Unit Pengelolaan Pelepah Sawit Analisis Kelayakan Finansial Pemanfaatan Pelepah Sawit

Gudang Penyimpanan Pelepah Tempat pencacahan pelepah Gudang Bahan Baku Kotoran ternak, Bahan baku lainnya Gudang mulsa Pelepah Gudang Simpan Cacahan Lapangan Pencampuran kompos Lapangan untuk Fermentasi Gudang Kompos Tabel 5.1 Kebutuhan luas lahan minimal untuk pengelolaan pelepah sawit skenario pertama No Item tempat Luas lahan m 2 1 Gudang penyimpanan Pelepah 30.74 2 Tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah 12.00 3 Gudang simpan mulsa pelepah 22.30 4 Gudang simpan cacahan 30.04 5 Lapangan pencampuran 6.93 6 Lapangan untuk fermentasi 7,617.04 7 Gudang bahan baku 5.25 8 Gudang kompos 6.58 Total 7,731 Tabel 5.2 Kebutuhan luas lahan minimal untuk pengelolaan pelepah sawit skenario kedua No Item tempat Luas lahan m 2 Tempat A Tempat B 1 Gudang penyimpanan Pelepah 30.74 24.06 2 Tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah 12.00 8.00 3 Gudang simpan mulsa pelepah 22.30 17.72 4 Gudang simpan cacahan 30.04 23.53 5 Lapangan pencampuran 6.93 6.20 6 Lapangan untuk fermentasi 5,056.42 5,916.62 7 Gudang bahan baku 5.25 4.93 8 Gudang kompos 6.58 5.93 Total 5,170 6,007 Gambar 5.1 Layout tempat pengelolaan pelepah sawit Tempat pencacah daun dan pengempaan pelepah yang dibutuhkan adalah untuk menempatkan mesin pencacah dan pengempa pelepah. Kebutuhan ruang tempat pencacah daun dan pengempaan pelepah didasarkan pada dimensi mesin. Mesin pencacah dan pengempa pelepah yang digunakan memiliki panjang dan lebar masing-masing adalah 2 m × 2 m. Jumlah mesin pencacah dan pengempa pelepah adalah satu unit. Luas ruang untuk operator mesin pencacah dan luas jarak mesin ke dinding gudang adalah 8 m 2 . Total kebutuhan luas lahan untuk tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah pada skenario pertama adalah 12 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Tempat pencacah daun dan pengempa pelepah A pada skenario kedua sama dengan skenario pertama. Tempat pencacah daun dan pengempa pelepah B lebih kecil karena mesin pencacah yang digunakan berkapasitas dan berdimensi lebih kecil dari pada di tempat pengolahan A. Mesin pencacah dan pengempa pelepah yang digunakan memiliki panjang dan lebar masing-masing adalah 2 m × 1 m. Luas ruang untuk operator mesin pencacah dan luas jarak mesin ke tepi gudang adalah 6 m 2 . Total kebutuhan luas lahan untuk tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah skenario kedua pada tempat B adalah 8 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Gudang simpan mulsa pelepah digunakan untuk menyimpan pelepah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Lama maksimum penyimpanan mulsa pelepah adalah dua hari. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang simpan mulsa tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang ke gudang simpan mulsa pada satu hari kerja. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang dapat menampung mulsa secara maksimal di gudang penyimpanan ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang penyimpanan mulsa pelepah pada skenario pertama adalah 22.30 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua di gudang penyimpanan A membutuhkan luas 22.30 m 2 dan di gudang penyimpanan B membutuhkan luas 17.72 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang simpan mulsa yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua tempat pengelolaan A disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah. Lapangan pencampuran digunakan untuk mencampur cacahan daun sawit dengan metode bokhasi. Pencampuran dilakukan dengan mesin pencampur Lampiran 47 berkapasitas 120-125 kgproses. Luas lahan yang dibutuhkan untuk lapangan pencampuran tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang ke unit proses pencampuran. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah daun tercacah maksimum yang akan dicampur dengan kotoran ternak. Potensi maksimal harian ini diambil agar lapangan pencampuran dapat menampung proses pencampuran secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk lapangan pencampuran skenario pertama adalah 6.93 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua lapangan pencampuran A membutuhkan luas 6.93 m 2 dan di lapangan pencampuran B membutuhkan luas 6.20 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas lapangan pencampuran yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua tempat pengelolaan A disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah. Lapangan untuk fermentasi digunakan untuk melakukan proses fermentasi kompos. Fermentasi dilakukan selama 10 minggu. Kompos juga akan dilakukan proses pembalikan dengan mesin pembalik Lampiran 48 berkapasitas 100-500 m 3 jam. Luas lahan minimal untuk lapangan fermentasi skenario pertama adalah 7,617 m 2 . Tumpukan fermentasi dilakukan dengan tinggi 50 cm sepanjang 100 m Gambar 5.2. Lebar tumpukan fermentasi adalah 2.56 m dengan jarak antar tumpukan 2 m sebanyak 16 baris tumpukan. Di ujung masing-masing tumpukan diberikan jarak ke tepi gudang sebesar 2 m. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua lapangan fermentasi A membutuhkan luas 5,056 m 2 dan di lapangan fermentasi B membutuhkan luas 5,916 m 2 . Lebar tumpukan fermentasi pada masing-masing tempat adalah 3.03 m dan 3.54 m. Jarak tumpukan yaitu 2 m sebanyak 16 baris tumpukan. Di ujung masing-masing tumpukan diberikan jarak ke tepi gudang sebesar 2 m. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Gudang bahan baku digunakan untuk menyimpan bahan baku campuran untuk pengomposan. Bahan baku tersebut terdiri dari kotoran ternak, EM4 dan peralatan lainnya. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang bahan baku tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah bahan baku yang akan disimpan. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang bahan baku dapat menampung bahan baku secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang bahan baku skenario pertama adalah 5.25 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua gudang bahan baku A membutuhkan luas 5.25 m 2 dan di gudang bahan baku B membutuhkan luas 4.93 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang bahan baku yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua tempat pengelolaan A disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah. Gudang kompos digunakan untuk menyimpan kompos hasil fermentasi. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang kompos tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah kompos yang akan disimpan. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang kompos dapat menampung kompos secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang kompos skenario pertama adalah 6.58 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Gambar 5.2 Bentuk tempat pengomposan di ruang terbuka NRAES-54 1992 Pada skenario kedua gudang kompos A membutuhkan luas 6.58 m 2 dan di gudang kompos B membutuhkan luas 5.93 m 2 . Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang kompos yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua tempat pengelolaan A disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah dan lama penyimpanan selama 2 hari.

5.5.4 Analisis Kelayakan Skenario Pertama

Model skenario pertama mengasumsikan tempat pengolahan pelepah berada di titik pusat afdeling Lampiran 31. Potensi pelepah dari semua blok akan dibawa menuju pusat pengelolaan pelepah sawit. Blok panen dan potensi pelepah setiap hari dapat dilihat pada Tabel 5.3. Potensi pelepah maksimal terjadi pada hari pertama dan kedua setiap pekannya yaitu sebesar 781 pelepah. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengolahan pelepah sawit pada model ini sama seperti model kedua dan ketiga, yakni mengalikan antara produksi kompos dengan harga kompos. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh pendapatan setiap tahunnya mulai tahun ketiga sebesar Rp 2,877,633,163 dari unit pengelolaan pelepah sawit. Tabel 5.3 Blok panen dan potensi pelepah sawit harian skenario pertama Hari ke- Blok panen Luas panen ha Potensi pelepah kghari Potensi pelepah pelepahhari 1 A1, A2, B1, B2 120 7,420.93 781 2 C1, C2, D1, D2 120 7,420.93 781 3 C3, D3, D4 90 5,565.70 585 4 C4, C5, D5 90 5,565.70 585 5 A5, B5, A4 90 5,565.70 585 6 A4, A3, B3 90 5,565.70 585 Total pelepahminggu 37,104.66 3,905 Biaya investasi pada pengelolaan sawit dikeluarkan pada tahun pertama. Investasi yang dikeluarkan meliputi pembangunan tempat pengelolaan pelepah sawit, pembelian alat dan mesin, perlengkapan, sumur, instalasi listrik dan sarana pendukung lainnya. Total biaya investasi dan reinvestasi yang harus dikeluarkan pemilik modal pada skenario pertama sebesar Rp 3,842,031,932. Biaya investasi model skenario satu pada penyediaan tempat dan pengadaan mesin-mesin untuk mengelola pelepah sawit mencapai 98.90 dari total biaya investasi Tabel 5.4. Pada penelitian ini terdapat biaya reinvestasi yaitu biaya yang dikeluarkan ketika nilai ekonomis dari suatu aset kurang dari umur proyek. Peralatan dan perlengkapan diganti sesuai dengan umur teknis dan dilakukan reinvestasi pada saat peralatan tersebut mencapai umur teknisnya. Total biaya reinvestasi yang dikeluarkan selama pengelolaan pelepah sawit menjadi mulsa dan kompos adalah sebesar Rp 952,305,000. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengelolaan pelepah sawit dan jumlahnya disajikan pada Tabel 5.5. Total biaya tenaga kerja pada model skenario pertama sebesar Rp 926,400,000 per tahun. Tabel 5.4 Biaya investasi unit pengelolaan pelepah sawit skenario pertama No Item Umur ekonomis Th Unit Jumlah pergantian Harga satuan Rp Total Rp 1 Gudang penyimpanan 20 1 - 11,990,998 11,990,998 2 Ruang pencacahan 20 1 - 6,380,000 6,380,000 3 Gudang simpan mulsa 20 1 - 8,336,472 8,336,472 4 Gudang simpan cacah 20 1 - 11,857,288 11,857,288 5 Lapangan pencampuran 20 1 - 5,416,570 5,416,570 6 Lapangan fermentasi 20 1 - 1,935,204,503 1,935,204,503 7 Gudang bahan baku 20 1 - 5,096,838 5,096,838 8 Gudang kompos 20 1 - 5,349,262 5,349,262 9 Kereta sorong 5 4 4 475,000 7,600,000 10 Mesin jahit karung 4 1 5 1,250,000 6,250,000 11 Traktor dan trailer 10 1 2 350,000,000 700,000,000 12 Truk 10 1 2 250,000,000 500,000,000 13 Timbangan 5 1 4 2,000,000 8,000,000 14 Mesin pencacah 5 1 4 20,000,000 80,000,000 15 Mesin pencampur 10 1 2 100,000,000 200,000,000 16 Mesin pengaduk 10 1 2 157,000,000 314,000,000 17 Sumur 20 1 - 2,000,000 2,000,000 18 Pompa air 5 1 4 1,000,000 4,000,000 19 Selang air 5 150 4 12,500 7,500,000 20 Bak penampung air 20 1 - 7,500,000 7,500,000 21 Ember plastik 2 5 10 15,000 750,000 22 Drum plastik 4 5 5 100,000 2,500,000 23 Pipa 20 40 - 11,250 450,000 24 Kran 2 5 10 45,000 2,250,000 25 Parang 4 8 5 80,000 3,200,000 26 Sekop 4 8 5 85,000 3,400,000 27 Pemasangan listrik 20 1 - 3,000,000 3,000,000 Total 3,842,031,932 Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan model skenario pertama layak untuk dilakukan. Analisis kelayakan model skenario satu ditinjau dari nilai NPV Rp 766,518,333 menyatakan bahwa usaha dengan model skenario pertama layak untuk diusahakan karena nilai NVP telah lebih besar dari 0 dengan lama pengembalian modal 8.09 tahun dan jumlah kompos yang harus diproduksi adalah 23,290.72 ton. Ditinjau dari sudut Net BC yang memberikan nilai 1.25 telah dinyatakan layak untuk dikelola karena sudah lebih besar dari satu. Bila investasi menggunakan pinjaman dengan tingkat suku bunga bank 13, maka usaha pengelolaan pelepah sawit menjadi mulsa dan kompos juga layak diusahakan karena nila IRR 25 telah lebih besar dari tingkat suku bunga. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial tersebut Tabel 5.6, dapat disimpulkan bahwa model skenario pertama dengan konsep model pengelolaan limbah secara terpusat layak untuk dilakukan. Tabel 5.5 Rincian biaya tenaga kerja skenario pertama No Item pekerjaan Jumlah TK Upah Rp Hari kerja hari Total Rp 1 Manager 1 300,000 298 89,400,000 2 Tenaga pengumpul pelepah 15 75,000 298 335,250,000 3 Operator traktor+trailer 2 75,000 298 44,700,000 4 Operator truk 2 75,000 298 44,700,000 5 Gudang penyimpanan pelepah 2 75,000 298 44,700,000 6 Tempat pencacahan dan pengempaan 2 75,000 298 44,700,000 7 Gudang mulsa pelepah 2 75,000 298 44,700,000 8 Gudang simpan cacah 2 75,000 298 44,700,000 9 Operator pencampur 2 75,000 298 44,700,000 10 Operator Pengaduk 2 75,000 298 44,700,000 11 Gudang bahan baku 2 75,000 298 44,700,000 12 Gudang kompos 2 75,000 298 44,700,000 13 Satpam 2 75,000 365 54,750,000 Total 38 926,400,000 Tabel 5.6 Kelayakan finansial pengelolaan pelepah sawit skenario pertama Kriteria investasi Nilai Satuan NPV 766,518,333 Rp Net BC 1.25 IRR 25 Payback Period 8.09 tahun BEP 23,290.72 ton

5.5.5 Analisis Kelayakan Skenario Kedua

Konsep model skenario kedua yaitu membangun dua unit pengolahan pelepah sawit dalam satu afdeling Lampiran 32. Potensi pelepah dari seluruh blok akan dibagi ke tempat pengelolaan pelepah A dan pengelolaan pelepah B. Jumlah potensi pelepah yang akan diolah pada tempat A setiap pekannya adalah 1,562 pelepah. Jumlah potensi pelepah yang akan diolah pada tempat B setiap pekannya adalah 2,343 pelepah. Blok panen pada setiap hari dan potensi pelepah dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada hari pertama dan kedua setiap pekannya maka tempat pengelolaan B tidak akan beroperasi karena pasokan pelepah tidak ada. Tempat pengelolaan B akan beroperasi saat hari ketiga sampai hari keenam dimana saat itu tempat pengelolaan pelepah A juga tidak akan beroperasi. Tabel 5.7 Blok panen dan potensi pelepah sawit harian skenario kedua Hari ke- Blok panen Luas panen ha Potensi pelepah kghari Potensi pelepah pelepahhari Tempat pengelolaan 1 A1, A2, B1, B2 120 7,420.93 781 A 2 C1, C2, D1, D2 120 7,420.93 781 3 C3, D3, D4 90 5,565.70 585 B 4 C4, C5, D5 90 5,565.70 585 5 A5, B5, A4 90 5,565.70 585 6 A4, A3, B3 90 5,565.70 585 Total pelepahminggu 37,104.66 3,905