP yang
baik, namun terjadi penurunan pada tahun 2009 yang mengindikasikan bahwa kualitas asset cukup baik dan bila tidak dilakukan perbaikan
akan mengalami penurunan. Secara rata-rata kualitas asset BMI masih berada pada posisi kedua sehingga mengindikasikan kualitas asset yang
baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan.
c. Earning rentabilitas
Perhitungan earnings ditujukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keutungan. Hasil perhitungan earnings
yang meliputi NOM sebagai rasio utama, ROA, ROE, dan REO dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Perhitungan NOM BMI tahun 2007
= 2,5 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 2
dua Perhitungan NOM BMI tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
=2,9 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 2
dua Perhitungan NOM BMI tahun 2009
= 0,6 Dari hasil perhitungan di atas NOM BMI tahun 2007 berperingkat 5
lima Hasil perhitungan NOM BMI selama 2007-2009 di atas dapat di
rekapitulasi pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Rekapitulasi Rasio NOM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009
dalam ribuan
Rasio Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
PO DBH
BO Rata AP
1.283.186.000 500.150.000
561.668.000 8.909.449.500
1.468.034.000 515.423.000
643.513.000 10.793.590.500
1.746.522.000 822.350.000
846.607.000 13.362.899.000
1.499.247.333 612.641.000
683.929.333 11.021.979.667
NOM 2,5
2,9 0,6
2,0 Peringkat
2 2
5 3
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan : PO
: Pendapatan Operasional DBH
: Dana Bagi Hasil BO
: Beban Operasional Rata AP
: Rata-rata Aktiva Produktif NOM
: Net Operating Margin
Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2007
=2,24 ROA BMI berperingkat 1 satu
Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2008
=2,60
Universitas Sumatera Utara
ROA BMI berperingkat 1 satu Perhitungan rasio penunjang ROA BMI tahun 2009
= 0,45 ROA BMI berperingkat 3 tiga
Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2007
=29,49 Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2008
= 42,05 Perhitungan rasio penunjang ROE BMI tahun 2009
= 10,19 Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2007
= 44 REO BMI berperingkat 1 satu
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2008
= 44 REO BMI berperingkat 1 satu
Perhitungan rasio penunjang REO BMI tahun 2009
= 48 REO BMI berperingkat 1 satu
Hasil perhitungan rasio penunjang di atas dapat direkapitulasi pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Rasio Penunjang Renatabilitas Bank Muamalat
Indonesia 2007-2009
Tahun Rasio dan peringkat
ROA Peringkat
ROE REO
Peringkat 2007
2,24 1
29,49 44
1 2008
2,60 1
42,05 44
1 2009
0,45 3
10,19 48
1
Sumber : Diolah peneliti dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Rasio-rasio rentabilitas yang terdiri dari NOM, ROA, ROE, dan REO dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 Seperti yang terlihat pada tabel 4.16 di atas bahwa secara
umum kinerja NOM BMI menunjukkan hasil yang cukup baik dengan rata-rata 2,0 dan menduduki peringkat ketiga dari
ketentuan yang berlaku. NOM tertinggi berada di tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
sebesar 2,9 sehingga memperoleh peringkat kedua. Sedangkan NOM yang terendah berada pada tahun 2009
sebesar 0,6 sehingga memperoleh peringkat kelima. Pada tahun 2007 NOM BMI sebesar 2,5 yang berarti bahwa setiap
Rp 1,- dari aktiva produktif BMI akan mampu menghasilkan margin keuntungan operasional sebesar Rp 0,025. Pada tahun
2008 NOM BMI sebesar 2,9 yang berarti bahwa setiap Rp 1,0 dari aktiva produktif BMI akan mampu menghasilkan margin
keuntungan operasional sebesar Rp 0,029. Pada tahun 2009 NOM BMI mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar
0,6 yang berarti setiap Rp 1,- dari aktiva produktif akan mampu menghasilkan keuntungan operasional sebesar Rp
0,006. 2
ROA pada tahun 2007 sebesar 2,24 dimana hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan
menghasilkan laba sebesar Rp 0,0224. Sedangkan ROA pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,60 dimana
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0260. Akan tetapi pada tahun 2009 ROA
BMI mengalami penurunan sebesar 0,45, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset akan
menghasilkan laba sebesar Rp 0,0045. Kenaikan ROA pada tahun 2008 sebesar 2,60 menunjukkan bahwa kemampuan
Universitas Sumatera Utara
BMI dalam menghasilkan laba dari asset sangat baik, meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,45 akan
tetapi nilai ROA pada bank ini masih cukup baik. 3
ROE BMI pada tahun 2007 sebesar 29,49 yang menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan
laba sebesar Rp 0,2949. Pada tahun 2008 kinerja ROE BMI mengalami peningkatan menjadi 42,05 yang menggambarkan
bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,4205. Pada tahun 2009 ROE BMI mengalami penurunan
menjadi 10,19 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,1019. Peningkatan kinerja
ROE pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kemampuan bank menghasilkan laba dari modalnya cukup baik, walaupun pada
tahun 2009 mengalami penurunan besarnya rasio. 4
REO BMI pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 44 yang menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari pendapatan
operasional dapat membiayai biaya operasional sebesar Rp 0,44. Pada tahun 2009 kinerja REO mengalami penurunan
dengan meningkatnya rasio menjadi 48, hal ini menunjukkan setiap Rp 1,- dari pendapatan operasional dapat membiayai
biaya operasional sebesar Rp 0, 48. Stabilnya kinerja REO pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan bahwa BMI mampu
membiayai biaya operasionalnya dengan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
operasional dengan sangat baik, walaupun mengalami penurunan kinerja pada tahun 2009 dan tetap menempati
peringkat pertama. Apabila dilihat dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank
Syariah Mandiri ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio rentabilitasnya.
Perhitungan pertumbuhan rasio NOM BMI tahun 2008
= 0,16 Perhitungan pertumbuhan rasio NOM BMI tahun 2009
= -0,79 Perhitungan pertumbuhan rasio ROA BMI tahun 2008
= 0,16 Perhitungan pertumbuhan rasio ROA BMI tahun 2009
= -0,82 Perhitungan pertumbuhan rasio ROE BMI tahun 2008
= 0,42
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pertumbuhan rasio ROE BMI tahun 2009
= -0,64 Perhitungan pertumbuhan rasio REO BMI tahun 2008
= 0,0 Perhitungan pertumbuhan rasio REO BMI tahun 2009
= 0,09 Hasil dari perhitungan rasio penunjang di atas dapat ditunjukkan
pada tabel rekapitulasi di bawah ini. Tabel 4.18
Rekapitulasi Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Muamalat Indonesia
Rasio Tahun
2007 2008
2009 NOM
- 0,16
-0,79 ROA
- 0,16
-0,82 ROE
- 0,42
-0,64 REO
- 0.0
0,09
Sumber : Data Sekunder Olahan Berdasarkan pertumbuhannya yang diperlihatkan pada tabel 4.18,
NOM BMI sebagai rasio utama mengalami kenaikan pada tahun 2008 akan tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan kinerja
Universitas Sumatera Utara
NOM ini disebabkan oleh naiknya aktiva produktif yang persentasenya lebih besar dari kenaikan pendapatan operasional selain itu dana bagi
hasil dan beban operasi juga mengalami kenaikan sehingga memaksa BMI turun peringkat menjadi peringkat 5 pada tahun 2009. Penurunan
kinerja aktiva produktif BMI ini diakibatkan meningkatnya APYD seperti yang dijelaskan pada rasio KAP sebelumnya.
Selama tahun 2007-2008 rasio rentabilitas BMI tergolong sebagai bank yang memiliki rentabilitas tinggi namun, pada tahun 2009
mengalami penurunan dan tergolong sebagai bank yang memiliki rentabilitas sangat rendah. Secara rata-rata NOM BMI menunjukkan
kinerja yang cukup tinggi dengan menempati peringkat ketiga. Hal ini mencerminkan bahwa kemamapuan rentabilitas cukup tinggi untuk
mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian
keuntungan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini juga didukung oleh rasio pendukung seperti ROA, ROE, dan REO
walaupun untuk rasio ROA mengalami penurunan peringkat namum BMI tetap menunjukkan efisiensinya yang baik sehingga dapat
dikatakan bahwa BMI adalah bank yang cukup profitabel.
d. Likuidity likuiditas
Rasio lilkuditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan
Universitas Sumatera Utara
rasio yang digunakan adalah short term mismatch STM. Perhitungan rasio STM dapat ditunjukkan pada bagian di bawah ini. Hasil tersebut
akan direkapitulasikan pada tabel 4.19. Perhitungan rasio STM BMI tahun 2007
= 7,22 STM BMI tahun 2007 berperingkat 5 lima
Perhitungan rasio STM BMI tahun 2008
= 12,03 STM BMI tahun 2007 berperingkat 4 empat
Perhitungan rasio STM BMI tahun 2009
=20,79 STM BMI tahun 2007 berperingkat 2 dua
Hasil perhitungan STM dapat ditunjukkan melalui rakapitulasi tabel 4.19 di bawah.
Tebel 4.19 Perhitungan rasio STM Bank Muamalat Indonesia 2007-2009
dalam ribuan
Pos-pos Tahun
Rata-rata 2007
2008 2009
AJP KJP
125.033.000 1.730.937.000
251.008.000 2.087.049.000
586.496.000 2.820.896.000
320.845.667 2.212.960.667
Universitas Sumatera Utara
STM 7,22
12,03 20,79
13,35 Peringkat
5 4
2 4
Sumber : Data sekunder olahan dasar penentuan peringkat lihat Tabel 2.1 halaman 17
Keterangan : AJP : Aktiva Jangka Pendek
KJP : Kewajiban Jangka Pendek STM : Short Term Mismatch
berdasarkan perhitungan di atas secara umum terlihat bahwa rata- rata kinerja STM BMI tidak terlalu baik dengan persentase STM
sebesar 13,35 sehingga mendapatkan peringkat ke empat yang mengindikasikan likuiditas BMI lemah. STM terendah terjadi pada
tahun 2007 sebesar 7,22 yang mencerminkan setiap Rp 1,- kewajiban jangka pendek dapat dijamin oleh aktiva jangka pendek sebesar
Rp0,0722 sehingga dapat dikatakan tingkat likuiditas sangat lemah. STM tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 20,79 yang berarti
setiap Rp 1,- dari kewajiban jangka pendek dapat dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 0,2079 sehingga dapat dikatakan masih tingkat
kinerja atas rasio STM BMI ini mengindekasikan bahwa kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan
penerapan manajemen resiko likuiditas kuat.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dilihat dari pertumbuhannya, kinerja rasio STM BMI menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Di bawah ini akan ditunjukkan
perhitungan pertumbuhan rasio STM. Perhitungan pertumbuhan rasio STM BMI tahun 2008
= 0,66 Perhitungan pertumbuhan rasio STM BMI tahun 2009
= 0,72 Pertumbuhan kinerja rasio STM BMI dapat ditunjukkan pada tabel
4.20 di bawah. Tabel 4.20
Pertumbuhan rasio STM Bank Muamalat Indonesia
Rasio Tahun
2007 2008
2009 STM
- 0,66
0,72
Sumber : Data sekunder olahan Pertumbuhan atas rasio STM BMI setiap tahun mengalami
kenaikan dan perbaikan. Peningkatan kinerja ini disebabkan oleh peningkatan aktiva jangka pendek setiap tahun. Kecenderungan
peningkatan atas aktiva jangka pendek ini disebabkan oleh meningkatnya DPK dana pihak ketiga dalam jangka pendek yang
waktunya kurang dari tiga tahun. Melihat dari rasio likuiditas STM Bank Muamalat Indonesia maka hal ini cukup menggambarkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
kondisi kinerja likuiditas Bank Muamalat Indonesia adalah cukup likuid.
D. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan