Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

BAB V PEMBAHASAN

5.3. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet Notoatmodjo, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya ibu memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan yaitu sebanyak 75,0, sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 25,0. Kategori tingkat pengetahuan sedang dikarenakan masih ada ibu memiliki tingkat pendidikan SD 2,5 dan SMP 22,5. Menurut Soewondo dan Sadli 1990, pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang makanan jajanan, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pemilihan makanan jajanan anak. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua khususnya ibu merupakan salah satu unsur penting dalam penentuan konsumsi makanan anak. Hardinsyah dan Suhardjo 1987 menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan karena rendahnya tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap tingkah laku ibu dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pemanis buatan cenderung memilih makanan jajanan yang lebih baik dari pada ibu yang berpendidikan rendah Notoatmodjo 2003 berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media cetak, media elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Hasil pengamatan peneliti terhadap informasi tentang makanan jajanan di media elektronik dan media massa, lebih didominasi oleh informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pengawet dan pewarna, sehingga masih banyak ditemukan ibu yang kurang tahu tentang pemanis buatan serta efek yang ditimbulkannya bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ibu yang mendapatkan informasi tentang makanan jajanan yang mengandung bahan pemanis buatan sebagian besar 52,5 melalui media massa, sementara yang paling sedikit 5 melalui tetangga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar 77,5 pekerjaan ibu adalah sebagai ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu untuk membaca surat kabar, majalah dan Universitas Sumatera Utara buku-buku. Akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu untuk merawat anaknya lebih baik. Perolehan informasi bisa didapat dari membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton TV dan selanjutnya memahami informasi tersebut Engel et al, 1997. Dari hasil penelitian diperoleh umur ibu yang paling banyak berada pada kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0, sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak 15,0. Dilihat dari umur ibu yang menjadi ibu pada penelitian ini, secara keseluruhan sebagian besar berada pada kategori dewasa muda 21-40 tahun. Dimana usia juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua, maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya Gunarsa Gunarsa, 1991. Pengetahuan ibu dalam hal jenis bahan tambahan pangan, hanya sebanyak 42,5 yang mengetahui bahwa pemanis buatan juga merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang sering digunakan oleh pedagang dalam makanan jajanan, tetapi yang menjawab benar tentang pemanis buatan hanya sebanyak 7,5. Pemanis buatan termasuk ke dalam golongan bahan tambahan kimia selain bahan-bahan lainnya seperti pengawet dan pewarna. Pada dasarnya pemanis buatan artificial sweeteners merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan gula. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis Universitas Sumatera Utara buatan dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan pemanis buatan untuk memproduksi makanan jauh lebih murah dibanding penggunaan sukrosa. Seperti yang telah diketahui, sukrosa sebagai bahan pemanis alamiah memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, yaitu sebesar 251 kal dalam 100 gram bahan Usmiati dan Yuliani, 2004. Konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan asupan gizi lain dapat menimbulkan gangguan metabolisme dalam tubuh, dimana kalori berubah menjadi lemak sehingga menyebabkan gangguan kesehatan Usmiati dan Yuliani, 2004. Kondisi ini menjadikan penggunaan sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula sebagai bahan pemanis utama semakin tergeser. Hasil wawancara dengan 40 ibu diperoleh sebanyak 25,5 yang mengatakan bahwa makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan tidak aman dikonsusmi karena dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan, dan diketahui sebanyak 32,5 yang menjawab benar tentang lamanya timbul efeknya bagi kesehatan apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan yaitu ≥ 15 tahun. Sementara itu, didapat sebanyak 25,5 yang menjawab benar berkaitan dengan jenis penyakit yang dapat ditimbulkannya apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan dalam jangka waktu yang lama yaitu kanker dan tumor. Dari hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 32,5 yang menjawab benar tentang pemanis buatan yang dapat diperuntukkan bagi pasien diet rendah kalori seperti penderita diabetes melitus. Universitas Sumatera Utara Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk- produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan. Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization WHO telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily Intake ADI atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan pada produk makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar penggunaan jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada beberapa produk Universitas Sumatera Utara pangan seperti minuman beverages, permenkembang gula, permen karet, serta produk-produk suplemen kesehatan. 5.4. Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menanggapi suatu objek yang menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif Notoadmojdo, 2003. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap pada kategori sedang yaitu sebanyak 60,0, dan sikap ibu yang berada pada kategori baik sebanyak 40,0. Menurut Hardinsyah dan Martianto 1992, masa seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan hampa gizi. Perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan. Dalam kaitannya dengan bahan pemanis buatan dan pemanis alami, sebanyak 32,5 kurang setuju bahwa pemanis buatan terasa lebih enak bila dibandingkan dengan pemanis alami, sementara ibu yang sangat tidak setuju sebanyak 42,5. Dalam hal penggunaan pemanis alami, diperoleh sebanyak 47,5 setuju bahwa Universitas Sumatera Utara pemanis alami lebih aman dibandingkan dengan pemanis buatan, sedangkan yang kurang setuju sebanyak 40,0. Hal ini dikarenakan ibu memiliki penyakit diabetes mellitus yang disarankan untuk menggunakan pemanis buatan karena pemanis buatan rendah kalori. Tingkat kemanisan pemanis sintetis berkisar 50-3.000 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan pemanis buatan terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis buatan. Pemanis buatan sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya yang murah. Namun penggunaan pemanis buatan tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik dapat memicu timbulnya kanker. Dari hasil penelitian diketahui mayoritas ibu setuju 47,5 bahwa pemberian makan pada anak akan semakin sulit apabila anak sering mengkonsumsi makanan jajanan, dan yang kurang setuju sebanyak 27,5. Sementara ibu yang memiliki sikap kurang setuju tentang makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah aman dikonsumsi yaitu sebanyak 22,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Khomsan 2003, yang menyatakan bahwa aspek negatif dari makanan jajanan yang dikonsumsi terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Ditambah lagi dengan banyaknya makanan jajanan yang dijual kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak. Dimana berdasarkan hasil survei Balai Pengawasan Obat dan Makanan BPOM Semarang 2005 mendapati 90 jajanan yang ada di beberapa sekolah tidak layak dikonsumsi. Makanan jajanan selain Universitas Sumatera Utara mengandung bahan pengawet buatan, terdapat bahan pewarna dan pemanis buatan yang bisa membahayakan tubuh manusia Anonim, 2007. Sementara hasil Penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia 2008 menunjukan bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar di Jakarta, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong dan es coklat menggunakan kombinasi sakarin dan siklamat.

5.5. Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur Serta Tindakan Pengguna Air terhadap Jumlah Koliform Air Sumur Gali Penduduk di Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012

10 75 137

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pola Konsumsi Jajanan Anak Sekolah Yang Mengandung Pemanis Buatan Di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

0 36 90

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 3 9

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANIS BUATAN DALAM MAKANAN SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan Dalam Makanan Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Pada Penjual Jajanan Di SD Kabupaten Klaten.

0 2 12

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 16

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 2

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

3 15 8

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 43

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 2 3

Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

0 0 7