Sejarah Huruf Kanji GAMBARAN UMUM TENTANG KANJI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KANJI

2.1. Sejarah Huruf Kanji

Huruf kanji lahir pada kira-kira 1500 tahun sebelum masehi di kalangan suku Kan di Cina Hamzon, 2007:82. Huruf kanji merupakan huruf yang mengutarakan arti yang dibentuk meniru bentuk bendanya atau tanda-tanda yang diberikan dalam menunjukkan arti sesuatu benda atau sifat atau pekerjaan atau tanda-tanda lainnya.. Huruf kanji adalah sistem aksara dengan aksara piktografis sebagai dasarnya. Jumlahnya tercatat 10 ribu lebih, di antaranya 3000 huruf sering dipakai. Dengan 3000 huruf itu, terbentuklah kata-kata dan kalimat bahasa Kan. Menurut para sarjana, huruf kanji terbentuk pada Dinasti Shang abad ke- 16 SM. Menurut hasil survei arkeologis, jauh pada masa awal Dinasti Shang, peradaban Tiongkok telah berkembang sampai taraf yang cukup tinggi dengan salah satu lambangnya ialah munculnya Jiaguwen atau aksara di batok kura-kura dan tulang binatang, yang merupakan huruf zaman kuno Tiongkok httpms.wikipedia.orgWikiTulisan kanji. Menurut catatan sejarah, pada Dinasti Shang, raja mengadakan upacara tenung sebelum melakukan sesuatu hal yang penting. Batok kura-kura dan tulang binatang adalah alat yang digunakan dalam upacara penenungan. Sebelum dipakai sebagai alat untuk ditulisi, batok kura-kura harus diproses terlebih dahulu, yaitu pertama dibersihkan dan kemudian dipepat halus. Setelah itu, di atas permukaan batok itu akan dipahat tanda huruf yang diatur rapi. Biasanya, penenung memahat Universitas Sumatera Utara namanya serta tanggal penenungan, dan hal yang hendak diramalkan semuanya dipahat di atas batok. Seusai pemahatan, batok itu akan dipanggang di mana pahatan akan memunculkan celah-celah. Berdasarkan arah dan bentuk celah-celah itulah, si penenung akan mendapat hasil peramalan. Benar atau tidak ramalan itu kemudian juga akan dipahat di atas batok. Apabila ramalan yang dipahat dalam batok itu terbukti benar, maka batok kura-kura itu akan disimpan sebagai arsip. Dewasa ini, arkeolog seluruhnya menemukan 160 ribu keping batok kura- kura. Di antaranya ada batok yang utuh, tapi ada keping-keping tanpa aksara. Menurut statistik, jumlah huruf yang terdapat di atas batok kura-kura dan tulang binatang itu melebihi 4000, tetapi hanya 3000 yang pernah distudi. Di antara 3000 aksara itu, hanya 1000 lebih dapat dibaca oleh sarjana. Adapun huruf yang lain tak bisa dimengerti atau terdapat perselisihan serius mengenai artinya. Walaupun demikian, melalui 1000 lebih aksara itu dapat kita ketahui secara kasar keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan Dinasti Shang. Huruf yang tertulis di batok kura-kura dan tulang binatang merupakan huruf yang sistematis dan merupakan dasar huruf kanji kemudian. Menurut Indra 2006:15, bahwa sampai abad ke-3 SM bangsa Jepang tidak mempunyai bahasa tulisan sama sekali. Namun, bangsa jepang telah memiliki bahasa lisan dan ketika mereka menemukan bahwa bangsa Cina yang menjadi tetangga mereka sudah memiliki bahasa lisan dan tulisan, mereka lalu meminjam sistem penulisan bangsa Cina. Huruf kanji didatangkan ke Jepang pada abad ke-4 atau awal abad ke-5 yang juga disertai pengucapannya dalam bahasa Kan, yang kemudian di Jepang disebut dengan on-yomi cara baca on. Tetapi, arti Universitas Sumatera Utara huruf tersebut juga bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang asli, sehingga huruf kanji tersebut juga dibaca dengan bahasa Jepang asli yang disebut kun-yomi cara baca kun. Walaupun bangsa Jepang dapat menggunakan huruf-huruf kanji Cina yang dipinjamnya itu untuk menuliskan akar kata bahasa mereka, namun huruf-huruf tersebut tidak bisa dipakai untuk menuliskan akhiran gramatikal, karena tatabahasa dan morfologi bahasa Cina tidak ada akhiran gramatikal yang memperlihatkan kedudukan kata dalam kalimat seperti halnya dalam bahasa Jepang. Pada mulanya bangsa Jepang mencoba menggunakan huruf-huruf Cina untuk menuliskan baik akar kata maupaun akhiran gramatikalnya.Tetapi, setelah beberapa ratus tahun kemudian, mereka menemukan bahwa cara ini tidak berhasil dengan baik, sehingga mereka mencoba meringkas beberapa huruf menjadi sistem fonetik, yang menyerupai sistem abjad latin dan dengan demikian mereka bisa menggunakannya untuk menuliskan akhiran gramatikal dalam bahasa mereka. Mereka berhasil dengan cara ini dan menamakan huruf-huruf fonetik tersebut dengan nama kana. Huruf Kanji di Jepang keseluruhannya berjumlah sekitar 50.000 huruf dan dipergunakan berjumlah sekitar 10.000 huruf. Tetapi yang dipergunakan sehari- hari yang telah ditetapkan oleh kementerian pendidikan Jepang sebanyak 1850 huruf yang disebut jouyou kanji Hamzon, 2007:82.

2.2. Cara Baca Kanji