pendekatan sistem, agar ketiga aspek tersebut dapat dikaji secara menyeluruh. Untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek bioekologi kepiting bakau
perlu dilakukan beberapa pendekatan. Data dan informasi tentang tipe dan karakteristik habitat kepiting bakau diperoleh dengan melakukan klasifikasi
wilayah zona berdasarkan karakter-karakter khusus yang dimiliki tiap zona. Selanjutnya pada tiap zona dilakukan pengamatan dan analisa parameter biofisik
dan kimia lingkungan, meliputi: parameter fisik-kimia substrat dan perairan, karakteristik vegetasi mangrove, produksi serasah mangrove dan kelimpahan
organisme makrozoobenthos sebagai pakan alami kepiting bakau. Untuk mengetahui status bioekologi kepiting bakau dilakukan kajian
tentang kelimpahan, sebaran ukuran, pola distribusi spasial dan temporal, pola pertumbuhan, serta laju eksploitasi kepiting bakau. Data untuk kajian status
bioekologi kepiting bakau diperoleh dari data primer dan data sekunder. Kajian mengenai daya dukung lingkungan dilakukan dengan pendekatan indeks
kesesuaian habitat Habitat Suitability IndexHSI. HSI menggambarkan kesesuaian habitat yang diberikan oleh kombinasi interaksi dari semua variabel
lingkungan kunci pada spesies S. serrata, berdasarkan hipotesa hubungan spesies- habitat. Alur pendekatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
1.6 Kebaruan Penelitian
Di Indonesia, khususnya di Institut Pertanian Bogor sendiri, sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui status bioekologi kepiting
bakau, antara lain oleh: 1 Siahainenia 2008 telah melakukan penelitian bioekologi kepiting bakau di ekosistem mangrove Kabupaten Subang, yang
meliputi struktur populasi, potensi reproduksi, dan distribusi spasial dan temporal kepiting bakau; 2 Mulya 2000 meneliti kelimpahan dan distribusi kepiting
bakau di hutan mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat, Sumatera Utara; 3 Nazar 2002 meneliti keterkaitan karakteristik habitat dengan
keberadaan tiga jenis kepiting bakau; 4 Dianthani 2002 mengevaluasi kondisi lingkungan perairan Muara Badak, Kalimantan Timur dalam kaitannya dengan
perkembangan larva kepiting bakau. Namun penelitian-penelitian tersebut belum
memberikan jalan bagaimana menggunakan hasil penelitian tersebut untuk rencana pengelolaan sumberdaya kepiting bakau.
Penelitian ini dilakukan di kawasan konservasi Taman Nasional, dimana menurut UU No. 5 tahun 1990 dilarang dilakukan kegiatan yang bersifat merubah
keutuhan kawasan, seperti menangkap hewan atau menebang pohon. Namun saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi, yang
semula perlindungan alam tanpa mengijinkan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat, menjadi perlindungan dengan pemanfaatan yang berkelanjutan.
Model pengelolaan ekosistem mangrove di salah satu desa dalam kawasan TNK sudah pernah diteliti oleh Gunawan et al. 2005 yang melakukan penelitian
tentang Model Pelestarian Ekosistem Mangrove di Kawasan Taman Nasional Kutai oleh Masyarakat Dusun Teluk Lombok, namun dalam penelitian ini model
yang dihasilkan hanya berupa deskripsi tentang pelaksanaan pengelolaan mangrove yang telah rusakdibuka di kawasan tersebut oleh masyarakat bersama
dengan LSM Bikal. Sedangkan bagaimana solusi dari permasalahan mengapa mangrove dirusak tidak dibahas dalam penelitian tersebut.
Pada penelitian ini akan disusun model pengelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove di kawasan TNK, yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya S.
serrata , sebagai biota yang mempunyai keterkaitan habitat dengan hutan
mangrove. Penelitian ini dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan sistem dinamik yang didukung oleh data bioekologi kepiting bakau dan daya
dukung lingkungan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data bioekologi kepiting bakau memang masih mengikuti penelitian-penelitian sebelumnya,
namun yang berbeda adalah data biekologi ini akan digunakan secara menyeluruh melalui metode analisis sistem dinamik untuk menyusun rencana pengelolaan
sumberdaya kepiting bakau. Hasil dari analisis sistem berupa model pengelolaan kepiting bakau, akan
mempunyai karakter yang berbeda dengan kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan umum, karena memasukkan variabel aturan-aturan dalam pengelolaan
kawasan konservasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik benang merah kebaruan dari
penelitian ini yaitu:
a Penggunaan data-data bioekologi dan pendugaan stok kepiting bakau secara komprehensif sebagai variabel-variabel dalam alat analisis sistem dinamik
untuk menyusun rencana pengelolaan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun LeVay 2001 telah menyatakan menganggap perlu untuk
menggunakan data bioekologi dan stok assesment sebagai dasar pengelolaan. b Disusunnya model untuk pengelolaan sumberdaya kepiting bakau di kawasan
konservasi taman nasional yang berbeda dengan model pengelolaan di perairan umum, karena harus mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem
mangrove yang meliputi dua sistem ekologi, yaitu ekosistem hutan dan ekosistem perairan, sehingga diperlukan adanya penyelarasan peraturan-
perundangan untuk konservasi di kawasan kehutanan dan konservasi di kawasan perairan.
Gambar 1 Kerangka pendekatan penelitian
Sumberdaya Kepiting
MANGROVE TNK
Permasalahan: Degradasi habitat
mangrove untuk tambak Permasalahan:
Potensi tinggi, belum dimanfaatkan
Perlu Manag. Sylvofishery
Perlu Upaya Optimasi
- +
Status Bioekologi Kepiting
Analisis Sistem
Analisis Bio-Fisik
Daya dukung lingkungan
Analisis
HSI
Powersim Studio 2005
Pemodelan Pemanfatan Sumberdaya kepiting
Analisis Probabilistik
PEMANFATAAN KEPITING 1.
Penangkapan Kepiting Dewasa 2.
Budidaya Pembesaran kepiting muda
HIPOTESIS
Skenario Pemanfaatan SD Kepiting Bakau
Strategi Pengelolaan SD kepiting Bakau
Peraturan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Zonasi Pemanfaatan Hutan Mangrove
Analisis SIG
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Kepiting Bakau