Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah bagaimana perilaku ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis Buatan sintetik di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis buatan sintetik di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakreristik ibu umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye. 2. Untuk mengetahui sumber informasi ibu tentang makanan jajanan mengandung pemanis buatan sintetik di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye.

1.4. Manfaat Penelitian.

Memberikan bahan masukan dan evaluasi bagi masyarakat khususnya ibu untuk lebih teliti dalam memilih makanan jajanan anaknya dan sebagai informan dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung bahan pemanis buatan sintetik kepada keluarganya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 bahwa perilaku seseorang terdiri atas kognitif, yaitu dapat diukur dari pengetahuan, afektif dapat diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor yang dapat diukur dari tindakan praktek yang dilakukan.

2.1.1 Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Notoatmodjo 2003, mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan ibu serta keterampilan seorang ibu sangat diperlukan dalam upaya pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak yang dilakukan dalam tata laksana makan agar makanan menjadi lebih berguna bagi tubuh Maryati, 2000. Pengetahuan ibu sangat berpengaruh di dalam pelaksanaan atau penerapan di rumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang gizi maka dapat diperhitungkan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak Universitas Sumatera Utara mempunyai pengetahuan gizi yang cukup akan memilih berdasarkan panca inderanya dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan, baik dalam pemberian makanan jajanan anaknya secara sembarang. Sebaiknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak mempertimbangkan secara rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut dalam memilihkan makanan jajanan buat anaknya Soediaotama, 2003. Dari hasil penelitian Hermina 2004 menyatakan bahawa ada perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan makanan anak. Pada penelitian tersebut diberikan materi kepada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan kurang. Pada ibu yang tingkat pengetahuan kurang hanya dapat menjawab 24 dari pertanyaan yang diajukan dan 39 yang dapat dijawab oleh yang tingkat pengetahuan baik. Dari hasil penelitian Devi 2004, didapat bahwa status gizi anak sangat baik 87,5 responden telah mencapai status gizi baik. Apabila dikaitkan dengan perilaku makan anak, dimana 77 responden mempunyai nilai perilaku makan cukup baik dan 13 amat baik, maka hal ini dapat dikatakan ada pertimbangan antara perilaku makan anak dengan status gizi anak. Dari hasil penelitian ini ada hubungan antara pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap perilaku makan anak, semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin baik perilaku konsumsi makan anak dan semakin baik status gizinya. Menurut pakar pendidikan, untuk membantu proses pendidikan anak, sebaiknya orang tua menambah pengetahuan, sebab semakin tinggi pengetahuan orang tua makin banyak pengetahuan yang dapat diberikan kepada anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara Hal ini sejalan dengan pendapat Karyadi 1999 yang menyatakan bahwa anak belajar tentang apa yang dimakan dan tidak dimakan berdasarkan apa yang dilihat dan kemudian ditirunya, dalam keluarga ibu merupakan objek lekat anak sehingga pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap perilaku anak Devi, 2004.

2.1.2 Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoatmodjo, 2003. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten yang tidak menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu yang sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau tetap disebut Universitas Sumatera Utara sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif. Orang bias saja bersikap netral secara konsisten Azwar, 2007. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan, menggungkapkan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya dalam berbagai bentuk skala sikap yang umum harus di jawab dengan setuju atau tidak setuju, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat terlihat Azwar, 2007. Tingkat pengetahuan gizi seorang ibu rumah tangga berpengaruh terhadap sikap dalam pemilihan serta penyelenggaraan makanan. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap gizi seseorang. Dalam keadaan sehat seseorang akan lebih mudah mengkonsumsi makanan terutama anak-anak anak sekolah. Anak sekolah yang dalam keadaan sehat ia tidak akan kekurangan makanan yang sangat diperlukan oleh tubuhnya. Sikap ibu rumah tangga terhadap penyediaan makanan sarapan pagi akan meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pengetahuan yang dimiliki tentang manfaat sarapan pagi membantu sikap ibu dalam menyediakan makanan tersebut bagi keluarganya. Sikap ibu dalam menyikapi makanan jajanan anak harus lebih hati-hati, dimana makanan jajanan anak yang diedarkan sangat berbahaya mengandung bahan- bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Sikap ibu dalam penyediaan makanan cemilan buat bekal anak di sekolah yang mirip dengan makanan jajanan yang dijual di pasaran dapat meningkatkan kesehatan pada anak, terkadang anak susah dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh ibunya, Universitas Sumatera Utara anak lebih suka jajan di luar dibandingkan makan makanan yang tersedia di rumahnya Anonim, 2009.

2.1.3 Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukanmengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menanyakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi sesuai dengan sikap Notoatmodjo, 2003. Anak-anak sangat suka jajan makanan dan minuman sembarangan dari pada makanan di rumah, makanan jajanan mudah ditemui baik di sekolah, di lingkungan rumah dengan harga yang terjangkau dan dapat menarik perhatian anak. kurang seleranya anak dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh ibunya. Anak suka jajan bisa jadi karena adanya pengaruh dari lingkungan, bisa dari teman sepermainannya ataupun dari tayangan iklan. Anak suka jajan bisa jadi karena pengaruh dari orangtua atau orang dekat yang ada dalam satu rumah yang kerap jajan. Misalnya, jarang memasak dan lebih sering membeli makanan matang siap makan untuk keluarga. Anak lebih sering diberikan uang berlebihan, sehingga sisa yang ada dihabiskannya untuk jajan Anonim, 2009. Kebiasaan anak berpengaruh terhadap gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi dapat diperoleh dari makanan yang sehat, oleh sebab itu keluarga perlu mendapat perhatian dari penyelenggara makanan yaitu ibu rumah tangga. Tugas utama seorang ibu rumah tangga adalah menyiapkan hidangan bagi anggota keluarga dengan sebaik-baiknya Maryati S, 2000. Untuk membuat dan Universitas Sumatera Utara menyusun hidangan yang tepat harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki akan lebih mudah untuk mempraktekkan bagaimana cara pengolahan serta penyajian makanan seperti sarapan pagi yang baik dan membekali makanan yang sehat untuk dibawa ke sekolahnya sehingga dapat mengurangi anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan Kristiana, 2009. Psikologi Mayke Tedjasaputra dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa budaya ingin serba cepat mempengaruhi anak termasuk kebiasaan mereka untuk jajan. Pola jajan pada anak terbentuk melalui pembiasaan, semula anak meniru orangtuanya yang suka jajan dan di sekolah mereka meniru kebiasaan teman- temannya yang juga suka jajan. Perilaku ini semakin kuat karena dukungan lingkungan, seperti keberadaan penjual makanan di kantin atau di sekitar sekolah. Penjual makanan keliling yang lewat di depan rumah juga mendorong anak untuk jajan. Para ibu masa kini banyak yang bekerja di luar rumah. Mereka lalu merasa tidak punya waktu untuk membuat bekal makanan. Faktor harga yang lebih murah juga mendorong orangtua untuk membeli makanan siap saji daripada harus membuat sendiri. Kebiasaan orangtua mengajak anak-anaknya makan di luar setiap akhir pekan, menurut Mayke, juga bisa mendorong perilaku senang jajan. Anak jadi punya anggapan bahwa makan di mal, restoran, atau warung sebagai bentuk rekreasi. Faktor lain yang menyebabkan anak suka jajan adalah kurang bervariasinya makanan di rumah. Anak menjadi bosan dengan makanan yang disiapkan di rumah lalu tergiur dengan jajanan. Kebiasaan jajan ini lalu diperkuat oleh lingkungan, terutama di permukiman padat penduduk. Ketika salah satu anak tetangga jajan, anak-anak lain tidak mau Universitas Sumatera Utara kalah. Mereka lalu meminta jajan kepada orangtuanya dan menangis kalau tidak diberi. Orangtua merasa tidak tega dan akhirnya memberi jajan kepada anaknya. Dampak negatif muncul pada anak yang sering jajan. Anak menjadi tidak mau makan, terutama bila mereka jajan berdekatan dengan waktu makan. Anak juga tidak punya selera terhadap makanan rumah karena mereka terbiasa jajan. Sering kita melihat orangtua terpaksa menyuapi anaknya sambil memberikan camilan agar anaknya mau makan Indriasari, 2007. Mayke dalam Penelitian Indiriasari 2007 mengungkapkan, orangtua punya tanggung jawab membentuk kebiasaan positif kepada anak meskipun mereka sibuk bekerja. Mayke menyarankan agar orangtua tetap menyempatkan diri membuat bekal makanan sendiri. Orangtua bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan anak atau segala sesuatunya sudah disiapkan malam harinya sehingga pagi tinggal menyelesaikan pekerjaan yang belum disiapkan, menyiapkan bekal tidak harus dilakukan oleh ibu, tetapi juga bisa dilakukan oleh ayah. Usaha orangtua menyiapkan bekal anak juga berpengaruh positif terhadap jiwa anak. Anak merasa diperhatikan karena orangtua mau bersusah payah membuatkan makanan untuknya Indriasari, 2007. Tindakan ibu yang harus dilakukan agar anak bisa sehat dan terhindar dari bahaya makanan jajanan yaitu ibu harus membuat bekal makanan anak untuk dibawa ke sekolah. Ibu meluangkan waktunya untuk membuatkan bekal untuk anak sekolah, dan kreatiflah dalam membuat makanan ringan dengan menyusun menu biar anak tidak bosan, penyusunan menu dalam menyiapkan bekal buat anak yang mirip dengan jajanan yang ada di sekolah, supaya anak akan lebih suka makanan yang ibu buat Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan membeli jajanan. Ibu juga harus dapat menyediakan makanan camilan yang sesuai dengan selera anak. Sediakan makanan yang mirip dengan jajanan kesukaan anak di rumah Anonim, 2009.

2.2 Makanan Jajanan

2.2.1 Definisi Makan Jajanan

Iswarawanti 2004 mendefinisikan makanan jajan street food yaitu makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan atau di tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan yang lebih lanjut. Sedangkan Supriasa 2001 mendefinisikan makanan jajanan yaitu merupakan campuran dari berbagai hal bahan makanan yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan.

2.2.2. Jenis Makanan Jajanan Anak

Menurut Winarno jenis makanan jajanan dibagi atas 4 kelompok yaitu: 1. Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam, dan sebagainya. 2. Snack atau makanan penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan sebagainya. 3. Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, es dawet dan sebagainya. 4. Buah-buahan segar. Pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil padat energi terbuat dari karbohidrat tepung-tepungan, gorengan banyak lemak dan harganya murah. Makanan jenis ini tidak cukup mengantikan makan siang yang Universitas Sumatera Utara biasanya memperhatikan konsep sehat nasi, lauk, sayur dan buah. Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya menarik, rasanya yang menggugah selera berasa manis dan harganya terjangkau misalnya makanan ringan, sirup, bakso, mi ayam dan sebagainya Khomsan, 2003. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen mempunyai aneka cita rasa maupun bentuk kesukaan setiap anak. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang berarti karena kandungan gizinya yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu, mengkonsumsi permen secara berlebihan dan menjadi pola makan hanya akan menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa memberi zat gizi Khomsan, 2003. Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah makanan yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna yang menarik dan tekstur yang lembut. Jenis makanan jajanan anak seperti coklat, permen, jelly dan biskuit serta makanan ringan merupakan produk makanan favorit bagi sebagian anak-anak. Kelompok produk minuman dikenal dengan berbagai minuman warna-warni dalam kemasan maupun es sirop tanpa label, minuman jelly, es susu, milk ice dan minuman ringan soft drink Nuraini, 2007. Minuman ringan soft drink umumnya hanya kaya kalori tetapi kandungan gizinya sangat rendah. Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk ke dalam junk food umunya disukai oleh anak-anak. Chips terbuat dari umbi umbian kentang atau serealia jagung digoreng dan ditambahkan dengan penyedap rasa. Junk food yang kaya kalori dan rendah gizi ini bisa dimakan sebagai makanan selingan. Karena kandungan kalori yang tinggi, sering anak-anak yang baru makan chips menjadi tidak mau makan karena merasa kenyang. Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapapun Universitas Sumatera Utara No Jajanan Ukuran Berat g Energi kalori Protein g 1. Bakwan 1 buah 40 100 1,7 2. Bakso 1 porsi 250 100 10,3 3. Chiki 1 bungkus 16 80 2,0 4. Coklat 1 bungkus 16 472 2,0 5. Es mambo 1 bungkus 25 152 0,0 6. Gado-gado 1 porsi 150 203 6,7 7. Klepon 4 buah 50 107 0,4 8. Misro 1 buah 50 109 0,4 9. Pisang Goreng 1 buah 60 132 1,4 10. Permen 1 buah 2 100 0,0 11. Risoles 1 buah 40 134 2,1 12. Siomay 1 porsi 170 95 4,4 bungkus chips yang dimakan tidak bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji di meja keluarga. Oleh kerena itu orang tua harus mengizinkan anaknya untuk makan chips sesudah makan makanan utama Khomsan , 2003. Tabel 2.1. Kandungan Gizi Berbagi Jenis Jajanan Sumber: Supariasa, dkk, 2001

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan Jajanan a. Pendidikan Gizi Ibu

Pendidikan gizi dapat diartikan sebagai upaya membuat seseorang atau kelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi. Melalui pendidikan gizi diharapkan pengetahuan seseorang mengenai gizi dan makanan sehat menjadi lebih baik, pada gilirannya akan memperbaiki status gizi masyarakat. Dalam hubungan dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan gizi sangat diperlukan karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Kebiasaan makan pada masa kanak-kanak akan berpengaruh terhadap keadaan gizi mereka sesudah dewasa. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, pendidikan kebiasaan makan yang baik harus ditanamkan dari umur semuda-mudanya Hermina, 2004.

b. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga

Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi, sebenarnya kurang baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang jajannya. Mungkin anak membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan tidak terjamin keamanannya. Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di luar rumah menyebabkan banyaknya ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan di rumah Sediaoetama, A.D.1991. Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan dilakukan pada saat yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak. Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli panagn dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang tercukupi Berg, 1986. Hal senada diungkapakan oleh Soehardjo 1989 bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Suriyati 2005 mengatakan kegemaran jajan pada anak tidak terlepas dari keadaan ekonomi dan kebiasaan makan keluarga, karena pada hakikatnya kebiasaan makan juga tidak lepas kaitanya dengan kehidupan ekonomi keluarga pada umumnya. Universitas Sumatera Utara Walaupun tidak berlaku secara umum, kebiasaan jajan anak salah satunya dikarenakan anak mendapatkan uang saku dari orang tua. Jika anak terbiasa mendapat uang jajan yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada anak. Anak cenderung menjadi pemboros dan membuka peluang untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan kebutuhan yang diberikan kepada anak juga harus sesuai dengan kemampuan orang tua. Jadi mencukupi kebutuhan anak tidak harus dengan makanan yang mahal-mahal, tetapi dengan makanan yang gizinya baik, bersih, terjangkau dan disukai anak Agusri, 2001.

c. Media Massa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur Serta Tindakan Pengguna Air terhadap Jumlah Koliform Air Sumur Gali Penduduk di Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012

10 75 137

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pola Konsumsi Jajanan Anak Sekolah Yang Mengandung Pemanis Buatan Di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

0 36 90

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 3 9

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 2 12

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 16

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 2

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

3 15 8

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 43

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 2 3

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 7