Manfaat dan Resiko Murabahah

yang tidak bisa dimasukkan dalam pokok modal dan juga tidak mempunyai bagian laba 20 . Ulama mazhab Hambali Hanabilah berpendapat bahwa biaya- biaya tersebut baik biaya langsung maupun tidak langsung harus dibayarkan pada pihak ketiga dan akan berpengaruh terhadap nilai barang yang dijual, penjual boleh memasukkan biaya-biaya tersebut kedalam pokok harga dan membolehkan pada harga jual 21 . Ulama mazhab Syafi’i As-Syafi’iyah membolehkan semua biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli untuk dimasukkan kedalam pokok harga dan kemudian dapat dibebankan pada harga jual, selama biaya-biaya itu bermanfaat dan dapat menambah nilai barang yang dijual. Namun, mereka tidak membolehkan biaya-biaya tenaga kerja untuk dimasukkan ke dalam pokok harga, karena menurut mereka komponen ini sudah termasuk ke dalam keuntungan. Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi Hanafiyah, semua biaya yang dikeluarkan pedagang untuk mendatangkan barang dapat diperhitungkan dalam pokok harga 22 . Inti dari pendapat keempat imam mazhab tersebut adalah untuk mempermudah penjual dalam penentuan harga pokok dan keuntungan 20 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fi hu al al Madzahibi A ba’ah, Kairo: Maktabah al Bukhariyah al Kubra Jilid II, h. 535 21 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fi hu al al Madzahibi A ba’ah, h. 535 22 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fi hu al al Madzahibi A ba’ah, h. 536 yang diharapkan maka penjual dapat membebankan semua biaya langsung dalam harga jual barang secara wajar, sehingga semua biaya tidak langsung yang timbul nantinya, diharapkan dapat ditutup dari selisih keuntungan yang diperoleh. b. Cacat pada barang Menurut jumhur ulama, suatu barang yang cacat tidak boleh dijual secara murabahah, sehingga dijelaskan tentang kecacatan yang ada, karena kecacatan yang melekat pada barang akan mengurangi nilai barang. c. Cara pembayaran dalam Murabahah Cara pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai naqdan atau pun dicicil bila akadnya bersifat tempo atau tangguh ba’i bitsamani ajil, tergantung kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli. Dengan murabahah yang dilakukan secara ba’i bitsamani ajil biasanya akan menjadikan harganya lebih tinggi daripada murabahah yang dilakukan secara tunai naqdan 23 . Contohnya: bila seseorang menjual sesuatu dibayar tangguh harganya menjadi 100 dirham, sedangkan bila dibayar secara tunai harganya 50 dirham, dan sungguh tidak ada riba di dalamnya menurut pendapat ulama mazhab Hanabilah dan Ibnu Qayim. Menurut Ibnu Qadamah dan Imam Nawawi, membayar dengan harga yang lebih tinggi dalam jual beli secara tangguh atau tempo merupakan kebiasaan pedagang, sehingga atas dasar ini tidaklah mengapa 23 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fi hu al al Madzahibi A ba’ah, h. 537