Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan (Sintetik) Di Tk Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

(1)

PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG PEMANIS BUATAN (SINTETIK) DI TK AL-UMMI DESA

CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 071000202 INTAN PURNAMA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG PEMANIS BUATAN (SINTETIK) DI TK AL-UMMI DESA

CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM. 071000202 INTAN PURNAMA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG PEMANIS BUATAN (SINTETIK) DI TK AL-UMMI DESA

CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM : 071000202 INTAN PURNAMA SARI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

NIP. 19700212 199501 2 001 Ernawati Nasution, SKM., MKes

Penguji I

NIP. 19670613 199303 1 400 Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi

Penguji II

NIP. 19820729 200812 2 002 Fitri Ardiani, SKM., MPH

Penguji III

NIP. 19620529 198903 2 001 Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP.19531018 198203 2 001 dr. Ria Masniari Lubis, MSi


(4)

ABSTRAK

Di usia prasekolah anak masih mengandalkan arahan dari orang tua. Pengambilan keputusan dalam mengonsumsi apa pun masih sangat tergantung pada peranan orang tua, terutama ibu. Pada kurun waktu inilah orang tua memiliki peran penting untuk mengawasi anak dari bahan pemanis buatan yang membahayakan keselamatan anak. Pengetahuan ibu tentang makanan jajanan sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan anak. Ibu yang mengerti akan makanan jajanan yang sehat dan bebas dari bahan kimia akan menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah semua ibu yang berjumlah 40 orang dengan jumlah sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari umur, pekerjaan, pendidikan, sumber informasi, pengetahuan, sikap dan tindakan serta gambaran umum dan letak geografis TK Al-UMMI yang diperoleh dari catatan atau dokumen TK Al-Al-UMMI. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (52,5%) sumber informasi tantang makanan jajanan yang diperoleh ibu melalui media massa. Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan mayoritas pada kategori sedang (75,0%). Demikian juga dalam hal sikap dan tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan kategorinya berada pada kategori sedang yaitu masing-masing 60,0% dan 70,0%.

Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas puskesmas mengenai bahan tambahan pangan terutama dalam hal pemanis buatan, serta perlu diadakan kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan agar dapat mensosialisasikan dan menginformasikan bahaya mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.


(5)

ABSTRACT

In preschooled age, a child still relies on his/her parental direction. Decision making in consuming anything significantly depends on the parental role especially on mother. It is within the age that the parents play an important role in keeping their child from synthetic sweetener agent that is danger to the health of child. The knowledge of mother about the street food has significant effect on the selection of the street food of child. Any mother who knows the healthy foodstoof and free of cheical agent will ensure the growth and development of child optimally.

The objective of the study is to know the attitude of mother about street food containing the synthetic sweeting agent at AL-UMMI Kindergarten of Ceumpedak Village of Tanah Jambo Aye Subregency of North Aceh in 2010. The population included 40 mothers with total sampling. The data were collected by using a questionnaire consisting of age, occupation, education, source of information, knowledge, attitude, and action and even general description and geographical position of AL-UMMI Kindergarten gathered from the document of AL–UMMI Kindergarten. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that majority (52.5%) of the source of information related to the streedfood was collected by the mothers from mass media. Majority of the knowledge rate of mothers about of street food containing the synthetic sweeting agent in the moderate level (75.0%). Similarly, in the case of attitude and action took by mothers related to the street food containing the synthetic sweetener agent in the moderate of 60.0% and 70.0%, respectively.

It is required to improve guidance by the public health center officials related to the supplemental foods especially in the case of synthetic sweetener agent, and a cross-sectoral collaboration between Health Department and Education Department to socialize and inform the danger of consuming the street food containing the synthetic sweetener agent.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah JAmbo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010” ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum senpurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Asfriyati, SKM, MKes, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan memberikan masukan bagi saya selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt., MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,


(7)

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, Mkes selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing saya hingga skripsi ini dapat diselesaikan,

5. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan yang membangun bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,

6. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Si selaku dosen penguji II dan Ibu Fitri Ardiani, SKM., MPH selaku dosen penguji III.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Bapak Marihot Samosir, ST. yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi serta membantu dalam segala urusan administrasi,

8. Ibu Hj. Nuryatin selaku Kepala TK Al- Ummi yang telah memberikan dukungan dan izin kepada saya untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai dengan baik,

9. Bapak Muchtar H. M. Daud, S.Kh selaku Kepala Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini,

10. Orang tua yang saya cintai, Ayahanda Akbari dan Ibunda Mariana, SPd yang telah merawatku sedari kecil dengan penuh cinta dan mencurahkan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya.


(8)

11. Adik-adikku tersayang, Mulya Warman dan Mohammad Fasya yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi bagi penulis. Every single day, I love

you and how much I thank God for giving me the best family.

12. Teman terbaikku, Briptu Azhari, AMKG atas doa, waktu dan semangat yang diberikan bagi penulis,

13. Sahabat-sahabatku di FKM Yanthy, Rilma, kak Sufnidar, kak Imel, kak Ummi, Rida, bang Aldi dan Ami serta semua teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan serta kritikan yang menambah semangat bagi saya yang selalu mendampingi saya, baik di saat susah maupun senang, membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini,

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga berkat Tuhan senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juni 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak ... Abstrac ... Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ... . BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku ... 2.1.1 Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak ... 2.1.2 Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan ... 2.1.3 Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak ... 2.2 Makanan Jajanan ... 2.2.1 Definisi Makan Jajanan ... 2.2.2. Jenis Makanan Jajanan Anak ... 2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan

Jajanan ... 2.2.4. Makanan Jajanan Anak Yang Mengandung Pemanis

Sintetis ... 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 3.2.2. Waktu Penelitian ... 3.3. Populasi dan Sampel ... 3.4. Pengumpulan Data ... 3.5. Defenisi Operasional. ... 3.6 Aspek Pengukuran ... 3.7. Uji Validitasi Dan Reliabillitas ...


(10)

3.8 Pengolahan Dan Analisa Data ... 3.8.1 Pengolahan Data ... 3.8.2 Analisa Data... BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 4.1.1. Geografi dan Demografi Desa Ceumpedak ... 4.1.2. Gambaran Umum Tk Al-Ummi ... 4.2. Karakteristik Responden ... 4.3. Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan ... 4.4. Frekuensi Mendapatkan Informasi Tentang Makanan Jajanan

Yang Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.5. Pengetahuan Responden Tentang Makanan Jajanan Yang

Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.6. Sikap Responden Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.7. Tindakan Responden Tentang Makanan Jajanan Ang

Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.8. Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap Tentang Makanan

Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.9. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan. ... 4.10.Sikap Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Makanan

Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan. ... BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan ... 5.2. Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan ... 5.3. Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung

Pemanis Buatan ... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Berbagi Jenis Jajanan ... Tabel 2.2. Daftar Pemanis Buatan (sintetis) yang Diizinkan di Indonesia ... Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Pendidikan

Dan Pekerjaan) di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010. ... Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 ... . Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mendapatkan

Informasi Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 ... . Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 ... . Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010... . Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010... . Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010... . Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010. ... Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010... . Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 ... .


(12)

Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010. ... Tabel 4.12. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 ... .


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

ABSTRAK

Di usia prasekolah anak masih mengandalkan arahan dari orang tua. Pengambilan keputusan dalam mengonsumsi apa pun masih sangat tergantung pada peranan orang tua, terutama ibu. Pada kurun waktu inilah orang tua memiliki peran penting untuk mengawasi anak dari bahan pemanis buatan yang membahayakan keselamatan anak. Pengetahuan ibu tentang makanan jajanan sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan anak. Ibu yang mengerti akan makanan jajanan yang sehat dan bebas dari bahan kimia akan menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah semua ibu yang berjumlah 40 orang dengan jumlah sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari umur, pekerjaan, pendidikan, sumber informasi, pengetahuan, sikap dan tindakan serta gambaran umum dan letak geografis TK Al-UMMI yang diperoleh dari catatan atau dokumen TK Al-Al-UMMI. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (52,5%) sumber informasi tantang makanan jajanan yang diperoleh ibu melalui media massa. Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan mayoritas pada kategori sedang (75,0%). Demikian juga dalam hal sikap dan tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan kategorinya berada pada kategori sedang yaitu masing-masing 60,0% dan 70,0%.

Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas puskesmas mengenai bahan tambahan pangan terutama dalam hal pemanis buatan, serta perlu diadakan kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan agar dapat mensosialisasikan dan menginformasikan bahaya mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.


(15)

ABSTRACT

In preschooled age, a child still relies on his/her parental direction. Decision making in consuming anything significantly depends on the parental role especially on mother. It is within the age that the parents play an important role in keeping their child from synthetic sweetener agent that is danger to the health of child. The knowledge of mother about the street food has significant effect on the selection of the street food of child. Any mother who knows the healthy foodstoof and free of cheical agent will ensure the growth and development of child optimally.

The objective of the study is to know the attitude of mother about street food containing the synthetic sweeting agent at AL-UMMI Kindergarten of Ceumpedak Village of Tanah Jambo Aye Subregency of North Aceh in 2010. The population included 40 mothers with total sampling. The data were collected by using a questionnaire consisting of age, occupation, education, source of information, knowledge, attitude, and action and even general description and geographical position of AL-UMMI Kindergarten gathered from the document of AL–UMMI Kindergarten. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that majority (52.5%) of the source of information related to the streedfood was collected by the mothers from mass media. Majority of the knowledge rate of mothers about of street food containing the synthetic sweeting agent in the moderate level (75.0%). Similarly, in the case of attitude and action took by mothers related to the street food containing the synthetic sweetener agent in the moderate of 60.0% and 70.0%, respectively.

It is required to improve guidance by the public health center officials related to the supplemental foods especially in the case of synthetic sweetener agent, and a cross-sectoral collaboration between Health Department and Education Department to socialize and inform the danger of consuming the street food containing the synthetic sweetener agent.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak usia pra sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pada pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tubuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak dapat selalu dilaksanakan dengan benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada organ-organ dan sistem tubuh anak.

Foodborne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius untuk jangka pendek, sehingga sering kali kurang diperhatikan oleh orang tua, masyarakat atau instansi yang terkait dengan masalah ini (Judarwanto, 2009).

Tumbuh kembangnya anak tergantung dari beberapa hal, diantaranya adalah pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan dan perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak dengan sempurna, masalah yang sering timbul adalah dalam pemberian makanan anak yang disebabkan karena anak banyak mengkonsumsi makanan jajanan (Judarwanto, 2009).


(17)

Dari hasil Survei Sosial Ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 1999 menunjukan bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita perbulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,34% pada tahun 1999. Data Susenas memperlihatkan selama tahun 1999-2004 sekitar 80% rumah tangga rata-rata perkapita perbulan untuk jajanan meningkat dari 10,9% pada tahun 1999 menjadi 12,4% pada tahun 2004 (Anonim, 2006). Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah memberikan 36% energi dan 29% protein dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologi maupun kimiawi masih dipertanyakan (Cahanar, 2006).

Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang (2005) mendapati 90% jajanan yang ada di beberapa sekolah tidak layak dikonsumsi. Makanan jajanan selain mengandung bahan pengawet buatan, terdapat bahan pewarna dan pemanis buatan yang bisa membahayakan tubuh manusia (Anonim, 2007). Iswaranti (2007) mengemukakan, makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia. Bila terjadi hal seperti itu, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tersedianya pangan dalam keluarga belum menjamin kebutuhan gizi seseorang sudah terpenuhi.

Hasil Penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) (2008) menunjukan bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar di Jakarta, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong dan es coklat menggunakan kombinasi sakarin dan siklamat. Jumlah sakarin yang terdapat di dalam makanan jajanan tersebut berkisar antara 36,5-113 ppm, sedangkan jumlah siklamat


(18)

yang terdeteksi 0,05-0,07 ppm. Walaupun pemanis buatan tersebut terdapat dalam jumlah yang masih di bawah batas maksimum, tetapi berdasarkan Peraturan Menkes tahun 1988 tentang bahan tambahan makanan, jumlah tersebut hanya ditujukan untuk produk yang rendah kalori atau bagi penderita diabetes dan bukan untuk produk konsumsi umum apalagi untuk anak-anak sekolah. Penelitian Street food Project (Proyek Makanan Jajanan) di Bogor tahun 1999 juga diketahui bahwa hampir seluruh jenis es puter dan minuman ringan yang diperiksa (251 sampel), ternyata mengandung siklamat (Cahyadi, 2008), sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh LKJ (Lembaga Konsumen Jakarta) pada tahun 2007 menyatakan bahwa jajanan anak rawan menggunakan pemanis buatan. Dari 48 jenis makanan terdapat 9 jenis makanan yang mengandung pemanis buatan berbahaya yang sering dikonsumsi oleh anak-anak ( Anonim, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dari LPKB (Lembaga perlindungan Konsumen Bali) tahun 2010 tentang ciri-ciri makanan/minuman yang diberi pemanis buatan yaitu ; 1) mempunyai rasa pahit ikutan (after taste), terutama sakarin, dan 2) lebih encer dibandingkan dengan menggunakan minuman yang menggunakan gula.

Di usia pra sekolah anak mulai mengembangkan kebiasaan makannya sebagai konsumen aktif. Ia mulai bisa memilih sendiri makanan yang ingin dimakannya dan tidak lagi sebagai konsumen pasif yang sepenuhnya bergantung pada orang dewasa di sekitarnya. Di kurun waktu inilah orangtua memiliki peran penting untuk mengawasi anak dari bahan pemanis buatan yang membahayakan keselamatan anak. Pengetahuan ibu tentang makanan jajanan sangat berpengaruh terhadap pemilihan


(19)

makanan jajanan buat anaknya, ibu yang mengerti akan makanan jajanan yang sehat, bebas bahan kimia akan menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah penulis lakukan, TK Ummi merupakan salah satu TK yang terbaik di Desa Ceumpedak sebagian besar mata pencarian penduduknya adalah berjualan dan bertani dengan tingkat pendidikan yang bervariasi mulai dari tamatan SD sampai perguruan tinggi. Dari hasil survey penelitian dapat dilihat bahwa banyaknya penjual makanan jajanan yang berjualan di depan sekolahnya, ibu murid TK juga sering menuruti apa yang diminta anaknya untuk dijajani di sekolahnya.

Dengan memahami kondisi psikologi anak usia sekolah ini maka sangat penting peran orang tua dalam hal memilih produk atau jenis makanan yang dipakai untuk dikonsumsi oleh anaknya, komunikasi dan perhatian yang baik akan menjadi kunci penting agar seorang anak dapat mengkonsumsi makanan jajanan anak yang aman dan baik untuk dikonsumsi anak dalam kehidupan sehari-hari (Nuraini, 2007).

Ibu-ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah dan sekolah tidak menunjukkan perilaku yang tegas dalam memperhatikan makanan jajanan anak karena banyak anak yang setiap harinya diberi keleluasan memilih makanan dan minuman yang mengandung pemanis sintetik tersebut sehingga hal ini secara perlahan akan menjadi suatu masalah kesehatan pada generasi kita yang akan datang. Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul perilaku ibu tentang makanan jajanan anak yang mengandung pemanis sintetis (buatan) di TK AL-UMMI Di Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah bagaimana perilaku ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis Buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakreristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye.

2. Untuk mengetahui sumber informasi ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye.

1.4. Manfaat Penelitian.

Memberikan bahan masukan dan evaluasi bagi masyarakat khususnya ibu untuk lebih teliti dalam memilih makanan jajanan anaknya dan sebagai informan dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung bahan pemanis buatan (sintetik) kepada keluarganya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku seseorang terdiri atas kognitif, yaitu dapat diukur dari pengetahuan, afektif dapat diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor yang dapat diukur dari tindakan (praktek) yang dilakukan.

2.1.1 Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan ibu serta keterampilan seorang ibu sangat diperlukan dalam upaya pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak yang dilakukan dalam tata laksana makan agar makanan menjadi lebih berguna bagi tubuh (Maryati, 2000).

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh di dalam pelaksanaan atau penerapan di rumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang gizi maka dapat diperhitungkan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak


(22)

mempunyai pengetahuan gizi yang cukup akan memilih berdasarkan panca inderanya dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan, baik dalam pemberian makanan jajanan anaknya secara sembarang. Sebaiknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak mempertimbangkan secara rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut dalam memilihkan makanan jajanan buat anaknya (Soediaotama, 2003).

Dari hasil penelitian Hermina (2004) menyatakan bahawa ada perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan makanan anak. Pada penelitian tersebut diberikan materi kepada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan kurang. Pada ibu yang tingkat pengetahuan kurang hanya dapat menjawab 24% dari pertanyaan yang diajukan dan 39% yang dapat dijawab oleh yang tingkat pengetahuan baik.

Dari hasil penelitian Devi (2004), didapat bahwa status gizi anak sangat baik 87,5% responden telah mencapai status gizi baik. Apabila dikaitkan dengan perilaku makan anak, dimana 77 % responden mempunyai nilai perilaku makan cukup baik dan 13% amat baik, maka hal ini dapat dikatakan ada pertimbangan antara perilaku makan anak dengan status gizi anak. Dari hasil penelitian ini ada hubungan antara pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap perilaku makan anak, semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin baik perilaku konsumsi makan anak dan semakin baik status gizinya.

Menurut pakar pendidikan, untuk membantu proses pendidikan anak, sebaiknya orang tua menambah pengetahuan, sebab semakin tinggi pengetahuan orang tua makin banyak pengetahuan yang dapat diberikan kepada anak-anaknya.


(23)

Hal ini sejalan dengan pendapat Karyadi (1999) yang menyatakan bahwa anak belajar tentang apa yang dimakan dan tidak dimakan berdasarkan apa yang dilihat dan kemudian ditirunya, dalam keluarga ibu merupakan objek lekat anak sehingga pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap perilaku anak (Devi, 2004).

2.1.2 Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten yang tidak menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu yang sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau tetap disebut


(24)

sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif. Orang bias saja bersikap netral secara konsisten (Azwar, 2007).

Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan, menggungkapkan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya dalam berbagai bentuk skala sikap yang umum harus di jawab dengan setuju atau tidak setuju, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat terlihat (Azwar, 2007).

Tingkat pengetahuan gizi seorang (ibu rumah tangga) berpengaruh terhadap sikap dalam pemilihan serta penyelenggaraan makanan. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap gizi seseorang. Dalam keadaan sehat seseorang akan lebih mudah mengkonsumsi makanan terutama anak-anak (anak sekolah). Anak sekolah yang dalam keadaan sehat ia tidak akan kekurangan makanan yang sangat diperlukan oleh tubuhnya.

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyediaan makanan sarapan pagi akan meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pengetahuan yang dimiliki tentang manfaat sarapan pagi membantu sikap ibu dalam menyediakan makanan tersebut bagi keluarganya. Sikap ibu dalam menyikapi makanan jajanan anak harus lebih hati-hati, dimana makanan jajanan anak yang diedarkan sangat berbahaya mengandung bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Sikap ibu dalam penyediaan makanan cemilan buat bekal anak di sekolah yang mirip dengan makanan jajanan yang dijual di pasaran dapat meningkatkan kesehatan pada anak, terkadang anak susah dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh ibunya,


(25)

anak lebih suka jajan di luar dibandingkan makan makanan yang tersedia di rumahnya (Anonim, 2009).

2.1.3 Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menanyakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi sesuai dengan sikap (Notoatmodjo, 2003).

Anak-anak sangat suka jajan makanan dan minuman sembarangan dari pada makanan di rumah, makanan jajanan mudah ditemui baik di sekolah, di lingkungan rumah dengan harga yang terjangkau dan dapat menarik perhatian anak. kurang seleranya anak dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh ibunya. Anak suka jajan bisa jadi karena adanya pengaruh dari lingkungan, bisa dari teman sepermainannya ataupun dari tayangan iklan. Anak suka jajan bisa jadi karena pengaruh dari orangtua atau orang dekat yang ada dalam satu rumah yang kerap jajan. Misalnya, jarang memasak dan lebih sering membeli makanan matang (siap makan) untuk keluarga. Anak lebih sering diberikan uang berlebihan, sehingga sisa yang ada dihabiskannya untuk jajan (Anonim, 2009).

Kebiasaan anak berpengaruh terhadap gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi dapat diperoleh dari makanan yang sehat, oleh sebab itu keluarga perlu mendapat perhatian dari penyelenggara makanan yaitu ibu rumah tangga. Tugas utama seorang ibu rumah tangga adalah menyiapkan hidangan bagi anggota keluarga dengan sebaik-baiknya (Maryati S, 2000). Untuk membuat dan


(26)

menyusun hidangan yang tepat harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki akan lebih mudah untuk mempraktekkan bagaimana cara pengolahan serta penyajian makanan seperti sarapan pagi yang baik dan membekali makanan yang sehat untuk dibawa ke sekolahnya sehingga dapat mengurangi anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan (Kristiana, 2009).

Psikologi Mayke Tedjasaputra dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa budaya ingin serba cepat mempengaruhi anak termasuk kebiasaan mereka untuk jajan. Pola jajan pada anak terbentuk melalui pembiasaan, semula anak meniru orangtuanya yang suka jajan dan di sekolah mereka meniru kebiasaan teman-temannya yang juga suka jajan. Perilaku ini semakin kuat karena dukungan lingkungan, seperti keberadaan penjual makanan di kantin atau di sekitar sekolah. Penjual makanan keliling yang lewat di depan rumah juga mendorong anak untuk jajan. Para ibu masa kini banyak yang bekerja di luar rumah. Mereka lalu merasa tidak punya waktu untuk membuat bekal makanan. Faktor harga yang lebih murah juga mendorong orangtua untuk membeli makanan siap saji daripada harus membuat sendiri. Kebiasaan orangtua mengajak anak-anaknya "makan di luar" setiap akhir pekan, menurut Mayke, juga bisa mendorong perilaku senang jajan. Anak jadi punya anggapan bahwa makan di mal, restoran, atau warung sebagai bentuk rekreasi. Faktor lain yang menyebabkan anak suka jajan adalah kurang bervariasinya makanan di rumah. Anak menjadi bosan dengan makanan yang disiapkan di rumah lalu tergiur dengan jajanan.

Kebiasaan jajan ini lalu diperkuat oleh lingkungan, terutama di permukiman padat penduduk. Ketika salah satu anak tetangga jajan, anak-anak lain tidak mau


(27)

kalah. Mereka lalu meminta jajan kepada orangtuanya dan menangis kalau tidak diberi. Orangtua merasa tidak tega dan akhirnya memberi jajan kepada anaknya. Dampak negatif muncul pada anak yang sering jajan. Anak menjadi tidak mau makan, terutama bila mereka jajan berdekatan dengan waktu makan. Anak juga tidak punya selera terhadap makanan rumah karena mereka terbiasa jajan. Sering kita melihat orangtua terpaksa menyuapi anaknya sambil memberikan camilan agar anaknya mau makan (Indriasari, 2007).

Mayke dalam Penelitian Indiriasari (2007) mengungkapkan, orangtua punya tanggung jawab membentuk kebiasaan positif kepada anak meskipun mereka sibuk bekerja. Mayke menyarankan agar orangtua tetap menyempatkan diri membuat bekal makanan sendiri. Orangtua bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan anak atau segala sesuatunya sudah disiapkan malam harinya sehingga pagi tinggal menyelesaikan pekerjaan yang belum disiapkan, menyiapkan bekal tidak harus dilakukan oleh ibu, tetapi juga bisa dilakukan oleh ayah. Usaha orangtua menyiapkan bekal anak juga berpengaruh positif terhadap jiwa anak. Anak merasa diperhatikan karena orangtua mau bersusah payah membuatkan makanan untuknya (Indriasari, 2007).

Tindakan ibu yang harus dilakukan agar anak bisa sehat dan terhindar dari bahaya makanan jajanan yaitu ibu harus membuat bekal makanan anak untuk dibawa ke sekolah. Ibu meluangkan waktunya untuk membuatkan bekal untuk anak sekolah, dan kreatiflah dalam membuat makanan ringan dengan menyusun menu biar anak tidak bosan, penyusunan menu dalam menyiapkan bekal buat anak yang mirip dengan jajanan yang ada di sekolah, supaya anak akan lebih suka makanan yang ibu buat


(28)

dibandingkan dengan membeli jajanan. Ibu juga harus dapat menyediakan makanan camilan yang sesuai dengan selera anak. Sediakan makanan yang mirip dengan jajanan kesukaan anak di rumah (Anonim, 2009).

2.2 Makanan Jajanan

2.2.1 Definisi Makan Jajanan

Iswarawanti (2004) mendefinisikan makanan jajan (street food) yaitu makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan atau di tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan yang lebih lanjut. Sedangkan Supriasa (2001) mendefinisikan makanan jajanan yaitu merupakan campuran dari berbagai hal bahan makanan yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan.

2.2.2. Jenis Makanan Jajanan Anak

Menurut Winarno jenis makanan jajanan dibagi atas 4 kelompok yaitu: 1. Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam, dan sebagainya.

2. Snack atau makanan penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan sebagainya.

3. Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, es dawet dan sebagainya.

4. Buah-buahan segar.

Pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil padat energi terbuat dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan banyak lemak dan harganya murah. Makanan jenis ini tidak cukup mengantikan makan siang yang


(29)

biasanya memperhatikan konsep sehat (nasi, lauk, sayur dan buah). Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya menarik, rasanya yang menggugah selera berasa manis dan harganya terjangkau misalnya makanan ringan, sirup, bakso, mi ayam dan sebagainya (Khomsan, 2003).

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen mempunyai aneka cita rasa maupun bentuk kesukaan setiap anak. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang berarti karena kandungan gizinya yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu, mengkonsumsi permen secara berlebihan dan menjadi pola makan hanya akan menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa memberi zat gizi (Khomsan, 2003).

Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah makanan yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna yang menarik dan tekstur yang lembut. Jenis makanan jajanan anak seperti coklat, permen, jelly dan biskuit serta makanan ringan merupakan produk makanan favorit bagi sebagian anak-anak. Kelompok produk minuman dikenal dengan berbagai minuman warna-warni dalam kemasan maupun es sirop tanpa label, minuman jelly, es susu, milk ice dan minuman ringan (soft drink) (Nuraini, 2007).

Minuman ringan (soft drink) umumnya hanya kaya kalori tetapi kandungan gizinya sangat rendah. Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk ke dalam junk

food umunya disukai oleh anak-anak. Chips terbuat dari umbi umbian ( kentang) atau

serealia (jagung) digoreng dan ditambahkan dengan penyedap rasa. Junk food yang kaya kalori dan rendah gizi ini bisa dimakan sebagai makanan selingan. Karena kandungan kalori yang tinggi, sering anak-anak yang baru makan chips menjadi tidak mau makan karena merasa kenyang. Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapapun


(30)

No Jajanan Ukuran Berat (g)

Energi (kalori)

Protein (g)

1. Bakwan 1 buah 40 100 1,7

2. Bakso 1 porsi 250 100 10,3

3. Chiki 1 bungkus 16 80 2,0

4. Coklat 1 bungkus 16 472 2,0

5. Es mambo 1 bungkus 25 152 0,0

6. Gado-gado 1 porsi 150 203 6,7

7. Klepon 4 buah 50 107 0,4

8. Misro 1 buah 50 109 0,4

9. Pisang Goreng 1 buah 60 132 1,4

10. Permen 1 buah 2 100 0,0

11. Risoles 1 buah 40 134 2,1

12. Siomay 1 porsi 170 95 4,4

bungkus chips yang dimakan tidak bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji di meja keluarga. Oleh kerena itu orang tua harus mengizinkan anaknya untuk makan chips sesudah makan makanan utama (Khomsan , 2003).

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Berbagi Jenis Jajanan

Sumber: Supariasa, dkk, 2001

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan Jajanan a. Pendidikan Gizi Ibu

Pendidikan gizi dapat diartikan sebagai upaya membuat seseorang atau kelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi. Melalui pendidikan gizi diharapkan pengetahuan seseorang mengenai gizi dan makanan sehat menjadi lebih baik, pada gilirannya akan memperbaiki status gizi masyarakat. Dalam hubungan dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan gizi sangat diperlukan karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Kebiasaan makan pada masa kanak-kanak akan berpengaruh terhadap keadaan gizi mereka sesudah dewasa.


(31)

Oleh karena itu, pendidikan kebiasaan makan yang baik harus ditanamkan dari umur semuda-mudanya (Hermina, 2004).

b. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga

Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi, sebenarnya kurang baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang jajannya. Mungkin anak membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan tidak terjamin keamanannya. Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di luar rumah menyebabkan banyaknya ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan di rumah (Sediaoetama, A.D.1991). Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan dilakukan pada saat yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak.

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli panagn dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang tercukupi (Berg, 1986). Hal senada diungkapakan oleh Soehardjo (1989) bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi.

Suriyati (2005) mengatakan kegemaran jajan pada anak tidak terlepas dari keadaan ekonomi dan kebiasaan makan keluarga, karena pada hakikatnya kebiasaan makan juga tidak lepas kaitanya dengan kehidupan ekonomi keluarga pada umumnya.


(32)

Walaupun tidak berlaku secara umum, kebiasaan jajan anak salah satunya dikarenakan anak mendapatkan uang saku dari orang tua.

Jika anak terbiasa mendapat uang jajan yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada anak. Anak cenderung menjadi pemboros dan membuka peluang untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan kebutuhan yang diberikan kepada anak juga harus sesuai dengan kemampuan orang tua. Jadi mencukupi kebutuhan anak tidak harus dengan makanan yang mahal-mahal, tetapi dengan makanan yang gizinya baik, bersih, terjangkau dan disukai anak (Agusri, 2001).

c. Media Massa

Media massa sangat berperan dalam menampilkan produk-produk makanan yang banyak beredar di pasaran terutama makanan jajanan. Banyaknya makanan yang kurang menampilkan perilaku dan pola makan yang benar dalam aspek gizi dan kesehatan akan memberikan dampak bagi anak-anak yang menontonnya, karena mereka ingin mencoba makanan tersebut (Suryati, 2005).

d. Biologis dan Lingkungan Anak

Kebiasaan jajan anak tidak terlepas dari kebutuhan biologis anak yang perlu dipenuhi. Dengan jajan berarti kebutuhan biologis anak terpenuhi, yaitu rasa lapar atau haus yang disebabkan kegiatan fisik di sekolah yang memang membutuhkan tambahan energi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi kebiasaan jajan anak adalah lingkungan, misalkan saja karena perasaan gengsi atau dorongan teman, maka mendorong anak tersebut untuk jajan sehingga memberikan perasaan meningkat status atau gengsi. Jajan juga memberikan keasyikan tersendiri, makanan apapun jika dimakan beramai-ramai dengan teman akan terasa enak. Di


(33)

sekolah, anak-anak menemukan makanan yang lain dari yang ada di rumah dan mendapatkan suasana yang lain dengan menikmati makanan jajanan. Jadi, dalam hal ini anak ikut terbawa dengan temannya untuk membeli makanan jajanan (Suryati, 2005).

2.2.4 Makanan Jajanan Anak yang Mengandung Pemanis Sintetis

Pemanis sintetis atau pemanis non kalori merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat meningkatkan rasa manis, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula. Pemanis sintetik hanya terkandung 2 persen kandungan kalori gula, artinya kandungan kalorinya jauh lebih rendah dari gula. Tingkat kemanisan pemanis sintetis berkisar 50 - 3.000 kali lebih manis dari gula. Beberapa jenis pemanis sintetik yang beredar di pasaran yaitu sakarin, aspartam dan siklamat. Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Zat Pemanis Alami

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah buahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengkonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.

b. Zat Pemanis Sintetik

Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengkonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis


(34)

buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

Siklamat adalah garam natrium dan kalsium siklamat yang mempunyai kemanisan 30 kali lebih tinggi dari gula, siklamat sangat disukai rasanya yang murni tanpa ada cita rasa tambahan. Siklamat mampu memberikan kemanisan lebih tinggi jika dicampur dengan sakarin, sekaligus menutupi rasa pahit dari sakarin. Sedangkan sakarin merupakan pemanis sintetik yang paling banyak digunakan dalam bahan makanan. Perpaduan garan natrium dan kalium sakarin ini pada kosentrasi 10 persen dalam larutan mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih tinggi dari pada gula, namun sakarin mempunyai rasa tambahan sedikit pahit makanya sering ditambahkan dengan siklamat.

Aspartam pertama sekali ditemukan oleh James Schslatte pada tahun 1965 sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam yang tingkat kemanisannya 200 kali


(35)

dari gula tidak mempunyai rasa tambahan. Secara kimia asapartam merupakan campuran dua asam amino alami yaitu asam asapartam dan fenilalanin. Dari segi gizi aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termaksud pemanis nurtritif, aspartam tidak tahan suhu tinggi dan aspartam sering dipakai pada minuman, es krim dan yoghurt dan apabila di dicerna oleh tubuh aspartam akan menghasilkan asam aspartam dan fenilalanin (Anonim, 2007).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pemanis buatan pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Sampel-sampel yang diteliti LKJ meliputi produk jelly, permen, dan minuman. Ada 25 merek jelly, 16 merek minuman serbuk, dan delapan merek permen. Kelebihan zat pemanis ditemukan bukan hanya pada merek-merek tak terkenal, tetapi juga brand-brand yang sering tampil di layar televisi. Beberapa produk, seperti Okky Jelly Drink, Okky Bolo Drink, Happydent White, Yulie Jelly, Donna Jelly, Lotte Juicy Fresh, Vidoran Freshdrink, Naturade Gold, dan Mariteh Instant tidak mencantumkan batas maksimum penggunaan pemanis buatan Aspartam. Riset European Ramazzini Foundation tahun 2008 membuktikan bahwa pemanis buatan Aspartam berisiko memicu kanker dan leukimia pada tikus percobaan bahkan pada dosis pemberian Aspartam hanya 20mg/kg BB (Anonim, 2007).

Secara anatomis tikus mirip dengan manusia apa yang terjadi tikus sangat mungkin terjadi pula pada manusia, karena itu pencantuman komposisi pemanis pada produk amat penting, sebab ada Acceptable Daily Intake (ADI) atau batas jumlah pemanis yang boleh dikonsumsi seseorang sepanjang hidup. Dari riset BPOM pada November-Desember 2002 sudah menunjukkan bahwa konsumsi Siklamat sudah mencapai 240 persen ADI, sementara sakarin pemanis buatan pemicu kanker kemih sebanyak 12,2 persen nilai ADI (Anonim, 2007).


(36)

Tabel 2.2. Daftar Pemanis Buatan (sintetis) yang Diizinkan di Indonesia Nama

Pemanis Sintetis

ADI Jenis Bahan Makanan Batas Maksimal Penggunaan Aspartam 0-40 mg

Sakarin (serta garam Natrium)

0-2,5 mg Makanan yang berkalori a. Permen karet b. permen c. saus d. Es lilin e. jam dan jeli f. Minuman ringan g. Minuman Yoghurt h. Es krim dan

sejenisnya i. Minuman ringan

terfermentasi a. 50mg/kg(sakarin) b. 100mg/kg(Na-sakarin) c. 300mg/kg(Na-sakarin) d. 300mg/kg(Na-sakarin) e. 200mg/kg(Na-sakarin) f. 300mg/kg(Na-sakarin) g. 300mg/kg(Na-sakarin) h. 200mg/kg(Na-sakarin) i. 50mg/kg(Na-sakarin) Siklamat (serta garam natrium dan garam kalsium) Makanan berkalori rendah

a. Permen karet b. b.Permen c. Saus

d. Es krim dan sejenisnya e. Es lilin

a. 500mg/kg dihitung sebagai asam siklamat

b. 1g/kg dihitung sebagai asam siklamat

c. 3gr/kg dihitung sebagai asam siklamat

d. 2gr/kgdihitung sebagai asam siklamat

e. 1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat.

a. Jam dan jeli b. Minuman ringan c. Minuman Yogyurt d. Minuman ringan e. terfermentasi

a. 1gr/kg dihitung sebagai b. asam siklamat

c. 1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat

d. 1gr/kg dihitung sebagai e. asam siklamat

f. 1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat.


(37)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Perilaku Ibu tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan (Sintetik)

Dari kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang makanan jajanan berpemanis buatan dapat dilihat dari karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan sumber informasi mengenai makanan jajanan berpemanis buatan (media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, keluarga/ kerabat), sedangkan tindakan ibu tentang makanan jajanan berpemanis buatan dapat dilihat dari pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan (sintetik) dan juga pengetahuan langsung berhubungan dengan tindakan ibu.

Karakteristik Ibu - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Pendapatan Keluarga

Pengetahuan Ibu Sikap Ibu

Tindakan Ibu Sumber Informasi

mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan :

Media Cetak Media Elektronik Petugas kesehatan Keluarga / kerabat


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.3Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku ibu tentang makanan jajanan

mengandung bahan pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Kabupaten Aceh Utara. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan :

1. Memiliki jumlah penjual makanan jajanan terbanyak dibanding di tempat TK lain yang masih dalam satu desa, sehingga di lingkungan TK tesebut banyak di jumpai jenis makanan jajanan yang dijual seperti kue-kue basah, minuman jeli, gulali dan jajanan yang sangat digemari oleh anak-anak, dimana makanan yang dijual memiliki warna yang mencolok, terang dan rasanya manis.

2. Pada umumnya ibu masih menuruti kemauan anak dalam memilih makanan jajanan yang diduga mengandung pemanis buatan.

3.2.2. Waktu Penelitian


(39)

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu anak yang berjumlah 40 orang di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

3.6. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu anak yang terdiri dari umur, pekerjaan dan pendidikan. Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan, sikap dan tindakan juga diperoleh melalui kuesioner, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disusun kepada responden

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang diperoleh dari Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Gambaran umum dan letak geografis TK Al-UMMI diperoleh dari catatan atau dokumen TK Al-UMMI.

3.5. Defenisi operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan atau ditamatkan oleh responden dan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).


(40)

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan uang.

4. Penghasilan keluarga perbulan adalah jumlah seluruh pengasilan (suami, istri dan anggota keluarga lainnya) yang meliputi penghasilan pokok dan penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.

5. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk mengetahui informasi tentang bahaya penggunaan bahan pemanis buatan (sintetis) pada makanan jajanan anak antara lain media cetak, media elektronik, petugas kesehatan dan keluarga/kerabat.

a) Media cetak adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung makanan jajanan anak yang diperoleh dari surat kabar seperti koran, majalah dan buku-buku kesehatan.

b) Media elektronik adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung pemanis buatan yang diperoleh dari televisi, radio, dan internet.

c) Petugas kesehatan adalah seseorang yang bekerja di bidang kesehatan, puskesmas, dll.

d) Keluarga/kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan responden

6. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang ibu tahu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.


(41)

7. Sikap ibu adalah tanggapan ibu terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

8. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis sistetis.

3.6 Aspek Pengukuran 1. Karakteristik Ibu a. Umur

Umur dapat dikategorikan sebagai berikut: − 26-28 tahun

− 29-31 tahun − 32-34 tahun − 35-37 tahun − ≥38 tahun Skala : Rasio

b.Pendidikan

Untuk pendidikan responden yaitu: - Tidak sekolah

- SD - SMP - SMA

- Perguruan Tinggi Skala : Nominal


(42)

c. Pekerjaan

Untuk pekerjaan responden dibagi atas: - Ibu rumah tangga

- PNS - Wiraswasta - Petani Skala : Nominal

d.Penghasilan Keluarga

Penghasilan Keluarga perbulan responden diperkirakan yaitu berdasarkan UMP (Upah Minimum Propinsi) 1.300.000 untuk Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Yaitu :

- Tinggi : ≥ Rp. 1.300.000,- di bawah UMP - Rendah : < Rp. 1.300.000,- di atas UMP Skala : Nominal

2. Sumber Informasi Mengenai Makanan Jajanan Yang Berpemanis Buatan Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti :

− Media Elektronik (TV, Radio, Internet)

− Media Massa (Surat kabar, majalah, buku-buku) − Petugas kesehatan

− Tetangga − Kerabat Skala : Nominal


(43)

Sementara frekuensi mendapatkan informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan (sintetik) dikategorikan menjadi :

− 1x s/d 3x per bulan − 4x s/d 3 x per bulan Skala : Nominal

3. Pengukuran Pengetahuan

Dalam mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan dibuat dalam aspek pengukuran. Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di tetapkapkan. Nilai yang dijumlahkan dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto, 2002).

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >22.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total niali 30 yaitu 13-22.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu <13.


(44)

4. Pengukuran Sikap

Sikap diukur melalui 12 pertanyaan dengan menggunakan skala likert (Riduan, 2008). Pengukuran sikap dibagi dalam 2 bagian yaitu :

1. Pertanyaan yang positif pada no (3, 5, 7, 8, 10, 11) diberi nilai 5 untuk jawaban sangat setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi nilai 1.

2. Pertanyaan negatif (1, 2, 4, 6, 9, 12) di beri nilai 1 untuk jawaban sangat setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi nilai 5.

Dari kedua bentuk pengukuran sikap diatas maka total skor yang diperoleh adalah 60, berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu > 45.

2. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu 27-45

3. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu < 27.

5. Pengukuran Tindakan

Aspek pengukuran tindakan dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di tetapkan. Bila respoden melakukan tindakan yang beresiko rendah diberi nilai 3, untuk tindakan yang mempunyai resiko sedang/ resiko yang dapat ditolerir diberi nilai 2, tindakan yang beresiko diberi nilai 1, jumlah nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30.


(45)

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu > 25

2. Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu 15-25.

3. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu <15.

3.7. Uji Validitasi dan Reliabillitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian ini yang akan diukur validitasnya adalah 15 item tentang pengetahuan, 16 item tentang sikap dan 15 item tentang tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Suatu butir pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, r tabel = 0,482

Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode

Alpha-Cronbach. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Alpha-Cronbach > 0,70. Hasil uji validitasi dan reliabillitas menunjukkan bahwa 10 item tentang pengetahuan valid dan reliabel, 12 item tetang sikap dan 11 item tentang tindakan. Untuk hasil uji validitasi dan reliabillitas masing-masing soal dapat dilihat pada lampiran 2.


(46)

3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding

Merupakan kegiatann merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data dan juga entri data.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner kedalam program computer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan,

disusun, ditata dan dianalisis. 3.8.2 Analisa Data

Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi dan Demografi Desa Ceumpedak

Desa Ceumpedak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah desa ini adalah 3,89 km2. Adapun batas-batas Desa Ceumpedak adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mauda Ara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Matang Drien/Rombang Dalam - Sebelah Barat berbatasan dengan Rawang Itek

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panteu Breuh

Jumlah penduduk Desa Ceumpedak menurut data demografi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2009 sebanyak 1.568 jiwa yang terdiri dari 763 orang laki-laki dan 805 orang perempuan dengan 307 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Ceumpedak adalah bertani (54,3%), berdagang (16,4%), PNS (7,5%), industri rumah tangga (6,4%) dan buruh (15,0%).

4.1.2. Gambaran Umum TK Al-Ummi

TK Al-Ummi merupakan salah satu TK yang ada di Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. TK ini dibangun pada tanggal 3 Juni 1996. Didirikan oleh yayasan Hj. Fauziah Hanum dengan nama Alya Ummi yang dikelola oleh Bu Hj. Nuryatin dan 2 guru lainnya dengan jumlah murid 30 orang. Pada tahun 2002 kepemilikan berubah kepada Ibu Nuryatin selaku kepala


(48)

sekolah dengan Yayasan Safruddin Budiman yang juga suami dari Ibu Nuryatin dan namanya berubah menjadi Al-Ummi.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Pengkategorian karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Pendidikan Dan Pekerjaan) di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur :

26-28 tahun 29-31 tahun 32-34 tahun 35-37 tahun ≥38 6 9 10 9 6 15,0 22,5 25,0 22,5 15,0

Total 40 100,0

2. Pendidikan : SD SMP SMA D-III S-1 3 9 23 4 1 7,5 22,5 57,5 10,0 2,5

Total 40 100,0

3. Pekerjaan : PNS

Berdagang/Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1 8 31 2,5 20,0 77,5

Total 40 100,0

4. Pendapatan Keluarga : Tinggi Rendah 32 8 80,0 20,0


(49)

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu paling banyak berada pada kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0%, sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak 15,0%. Pendidikan responden mayoritas SMA yaitu sebanyak 57,5%, sementara paling sedikit S-1 sebanyak 2,5%. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 77,5%, sedangkan pekerjaan responden yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2,5%. Dalam hal pendapatan keluarga, sebanyak 80,0% responden memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, dan sisanya (20,0%) tingkat pendapatan rendah.

4.4. Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Jika dilihat berdasarkan media sumber informasi responden tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka dapat dilihat bahwa hanya 5 orang (12,5%) mendapatkannya dari petugas kesehatan dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Sumber Informasi Jumlah Persentase

1. 2. 3. 4. 5.

Media elektronik Media Massa Petugas Kesehatan Tetangga

Kerabat

6 21 5 2 6

15,0 52,5 12,5 5,0 15,0


(50)

Dari tabel diperoleh bahwa informasi tantang makanan jajanan yang diperoleh responden sebagian besar melalui media massa seperti surat kabar, majalah, dan buku-buku yaitu sebanyak 21 responden (52,5%), sementara yang paling sedikit yaitu melalui tetangga sebanyak 2 responden (5%).

4.4. Frekuensi Mendapatkan Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Pada umumnya apabila seseorang semakin sering mendapatkan informasi tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka orang tersebut akan menghindari untuk mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Dari hasil penelitian diperoleh frekuensi responden mendapatkan informasi tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mendapatkan Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Frekuensi Jumlah Persentase

1. 2.

1x s/d 3x dalam sebulan 4x s/d 5x dalam sebulan

38 2

95,0 5,0

Total 40 100,0

Dari tabel 4.3. diperoleh bahwa sebagian besar frekuensi responden mendapatkan informasi tantang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan yaitu 1x s/d 3x dalam sebulan sebanyak 95,0%, sementara sisanya yaitu sebanyak 5,0% mengatakan 4x s/d 5x dalam sebulan.


(51)

4.8. Pengetahuan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan.

Pengetahuan yang diukur berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. pengkategorikan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No Pengetahun Jumlah Persentase (%)

1. Baik 10 25,0

2. Sedang 30 75,0

3. Kurang 0 0,0

Total 40 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori sedang sebanyak 30 responden (75,0%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase

1. Makanan jajanan Makanan yang dijual di kaki lima

Makanan yang dijual ditempat keramaian

Makanan yang sehat untuk keseatan 15 20 5 37,5 50,5 12,5

70 100,0

2. Mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan

Tidak boleh

Boleh, asal tidak melebihi batas yang telah dianjurkan Boleh saja, asal tidak tahu.

22 18 0 55,0 45,0 0,0

Total 40 100,0

3. Jenis bahan tambahan pangan selain bahan pengawet dan zat pewarna

Bahan pemanis buatan Penyedap rasa Pewangi 17 23 0 42,5 57,5 0,0


(52)

No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase 4. Pemanis buatan Tingkat kemanisan lebih

tinggi dan rendah kalori

Tingkat kemanisan lebih tinggi Tidak tahu 3 21 16 7,5 52,5 40,0

Total 40 100,0

5. Kelompok yang paling banyak mengonsumsi makanan jajanan Anak-anak Remaja Dewasa 21 11 8 52,5 27,5 20,0

Total 40 100,0

6. Makanan berpemanis buatan : Manisan buah, kue- kue basah, es sirop, minuman jelly, gulali, permen.

Pilih ≥5 dari pilihan jawaban Pilih 3-4 dari pilihan jawaban

Pilih 2 dari pilihan jawaban

9 31 0 22,5 77,5 0,0

Total 40 100,0

7. Pemanis buatan aman di konsumsi anak

Tidak, karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan

Tidak, karena dapat menyebabkan kecanduan

Ya, apabila dipakai sedikit

10 21 9 25,0 52,5 22,5

Total 40 100,0

8. Lama timbul efeknya bagi kesehatan

15 tahun 5-10 tahun < 5 tahun

13 18 9 32,5 45,0 22,5

Total 40 100,0

9. Pemakai pemanis buatan Pasien diet rendah kalori Orang yang menurunkan BB Tidak tahu 13 16 11 32,5 40,0 27,5

Total 40 100,0

10. Penyakit yang dapat ditimbulkan

Kanker dan tumor Kanker/tumor saja Tidak tahu 10 24 6 25,0 60,0 15,0

Total 40 100,0

Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang karena berdasarkan pemberian jawaban ibu setiap item pertanyaan pengetahuan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar hampir benar seperti defenisi tentang makanan jajanan, sebanyak 50,5% responden yang mengatakan makanan yang dijual ditempat keramaian. Defenisi pemanis buatan, sebanyak 52,5% responden mengatakan tingkat


(53)

kemanisan lebih tinggi. Dalam hal jenis bahan tambahan pangan, sebanyak 57,5% mengatakan penyedap rasa. Sedangkan dalam hal jenis makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan, sebanyak 77,5% ibu hanya dapat menyebutkan 3-4 jenis makanan jajanan.

4.9. Sikap Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Sikap yang diukur dalam penelitian ini menyangkut perasaan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap item-item pernyataan yang diberikan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Hasil pengkategorian sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No Sikap Jumlah Persentase (%)

1. Baik 16 40.0

2. Sedang 24 60,0

3. Kurang 0 0.0

Total 40 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas sikap responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 24 responden (60,0%), sedangkan responden yang berada pada kategori baik sebanyak 16 responden (40,0%).


(54)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Sikap Kategori Jumlah Persentase

1. Pemanis buatan terasa lebih enak Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

13 10 17 32,5 25,0 42,5

Total 40 100,0

2. Makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah sebagian besar aman dikonsumsi

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

9 19 12 22,5 47,5 30,0

Total 40 100,0

3. Penggunaan pemanis buatan pada makanan jajanan harus lebih diawasi Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 13 22 5 32,5 55,0 12,5

Total 40 100,0

4. Seharusnya pedagang makanan jajanan menggunakan pemanis buatan

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

9 21 10 22,5 52,5 25,0

Total 40 100,0

5. Membiasakan anak untuk sarapan pagi Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 9 14 13 4 22,5 35,0 32,5 10,0

Total 40 100,0

6. Membekali anak dengan makanan yang mengandung pemanis buatan

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

15 17 8 37,5 42,5 20,0

Total 40 100,0

7 Mengonsumsi makanan jajanan dapat mengurangi nafsu makan anak

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 10 19 11 25,0 47,5 27,5

Total 40 100,0

8. Pemanis alami lebih aman dibanding dengan pemanis buatan

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 5 19 16 12,5 47,5 40,0

Total 40 100,0

9. Menggunakan pemanis buatan Karena rendah kalori

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

13 21 6 32,5 52,5 15,0

Total 40 100,0

10. Harga makanan jajanan boleh dinaikkan, asalkan bebas dari pemanis buatan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 4 19 14 3 10,0 47,5 35,0 7,5


(55)

No. Sikap Kategori Jumlah Persentase 11. Memberikan pendidikan tentang

bahaya pemanis buatan

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 17 19 4 42,5 47,5 10,0

Total 40 100,0

12. Pemanis buatan harus selalu tersedia di rumah

Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

4 1 15 11 9 10,0 2,5 37,5 27,5 22,5

Total 40 100,0

Pengkategorian sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan yang diterima ibu, sehingga sikap ibu dalam beberapa item pernyataan ada yang negatif seperti dalam hal penyediaan bahan pemanis buatan selalu ada di rumah, sebanyak 2,5% ibu setuju dan 10,0% ibu sangat setuju. Sementara dalam hal menaikkan harga makanan tetapi bebas dari pemanis buatan, sebanyak 35,0% ibu kurang setuju dan sebanyak 7,5% ibu tidak setuju padahal dari tingkat pendapatan keluarga sebagian besar (80,0%) tinggi.

4.10. Tindakan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Tindakan responden dalam penelitian ini berkenaan dengan tindakan mengenai makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Hasil pengkategorian tindakan responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(1)

Lampiran : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN ANAK YANG MENGANDUNG PEMANIS SINTETIS PADA TK AL UMMI

DI DESA CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2010

No. Responden: I. Karakteristik ibu

1. Nama : ... 2. Umur : ... 3. Pendidikan : ... 4. pekerjaan : ... II.Pengetahuan

1. Menurut ibu makanan jajanan adalah :

a. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (dijalanan) dan di tempat-tempat keramaian umum yang langsung dimakan tanpa

pengolahan dan persiapan lebih lanjut. (3)

b. Makanan jajanan adalah makanan yang sering di jual di keramaian atau makanan yang enak dimakan, mudah didapat dan dengan harga

terjangkau. (2)

c. Makanan yang sehat untuk kesehatan tubuh. (1) 2. Menurut ibu, apakah penggunaan bahan tambahan pangan seperti zat pewarna

dan bahan pengawet boleh untuk dikonsumsi?

a. Tidak boleh, karena dapat menimbulkan penyakit (3) b. Boleh, asal tidak melebihi batas yang telah dianjurkan (2)


(2)

3. Selain menggunakan bahan pengawet dan zat pewarna pada makanan jajajan. Bahan tambahan pangan lain yang juga sering digunakan pada makanan jajanan adalah ..

a. Bahan pemanis buatan (sintetis) (3)

b. Penyedap rasa (2)

c. Pewangi (1)

4. Menurut ibu, yang dimaksud dengan pemanis buatan …

a. Zat yang dapat meningkatkan rasa manis pada makanan/minuman dan memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. (3) b. Zat yang memiliki kandungan kalori jauh lebih rendah dari gula (2)

c. Tidak tahu (1)

5. Menurut ibu, pada kelompok usia mana biasanya orang paling banyak mengkonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan ?

a. Anak-anak (3)

b. Remaja (2)

c. Dewasa (1)

6. Menurut ibu jenis makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan adalah

Manisan Buah-buahan Kue- kue basah

Es cendol Es sirop Minuman Jelly Gulali

Pilih ≥5 dari pilihan jawaban (3)

Pilih 3-4 dari pilihan jawaban (2)

Pilih ≤2 dari pilihan jawaban (1)

7. Menurut ibu, apakah pemanis buatan aman di konsumsi bagi anak?

a. Tidak, karena dapat menyebabkan dampak yang buruk untuk anak (3) b. Tidak, karena dapat menyebabkan gangguan pada sel otak (2)

c. Ya, apabila dipakai sedikit. (1)

8. Menurut ibu, setelah berapa lama timbul efeknya bagi kesehatan, apabila mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung pemanis buatan ?

a. ≥15 tahun (3)

b. 5 – 10 tahun (2)


(3)

9. Menurut ibu, zat pemanis buatan (sintetik) dapat diperuntukkan bagi ...

a. Pasien diet rendah kalori, seperti penderita diabetes melitus (3)

b. Orang yang memiliki berat badan lebih (2)

c. Tidak tahu (1)

10. Menurut ibu, penyakit yang dapat ditimbulkannya apabila mengkonsumsi pemanis buatan dalam jangka waktu yang lama adalah ....

a. Kanker dan tumor (3)

b. Kanker saja atau tumor saja (2)

c. Tidak tahu (1)

Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan Berpemanis Buatan (Sintetis) 1. Apakah anda pernah mendengar bahwa banyak makanan yang di jual di pasaran

menggunakan bahan pemanis buatan terutama pada makanan jajanan ? a. ya pernah

b. tidak pernah

2. Jika ya, dari manakah anda mengetahuinya? (jawabannya boleh lebih dari satu pilihan)

a. Media Elektronik (TV, Radio, Internet)

b. Media Massa (Surat kabar, majalah, buku-buku) c. Petugas kesehatan

d. Tetangga e. Kerabat

3. Frekuensi sumber informasi yang ibu peroleh tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan (sintetis) selama sebulan :

a. 1 X s/d 3 X dalam sebulan b. 4 X s/d 5 X dalam sebulan


(4)

III. Sikap

No. Pernyataan Pilihan Jawaban

STS TS KS S SS

1. Pemakaian bahan pemanis buatan terasa lebih enak bila dibandingkan pemanis alami.

2. Sebagian besar makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah aman dikonsumsi.

3. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang berpemanis

buatan dengan jumlah yang banyak (melampai batas) dan dalam waktu yang lama dapat menggangu kesehatan tubuh 4. Ibu tidak perlu hati-hati dalam menyikapi makanan jajanan

anak, dimana makanan jajanan yang diperjualbelikan dapat meringankan pekerjaan ibu dalam menyediakan bekal buat anak.

5. Penggunaan pemanis buatan pada makanan jajanan harus lebih diawasi oleh petugas yang terkait dan penyebaran informasi tentang bahaya pemanis buatan diperbanyak.

6. Di lingkungan sekolah seharusnya pedagang makanan

jajanan tidak menggunakan pemanis buatan pada makanan jajanan.

7. Untuk mengontrol keinginan jajan anak, seharusnya ibu membiasakan anak untuk sarapan pagi.

8. Seharunya ibu membekali anak dengan jenis makanan

jajanan yang mengandung pemanis buatan.

9. Seharunya pemanis buatan digunakan dalam makanan

jajanan, karena memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dan lebih disukai anak.

10. Kesulitan pemberian makan pada anak yang secara

langsung dapat menganggu tumbuh kembang anak faktor kesulitan makan pada anak disebabkan banyak mengkonsumsi makanan jajanan ?

11. Dari segi kesehatan, penggunaan pemanis alami lebih aman dibanding dengan pemanis buatan.

12 Seharusnya anak dibekali makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan karena rendah kalori.

13 Harga makanan jajanan di sekolah boleh dinaikkan

harganya, asalkan bebas dari pemanis buatan

14. Guru sekolah hendaknya memberikan pendidikan tentang bahaya pemanis buatan bagi kesehatan.

15 Seharusnya pemanis buatan selalu tersedia di rumah ibu 16. Pemanis buatan memang cocok digunakan sebagai

alternatif pengganti pemanis alami, karena harganya lebih murah.


(5)

IV. Tindakan

1. Apakah setiap hari ibu membelikan makanan jajanan anak dilingkungan sekolahnya?

a. Ya. (1)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak pernah (3)

2. Jenis makanan/minuman yang sering ibu belikan untuk anak yaitu : Manisan Buah-buahan

Kue- kue basah Es cendol Es sirop Minuman Jelly Gulali

Pilih ≥5 dari pilihan jawaban (1)

Pilih 3-4 dari pilihan jawaban (2)

Pilih ≤2 dari pilihan jawaban (3)

3. Kapan biasanya ibu membelikan makanan jajanan buat anak?

a. Setiap hari waktu pulang sekolah anak (1)

b. Kadang kadang aja kalau anak memintanya (2)

c. Tidak pernah (3)

4. Apakah ibu selalu membekali anak dengan jenis makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan ?

a. Ya. (1)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak pernah (3)

5. Apakah ibu selalu menuruti apa permintaan anak untuk membeli jajanan yang ada di lingkungan sekolah ?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak pernah (1)

6. Apakah ibu pernah melarang anak untuk mengkonsumsi jajanan di sekolahnya?

a. Ya (3)

b.Kadang-kadang (2)


(6)

7. Apakah pemanis buatan selalu tersedia di rumah ibu ?

a. Ya (1)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (3)

8. Apakah ibu tetap membeli makanan jajanan anak, meskipun ibu sudah mengetahui bahwa makanan/minuman tersebut sudah mengandung pemanis buatan.

a. Ya (1)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (3)

9. Apakah ibu pernah merasa kawatir bahwa makanan jajanan yang dikonsumsi anak mengandung pemanis buatan?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

10. Apakah ibu selalu memberitahukan kepada anak akan bahaya makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan ?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

11. Apakah ibu sering mengontrol jenis makanan jajanan yang sering di beli anak?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur Serta Tindakan Pengguna Air terhadap Jumlah Koliform Air Sumur Gali Penduduk di Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012

10 75 137

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pola Konsumsi Jajanan Anak Sekolah Yang Mengandung Pemanis Buatan Di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

0 36 90

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 3 9

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 2 12

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 16

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 2

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

3 15 8

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 43

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 2 3

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 7