Pendugaan Laju Eksploitasi Scylla serrata

.............................................................................................. 22 Di mana L adalah panjang rata-rata ukuran, L’ adalah panjang di mana semua kepiting bakau pada ukuran tersebut dan lebih panjang berada pada penangkapan penuh. L’ dapat pula dianggap sebagai batas kelas bawah dari interval kelas panjang Sparre Venema 1999. Selanjutnya untuk pendugaan laju mortalitas alami M diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly dalam Sparre Venema 1999 sebagai berikut: Log M = -0.0066-0.279Log L +0.6543Log K +0.4634LogT ................... 23 T adalah temperatur perairan. Nilai Z dan M digunakan untuk menduga kematian kepiting bakau akibat penangkapan F dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: F = Z – M .................................................................................... 24 Berdasarkan nilai Z dan F maka laju eksploitasi kepiting bakau E dapat diduga dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Z F E = ................................................. 25 Z = total laju mortalitas per tahun M = laju mortalitas alami per tahun F = laju mortalitas penangkapan per tahun E = laju eksploitasi per tahun

3.5.6 Penghitungan Yield per Rekrut Relatif YR dan Biomass per Rekrut

BR Setelah diketahui nilai laju eksploitasi, maka selanjutnya dapat dihitung nilai Yield per Rekrut YR. Dalam pengelolaan perikanan, adalah penting untuk menentukan perubahan dalam YR untuk nilai F yang berbeda-beda. Nilai YR ini digunakan untuk mendeteksi apakah penangkapan kepiting bakau di TNK sudah melebihi atau masih dibawah kemampuan rekruitnya. Asumsi yang melatarbelakangi pendekatan Model Tangkapan per Rekruit Beverton dan Holt ini adalah: 1 Rekruitmen konstan. 2 Semua ikan dalam satu kohort lahir pada saat yang sama. L L L L K Z − − ∞ = 3 Rekruitmen dan seleksi berbentuk ”mata pisau”. 4 Mortalitas alami dan mortalitas tangkap konstan sejak kohort tersebut masuk ke fase ekploitasi. 5 Terjadi pencampuran sempurna dalam stok. 6 Hubungan panjang-bobot berpangkat 3, yaitu W=qL 3 Daur hidup satu kohort dalam Model Model Beverton Holt ini diasumsikan sebagai berikut: . 1 Pada umur t r 2 Dari umur t semua ikan dalam satu kohort tertentu masuk ke daerah tangkap pada saat yang sama: ”rekruitmen mata pisau”. r sampai umur t e , kohort tersebut tidak mengalami mortalitas tangkap. Semua ikan antara umur t r dan t e 3 Pada umur t bisa lolos jika masuk ke dalam alat tangkap. Dengan demikian pada periode itu, ikan-ikan tersebut hanya mengalami mortalitas alami, M, yang dianggap konstan selama masa hidup kohort. e Persamaan YR dapat ditulis sesuai dengan saran Gulland dalam Sparre Venema 1999 sbb: , umur saat pertama kali tertangkap, kohort tersebut dianggap mengalami mortalitas tangkap penuh, F, yang konstan selama sisa hidup kohort tersebut. ..................................... 26 Beberapa parameter yang menentukan hasil tangkap per rekruit dikendalikan secara biologi, yaitu K, W ∞ and M. Namun demikian, dua diantara parameter-parameter tersebut, yaitu laju mortalitas tangkapF proporsional terhadap upaya dan umur saat pertama tertangkapte fungsi dari selektivitas alat tangkap, pada dasarnya dapat dikendalikan oleh otoritas pengelolaan perikanan. Analisis hasil tangkap per upaya dapat memberikan gambaran konsekwensi dari pilihan F dan t e Model Biomasa per Rekruit Beverton Holt dalam Sparre Venema 1999 menyatakan biomasa rata-rata dalam tahunan dari ikan- ikan yang hidup sebagai suatu fungsi dari mortalitas penangkapan atau upaya. Biomasa rata-rata berhubungan dengan hasil tangkapan per unit usaha dengan persamaan CPUEt = qNt. yang berbeda.