serrata Keragaan Perikanan Tangkap S. serrata di TNK

sebanyak rakkang, hanya ada sekitar 10 unit saja, karena umumnya tiap satu orang nelayan hanya memerlukan satu buah pengait untuk operasional menangkap kepiting. Kelebihan dari alat pengait adalah nelayan cenderung memperoleh kepiting yang berukuran besar dan harga yang lebih baik. Namun kelemahannya adalah jumlah hasil tangkapannya relatif sedikit dibanding bila menangkap dengan rakkang. Selain itu hasil tangkapan juga sering cacat, karena kepiting terluka oleh pengait.

5.2.3 Keragaan Budidaya Pembesaran S. serrata di TNK

Budidaya kepiting bakau yang telah dilakukan di hutan mangrove TNK hanya berupa budidaya pembesaran. Wadah untuk memelihara kepiting bakau ada berbagai bentuk, antara lain kurungan bambu dalam tambak, karamba di laut, dan kurungan jaring dalam mangrove. Gambar berbagai bentuk wadah pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 36. a. Kurungan Bambu b. Kurungan jaring Gambar 36 Wadah pemeliharaan budidaya pembesaran kepiting bakau di TNK. Budidaya pembesaran dilakukan dengan tujuan sebagai usaha pemeliharaan sementara bagi kepiting, yang berukuran terlalu kecil untuk langsung dijual ke pasar. Pembesaran dilakukan dengan menempatkan kepiting hasil tangkapan alam ke dalam wadah tertentu dan dipelihara hingga ukuran layak dijual. Hasil budidaya pembesaran kepiting bakau dengan kurungan bambu yang pernah dilakukan di kawasan mangrove TNK ini belum menunjukkan keberhasilan yang cukup memuaskan. Beberapa kelemahan yang diduga menjadi penyebab kegagalan usaha budidaya tersebut adalah: 1. Tingkat kepadatan benih kepiting bakau yang dipelihara dalam kurungan bambu tidak diperhatikan, sehingga terjadi perebutan ruang dan pakan antar kepiting. Sementara kepiting bakau sendiri merupakan jenis biota yang kanibal pemakan sesama, sehingga diduga terjadi saling bunuh antar individu kepiting bakau. 2. Jumlah pakan yang diberikan tidak mencukupi dan tidak konsisten, sedangkan dalam kurungan tidak tersedia pakan alami, sehingga kepiting akan memakan sesamanya. 3. Teknologi kurungan bambu tidak menyediakan habitat alami yang disukai kepiting bakau, sehingga pada saat ada perubahan lingkungan seperti peningkatan suhu pada siang hari, atau perubahan salinitas, kepiting bakau tidak bisa berlindung dan menjadi stress, yang akhirnya berdampak pada kematian. 4. Tinggi kurungan bambu yang hanya sekitar 1 meter sangat rawan terkena banjir pada saat terjadi pasang naik. Sementara kepiting bakau adalah binatang yang sangat mobile, yang mempunyai kaki renang dan kaki jalan, sehingga kepiting dapat berenang dan memanjat pagar yang mengurungnya untuk melepaskan diri. Selain itu teknologi budidaya seperti ini tidak mengkonservasi habitat mangrove, karena menebang habis pohon mangrovenya. Hal ini dapat berdampak buruk dalam banyak hal, akibat hilangnya fungsi ekologis mangrove.

5.2.3.1 Budidaya Pembesaran

S. serrata dengan Teknik Sylvofishery