mbar 2.1 Struktur cis-1,4 polisoprena Tarachiwin dkk., 2005 Karet alam Hevea Brasiliensis merupakan tanaman yang tumbuh subur
di daerah iklim tropis, menghasilkan lateks sebagai bahan baku yang dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk dalam berbagai jenis. Tahapan
pengolahan selanjutnya dengan penambahan senyawa filler dan proses vulkanisasi untuk meningkatkan elastisitas dan ketahanan terhadap suhu sehingga dapat
menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi Fachry, 2012.
2.1.2 Cara Memperoleh Lateks Pekat
Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet kering KKK antara 25–35. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai
untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan demikian, lateks perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60
atau lebih. Lateks dengan KKK 60 ini disebut dengan lateks pekat concentrated latex.
Proses pembuatan lateks pekat secara garis besar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemusingan centrifuging, pendadihan creaming, dan
penguapan evaporating.Akan tetapi cara yang disebut terakhir ini tidak banyak
dilakukan.
1. Pengolahan lateks dengan pusingan centrifuging
Pada umumnya pengolahan lateks pekat dengan cara pemusingan ditujukan untuk memproduksi lateks pekat amonia tinggi HA-centrifuge.
a. Penerimaan lateks kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu menggunakan peralatan yang bersih. Lateks diterima dalam bak
penerimaan melalui saringan 80 mesh. Kemudian ditentukan KKK dan kadar VFA-nya. Ke dalam lateks ditambahkan 2-3 gram ammonia per
liter lateks, kemudian diaduk. b.
Pemusingan Lateks dialirkan ke dalam alat pusingan centrifuge yang berputar dengan
kecepatan 6000-7000 rpm, dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan serum. Lateks pekat hasil pemusingan yang mengalir menuju
tangki percampur dibubuhi bahan pemantap. Bahan ini umumnya berupa larutan 10-20 NH
4
-laurat dengan dosis 0,05 untuk meningkatkan kemantapan lateks pekat. Selanjutnya lateks pekat ditambahkan dengan
NH
3
sehingga kadar NH
3
dalam lateks menjadi 0,7 atau lebih. c.
Penyimpanan lateks pekat Lateks pekat hasil pemusingan meskipun telah ditambah dengan bahan
pemantap, masih belum siap dipasarkan. Lateks pekat masih perlu disimpan selama 3 minggu atau lebih, agar bahan pemantap berfungsi
efektif. Selama pemeraman perlu diaduk agar tidak terjadi penggumpalan. d.
Pengemasan Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah
yang sesuai, bersih, kering, dan tertutup rapat serta disimpan pada tempat yang sejuk demi menjaga mutu lateks tidak cepat menurun.
2. Pengolahan lateks dadih creaming
Metode pemekatan lateks ini menggunakan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih.
a. Penerimaan lateks
Lateks diterima dalam tangki-tangki melalui saringan yang ditambahkan bahan pengawet NH
3
dengan kadar ≥ 0,7. Untuk mendapatkan hasil
pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar diperlukan bahan lateks kebun dengan KKK
≥ 30.
b. Pendadihan
Lateks yang telah ditambahkan dengan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pendadihan. Kemudian ditambahkan dengan bahan
pendadih yaitu 140 cc larutan tepung konyaku 1 atau 60 cc larutan ammonium alginat 1 untuk tiap liter lateks, diaduk dengan kecepatan
200-400 rpm selamam 20-60 menit. Setelah diaduk, kemudian didiamkan selama 3-4 minggu agar partikel-partikel karet berkumpul pada bagian
atas dan skim di bagian bawah, dan skim dikeluarkan dan dialirkan ke dalam pengumpul skim. Pendadihan yang baik yaitu menghasilkan skim
dengan kadar karet 3-5. c.
Penyimpanan dan pengemasan Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti lateks pusingan
Setyamidjaja, 1993.
Komposisi lateks yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Komponen
Lateks segar Lateks yang dikeringkan
Kandungan karet Resin
Protein dan fosfoprotein Abu
Karbohidrat Air
Senyawa anorganik 35,62
1,65 2,03
0,70 0,34
59,15 0,5
88,08 4,10
5,04 0,84
0,84 1,00
0,1-0,5
Sumber :Setyamidjaja, 1993
2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit