4.2 Jenis Afiks dalam Bahasa Nias a. Prefiks
Prefiks adalah afiks yang melekat di awal bentuk dasar awalan. Prefiks yang terdapat dalam bahasa Nias, yaitu {ma-}, {me-}, {mo-}, {la-}, {i-},{te-}, {fa-}, {a-},
{o-}, {sa-}, {da-}. Contoh:
{ma-} + bözini ‘sapu’ mamözini ‘menyapu’
{me-} + walu ‘delapan’ mewalu ‘delapan kali’
{mo-} + kabu ‘kebun’ mokabu ‘berkebun’
{la-} + ra’u ‘tangkap’ lara’u ‘ditangkap’
{i-} + boto ‘pecahkan’ iboto ‘dipecahkan’
{te-} + sura ‘tulis’ tesura ‘tertulis’
{fa-} + okafu ‘dingin’ fangokafu ‘pendingin’
{a-} + era-era ‘pikiran’ angera-ngera ‘berpikirlah’
{o-} + nowi ‘ladang’ onowi ‘berladanglah’
{sa-} + abölö ‘kuat’ sangabölö ‘yang menguatkan’
{da-} + lima ‘lima’ dalima ‘berlima’
b. Infiks
Infiks adalah afiks yang melekat di dalam bentuk dasar sisipan. Infiks yang terdapat dalam bahasa Nias, yaitu {-ga-}.
Contoh: {-ga-} + abua ‘berat’
agabua ‘berat-berat’ {-ga-} + esolo ‘gemuk’
egesolo ‘gemuk-gemuk’
Universitas Sumatera Utara
c. Sufiks
Sufiks adalah afiks yang melekat di akhir bentuk dasar akhiran. Sufiks yang terdapat dalam bahasa Nias, yaitu {-ö}, {-gö}, {-ni}, {-si}, {-ma}, {-i}, {-wa}, {-la},
{-sa}, {-a}.
Contoh: ebolo ‘lebar’ + {-ö}
ebolo’ö ‘lebarkan’ tanö ‘tanam’ + {-gö}
tanögö ‘tanamkan’ asio ‘garam’ + {-ni}
asioni ‘garami’ ta’unö ‘kotor’ + {-si}
ta’unösi ‘kotori’ dadao ‘duduk’ + {-ma}
dadaoma ‘tempat duduk’ otufo ‘kering’ + {-i}
otufoi ‘keringkan’ angandrö ‘memintalah’ + {-wa} angandröwa ‘permintaan’
aboto ‘pecah’ + {-la} abotola ‘pecahan’
fa’awö ‘berteman’ + {-sa} fa’awösa’ ‘pertemanan’
owulo ‘berkumpul’ + {-a} owuloa ‘perkumpulan’
d. Konfiks
Konfiks adalah afiks yang melekat di awal dan di akhir bentuk dasar. Konfiks yang terdapat dalam bahasa Nias, yaitu {a-ö}, {fa-ö}, {fa-gö}, {fa-ni}, {fa-si}, {a-
la}, {o-ta}, {ol-ö}, {la-si}, {ma-i}, {la-ni}. Contoh:
{a-ö} + sifa ‘sepak’ anifa’ö ‘sepak dengan segera’
{fa-ö} + tema ‘terima’ fanema’ö ‘penerimaan’
{fa-gö} + badu ‘minum’ fabadugö ‘minumkan’
{fa-ni} + bohou ‘baru’ famohouni ‘pemabaharuan’
{fa-si} + obou ‘busuk’ fangobousi ‘pembusukan’
{a-la} + fabu’u ‘janji’ amabu’ula ‘perjanjian’
{o-ta} + röi ‘tinggalkan’ ondröita ‘tinggalkan’
{ol-ö} + ohe ‘bawa’ olohe’ö ‘bawa dengan segera’
Universitas Sumatera Utara
{la-si} + awai ‘selesai’ la’awaisi ‘diselesaikan’
{ma-i} + sagö ‘atap’ managöi ‘sedang memasang atap’
{la-ni} + förö ‘tidur’ laföröni ‘ditiduri’
4.3 Proses Afiksasi, Fungsi, dan ArtiNosi Afiks dalam Bahasa Nias
Proses afiksasi mencakup prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan konfiksasi. Berikut ini dideskripsikan proses-proses tersebut sekaligus fungsi dan artinosi dari
tiap-tiap afiks.
4.3.1 Prefiks 4.3.1.1 Prefiks {ma-}
a. Proses Prefiksasi {ma-}
Prefiks {ma-} memiliki beberapa bentuk apabila melekat pada bentuk dasar sesuai dengan fonem awal bentuk dasar tersebut. Bentuk-bentuk ini terdiri atas
{mang-}, {mam}, {man-}, {mom-}, {mond-}, {mol-}, {wa-} atau {wo-}. 1.
Prefiks {ma-} menjadi {mang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi vokal yang
terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar ŋ di depan bentuk dasar tersebut.
Contoh : {ma-} + elifi ‘kutuk’
mangelifi ‘mengutuk’ {ma-} + ebua ‘besar’
mangebua ‘membesar’ • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar elifi
kutuk terjadi penambahan fonem ŋ sehingga bentuknya menjadi
mangelifi mengutuk.
Universitas Sumatera Utara
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ebua besar terjadi penambahan fonem
ŋ sehingga bentuknya menjadi mangebua
membesar. 2.
Prefiks {ma-} menjadi {mam-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan b atau f. Penggabungan prefiks {ma-} dengan
bunyi konsonan bilabial bersuara b dan bunyi konsonan frikatif labiodental tidak bersuara f menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk
dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial m. Contoh :
{ma-} + bokai ‘buka’ mamokai ‘membuka’
{ma-} + fotu ‘nasihat’ mamotu
‘menasihati’ • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar bokai
buka terjadi pelesapan fonem b dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi mamokai membuka.
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar fotu nasihat terjadi pelesapan fonem f dan digantikan oleh fonem m
sehingga bentuknya menjadi mamotu menasihati. 3.
Prefiks {ma-} menjadi {man-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan s atau t. Penggabungan prefiks {ma-} dengan
bunyi konsonan frikatif alveolar s dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara t menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk
dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar n. Contoh :
{ma-} + sasai ‘cuci’ manasai
‘mencuci’ {ma-} + taha ‘tahan’
manaha ‘menahan’
Universitas Sumatera Utara
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar sasai cuci terjadi pelesapan fonem s dan digantikan oleh fonem n sehingga
bentuknya menjadi manasai mencuci. • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar taha
tahan terjadi pelesapan fonem t dan digantikan oleh fonem n sehingga bentuknya menjadi manaha menahan.
4. Prefiks {ma-} menjadi {mom-} apabila melekat pada bentuk dasar yang suku
awalnya berfonem ba. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara b menyebabkan penambahan bunyi konsonan nasal bilabial
m di depan bunyi konsonan suku awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal a pada prefiks {ma-} berubah menjadi vokal o.
Contoh : {ma-} + bala ‘babat’
mombala ‘membabat’ {ma-} + baloi ‘tunggu’
mombaloi ‘menunggu’ • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar bala
babat terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks {ma-} dan penambahan fonem m di depan suku awal bentuk dasar tersebut
sehingga bentuknya menjadi mombala membabat. • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar baloi
tunggu terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks {ma-}dan penambahan fonem m di depan suku awal bentuk dasar
tersebut sehingga bentuknya menjadi mombaloi menunggu. 5.
Prefiks {ma-} menjadi {mond-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan r. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi
Universitas Sumatera Utara
konsonan getar alveolar r menyebabkan penambahan bunyi gugus konsonan dental nd di awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal a pada
prefiks {ma-} berubah menjadi bunyi vokal o. Contoh :
{ma-} + ra’u ‘tangkap’ mondra’u ‘menangkap’
{ma-} + ra’a ‘iris’ mondra’a ‘mengiris’
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ra’u tangkap terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks
{ma-} dan penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mondra’u menangkap.
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ra’a iris terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks {ma-} dan
penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mondra’a mengiris.
6. Prefiks {ma-} menjadi {mol-} apabila melekat pada bentuk dasar berupa kata
kerja intransitif yang berfonem awal vokal o. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi vokal o menyebabkan penambahan bunyi konsonan lateral
alveolar l di awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal a pada prefiks {ma-} berubah menjadi bunyi vokal o.
Contoh : {ma-} + osi ‘hapus’
molosi ‘menghapus’
{ma-} + ohe ‘bawa’ molohe
‘membawa’ • Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar osi hapus
terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {ma-} dan
Universitas Sumatera Utara
penambahan fonem l di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi molosi menghapus.
• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ohe bawa terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {ma-}dan
penambahan fonem l di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi molohe membawa.
7. Prefiks {ma-} menjadi {wa-} atau {wo-} apabila bentuk dasar yang
mendapat imbuhan prefiks {ma-} dipakai dalam hubungan kalimat. Namun, aturan ini tidak berlaku jika bentuk dasar tersebut terletak di awal kalimat
atau didahului oleh kata no ‘sudah’ atau lö ‘tidak’. Perubahan prefiks {ma-} menjadi {wa-} atau {wo-} disesuaikan dengan bentuk dasar yang telah
mendapatkan imbuhan tersebut. Perubahan tersebut menyebabkan bunyi konsonan nasal bilabial m menjadi bunyi konsonan semivokal bilabial w.
Contoh : {ma-} + sasai ‘cuci’
manasai ‘mencuci’ Manasai
wanasai
‘mencuci’ Dalam kalimat:
Möi ia wanasai nukha ba hele Pergi dia mencuci kain di sumur
‘dia pergi mencuci kain di sumur’ Pada proses perubahan prefiks {ma-} menjadi {wa-} terhadap bentuk
manasai mencuci terjadi perubahan fonem m menjadi fonem w sehingga
bentuknya menjadi wanasai mencuci.
{ma-} + ohe ‘bawa’ molohe
‘membawa’ Molohe
wolohe
‘membawa’ Dalam kalimat:
Universitas Sumatera Utara
Tohare ia ma’ifutö ba wolohe dalu-dalu da’ö Datang dia sebentar lagi untuk membawa obat itu
‘Dia datang membawa obat itu sebentar lagi’
Pada proses perubahan prefiks {ma-} menjadi {wo-} terhadap bentuk molohe membawa terjadi perubahan fonem m menjadi fonem w sehingga
bentuknya menjadi wolohe membawa. Berdasarkan distribusinya, prefiks {ma-} dapat melekat pada:
1. Kata kerja
Contoh : {ma-} + bözini
‘sapu’ mamözini ‘menyapu’
2. Kata benda
Contoh: {ma-} + adulo
‘telur’ mangadulo ‘bertelur’
3. Kata sifat
Contoh: {ma-}+ a’usö
‘kuning’ manga’usö ‘menguning’
b. Fungsi Prefiks {ma-}