2.10.4 Morfologi Permukaan
Adanya material lain dalam suatu matriks seperti dispersi material tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan spesimen. Untuk melihat
perubahan tersebut dapat dilakukan suatu analisa permukaan, dan alat yang biasa digunakan adalah SEM.SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan
permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5 - 10 nm diarahkan pada spesimen interaksi berkas elektron dengan spesimen
menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar-X, elektron sekunder, absorbsi elektron.Data yang diperoleh adalah data dari
permukaan yang tebalnya sekitar 20 µm. Permukaan yang diperoleh merupakan gambar tofografi dengan segala tonjolan, lekukan, dan lubang permukaan.
Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap
oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya
gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket Subaer, 2007.
2.10.5 Swelling Indeks
Pelarutan suatu polimer tidak sama dengan pelarutan senyawa yang mempunyai berat molekul rendah kerena adanya dimensi-dimensi yang sangat berbeda antara
pelarut dan molekul polimer. Pelarutan polimer terjadi dalam dua tahap .mula- mula molekul pelarut berdifusi melewati matriks polimer untuk membentuk suatu
masa menggembung dan tersolvasi yang disebut gel.
Dalam tahap kedua, gel tersebut pecah bercerai-cerai dan molekul- molekulnya terdispersi kedalam larutan sejati. Pelarutan sering kali merupakan
proses yang lambat. Sementara beberapa jenis polimer bisa larut dengan cepat dalam pelarut-pelarut tertentu, polimer yang lainnya bisa jadi membutuhkan
periode pemanasan yang lama dekat titik lebur dari polimer tersebut.Polimer- polimer jaringan tidak dapat larut, tetapi biasanya membengkak
menggelembungmengembangswelling dengan hadirnya pelarut Steven, 2001.
Swelling merupakan sifat non-mekanis, tetapi secara luas digunakan untuk mengkarakterisasi material elastomer.Swelling merupakan pembesaran tiga
dimensi dimana jaringan mengabsorpsi pelarut hingga mencapai derajat keseimbangan swelling. Pada titik ini, energi bebas berkurang diakibatkan
pencampuran pelarut dengan rantai jaringan diseimbangkan oleh energi bebas yang meningkat seiring dengan meregangnya rantai. Pada prakteknya, polimer
ditempatkan pada suatu wadah yang mengandung pelarut dimana polimer akan mengabsorpsi sampai peregangan rantai melebar, mencegah absorpsi yang lebih
jauh lagi Allcock, 2003.
2.10.6 Penentuan Jumlah Padatan Total TSC