Sifat Fisik Daun dan Pelepah Sawit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ke kua tan teka n kN Lama penyimpanan hari Pangkal 20 Tengah 20 Ujung 20 Pangkal 5 Tengah 5 Ujung 5

2.4.2 Sifat Mekanik Pelepah Sawit

Hasil uji penekanan pelepah yang diambil dari tanaman berusia 20 tahun dan berusia tanaman 5 tahun pada berbagai umur simpan dapat dilihat pada Gambar 2.5. Hasilnya menunjukkan bahwa cenderung terjadi penurunan nilai kekuatan tekan terhadap lama waktu penyimpanan. Pelepah segar membutuhkan nilai uji tekan yang lebih besar dibandingkan pelepah yang telah disimpan. Pelepah pada bagian pangkal memberikan nilai uji tekan yang paling besar dari bagian tengah dan ujung pelepah. Hal ini disebabkan oleh struktur serat pelepah bagian pangkal lebih padat sehingga menghasilkan nilai uji tekan yang lebih besar agar terjadi pemipihan. Perubahan bentuk yang lebih pipih mengakibatkan kerusakan struktur kulit dan parenkhim pelepah. Pada kondisi ini, pelepah dapat dijadikan mulsa tanaman. Kekuatan tekan yang dibutuhkan untuk menekan pelepah paling besar yang dihasilkan dari tanaman berusia 5 tahun adalah pada bagian pangkal yaitu sebesar 4,893.52 N. Pelepah yang dihasilkan tanaman yang berusia 20 tahun, kekuatan tekan yang paling besar terdapat pada bagian pangkal yaitu sebesar 8,134.62 N. Sebagai perbandingan menurut Lakkad dan Patel 1981, bambu memiliki kekuatan tekan sebesar 164,160 N. Besarnya kekuatan tekan untuk mengempa pelepah pada umur tanam 20 tahun ini akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan daya yang harus disediakan dalam perancangan mesin pencacah dan pengempa limbah panen sawit. Besarnya tahanan potong daun sawit dengan metode gunting Gambar 2.6 adalah sebesar 67.67 N pada bagian pangkal daun pada durasi penyimpanan 3 hari. Besarnya tahanan potong pada bagian pangkal daun sawit ini diduga disebabkan oleh besarnya diameter dari lidi pada bagian pangkal sawit. Besarnya Gambar 2.5 Hasil uji tekan pelepah pada berbagai durasi penyimpanan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 T aha na n potong N Lama penyimpanan hari Pangkal Daun Tengah Daun Ujung Daun diameter lidi ini menyebabkan tahanan potong yang dibutuhkan untuk memotongnya semakin besar. Besarnya tahanan potong daun sawit dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan metode pencacahan. Metode pencacahan daun sawit yang akan dipilih akan mentukan kualitas cacahan untuk proses pengomposan. Bernal et al. 2009 menyebutkan bahwa dimensi bahan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroorganisme pengomposan.

2.5 Simpulan

1. Panjang pelepah adalah 675.89 cm dengan berat pelepah 9.5 kg. Dimensi lebar maksimum dan minimum pelepah adalah 180 mm dan 11 mm, tinggi maksimum dan minimum pelepah adalah 64.5 mm dan 23.5 mm. Panjang daun di pangkal pelepah dan ujung pelepah adalah 103.89 cm dan 23.83 cm dengan berat daun per pelepah 3 kg. Diameter lidi, tebal daun dan lebar daun adalah 2.2 mm, 0.2 mm dan 27.22 mm. 2. Kekuatan tekan pelepah pada usia tanaman 20 tahun adalah 8,134.62 N dan pada usia tanaman 5 tahun adalah 4,839.52 N. Tahanan potong daun sawit maksimum 67.67 N per daun pada pangkal daun. 3. Hasil pengujian karakteristik fisik dan mekanik pelepah sawit digunakan sebagai dasar peracangan mesin pencacah yang terdiri dari tiga unit yaitu unit pengempa, penggunting dan pencacah. 4. Direkomendasikan dalam mendesain mesin pengempa pelepah dan pencacah daun sawit mengikuti karakteristik yang telah diperoleh dari hasil penelitian bab ini. Gambar 2.6 Hasil uji tahanan potong daun sawit pada berbagai durasi penyimpanan 3 Karakterisasi Pengomposan Daun Sawit Sebagai Bahan Dasar Pupuk Kompos

3.1 Pendahuluan

Perkebunan kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. yang cukup berkembang di negara penghasil utama Indonesia dan Malaysia selain mendorong perekonomian, juga menyisakan permasalahan lingkungan Rupani et al. 2010. Limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit dapat berupa limbah padat seperti tandan kosong, pelepah sawit dan daun sawit. Guna mengatasi berbagai permasalahan yang timbul terkait limbah padat kelapa sawit seperti pelepah sawit dan daun sawit, dimunculkanlah beberapa gagasan pemanfaatan yang kesemuanya bertujuan sebagai upaya pengurangan dampak limbah tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan guna memanfaatkan limbah kelapa sawit, yaitu sebagai bahan dasar panel komposit Khalid et al. 2015, bubur kertas Hussin et al. 2014, bioetanol Boateng dan Lee 2014 dan gas bakar dengan proses gasifikasi Guangul et al. 2014. Namun demikian, pemanfaatan-pemanfaatan tersebut tampak rumit dengan melibatkan proses yang panjang dengan biaya investasi yang tidak sedikit. Pemanfaatan yang lebih sederhana dari limbah kelapa sawit salah satunya adalah dengan mengkonversinya menjadi pupuk organik. Hal ini lebih memungkinkan mengingat proses yang cukup mudah dan biaya relatif murah. Selain itu, produk hasil konversinya dapat langsung dimanfaatkan di areal kebun sebagai tambahan zat hara pada tanah. Namun, pemanfaatan menjadi pupuk organik di lapangan belum banyak dilakukan pada perkebunan milik rakyat maupun industri Kala et al. 2009. Penelitian terkait pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit menjadi pupuk organik telah banyak dilakukan sebelumnya. Seperti penelitian oleh Ermadani dan Muzar 2011 yang melakukan kajian pengaplikasian limbah cair pada tanaman kedelai. Rupani et al. 2010 juga melakukan kajian pra-perlakuan berupa pengomposan dengan metode vermikompos pada limbah cair sebelum diaplikasikan pada lahan. Kajian oleh Ahmad et al. 2011 terkait pemanfaatan daun sawit yang didekomposisi dengan bantuan sludge limbah cair pabrik kelapa sawit. Beberapa penelitian yang telah disebutkan, pengkonversian limbah padat umumnya dilakukan dengan bantuan limbah cair pabrik kelapa sawit. Hal ini dipandang kurang menguntungkan dari perspektif aplikasi, mengingat lokasi pabrik yang umumnya berjauhan dengan lokasi kebun sebagai sasaran penggunaan pupuk organik. Guna mengatasi permasalahan tersebut, metode pengomposan dapat dilakukan dengan sistem bak tumpukan bin method yang dapat ditempatkan di beberapa titik di dalam kebun. Metode tersebut juga memungkinkan terakomodasinya potensi bahan organik lain yang cukup melimpah di sekitar kebun seperti kotoran sapi. Penelitian ini adalah untuk menentukan teknik dan mengkarakterisasi proses pengomposan limbah daun sawit dengan sistem bak tumpukan bin method sebagai bahan dasar pupuk organik potensial dengan dua faktor perlakuan, sekaligus guna mengetahui interaksi antar faktor perlakuan yang diberikan. Faktor perlakuan yang dimaksud meliputi komposisi bahan katalisator kompos dan