Penyusutan Massa Selama Proses Pengomposan

Penelitian oleh Bernal et al. 2009 menyatakan bahwa besarnya partikel kompos dan distribusinya merupakan faktor yang sangat penting guna menyeimbangkan luas permukaan partikel untuk pertumbuhan mikroorganisme dan mempertahankan aerasi udara yang cukup untuk proses pengomposan. Partikel kompos yang lebih besar mengakibatkan menurunnya rasio luas permukaan terhadap massa. Kompos dengan partikel yang lebih besar tidak terdekomposisi dengan baik karena bagian dalam dari partikel sulit dijangkau oleh mikroorganisme. Namun demikian, partikel kompos yang terlalu kecil akan mengakibatkan produk kompos yang padat dan porositasnya berkuran. Porositas dari produk kompos yang dihasilkan, masih oleh peneliti yang sama, ditentukan oleh faktor-faktor yang terkait bahan penyusun kompos, meliputi ukuran partikel dan distribusinya, bentuk, kepadatan, serta kadar air.

3.3.3 Kandungan Zat Hara Hasil Proses Pengomposan

Hasil pengukuran zat hara berupa unsur NPK dan rasio CN ditampilkan pada Tabel 3.2. Hasil analisa statistik berupa sidik ragam faktorial pada data yang diperoleh menunjukkan bahwa unsur hara NPK pada dua kali pengukuran 10 dan 20 minggu tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kombinasi kedua faktor perlakuan yang diberikan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh rasio CN pada pengukuran 10 minggu, dimana paduan kedua faktor perlakuan mempengaruhi signifikan terhadap rasio CN yang terkandung pada produk kompos. Pada pengukuran rasio CN 20 minggu, diketahui bahwa interaksi antar faktor perlakuan tidak signifikan. Hasil penelitian ini memiliki kecenderungan yang sama terkait unsur NPK dan rasio CN dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhaimi dan Ong 2001 yang melakukan proses pengomposan dengan bahan dasar tandan kosong sawit fruit empty bunch. Hasil uji statistik kandungan NPK memberikan indikasi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan yang digunakan. Namun, kandungan unsur NPK secara nilai terlihat kenaikannya. Suhaimi dan Ong 2001 juga menemukan hal yang sama saat melakukan pengomposan tandan kosong sawit dimana kandungan unsur NPK pada produk kompos cenderung naik seiring dengan berjalannya waktu pengomposan. Kecenderungan yang berbeda terdapat pada rasio CN, dimana seiring dengan berjalannya waktu pengomposan, nilai rasio CN akan menurun. Penelitian tersebut juga menyebutkan faktor lain selama proses pengomposan, seperti pengomposan terbuka atau tertutup serta pemberian pengadukan pada tumpukan bahan akan mempengaruhi nutrisi yang terkandung pada produk kompos yang dihasilkan. Adapun hasil kompos berbahan dasar daun sawit yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.4. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, tampak bahwa kombinasi proses pengomposan dengan komposisi kompos bokashi dengan ukuran cacahan daun 2 cm dengan durasi pengomposan 10 minggu, merupakan kombinasi proses yang optimal. Hal ini mengingat unsur hara NPK yang tidak dipengaruhi secara nyata oleh kombinasi faktor perlakuan yang diberikan. Selain itu, komposisi kompos bokashi dengan ukuran cacahan daun sawit 2 cm lebih dipilih karena lebih mudah dari sisi ekonomi dan kepraktisan pembuatan. Tabel 3.2 Hasil pengukuran kandungan unsur NPK dan rasio CN pada produk kompos Lama pengomposan Jenis pupuk Kandungan N Cacahan 2 cm Cacahan 4 cm Cacahan 6 cm 10 Minggu Bokashi 0.93 0.87 0.80 Natural 0.82 0.75 0.65 Vermikompos 0.84 0.82 0.72 20 Minggu Bokashi 0.99 0.95 0.92 Natural 0.89 0.85 0.83 Vermikompos 0.92 0.90 0.87 Lama pengomposan Jenis pupuk Kandungan P Cacahan 2 cm Cacahan 4 cm Cacahan 6 cm 10 Minggu Bokashi 1.18 1.13 1.02 Natural 0.89 0.85 0.82 Vermikompos 0.95 0.89 0.85 20 Minggu Bokashi 1.37 1.34 1.31 Natural 1.27 1.27 1.18 Vermikompos 1.29 1.25 1.22 Lama pengomposan Jenis pupuk Kandungan K Cacahan 2 cm Cacahan 4 cm Cacahan 6 cm 10 Minggu Bokashi 0.29 0.27 0.23 Natural 0.27 0.21 0.17 Vermikompos 0.27 0.26 0.24 20 Minggu Bokashi 0.35 0.32 0.31 Natural 0.29 0.28 0.22 Vermikompos 0.31 0.30 0.28 Lama pengomposan Jenis pupuk Rasio CN Cacahan 2 cm Cacahan 4 cm Cacahan 6 cm 10 Minggu Bokashi 13.37a 13.90b 14.40c Natural 18.30a 18.67b 18.67c Vermikompos 14.73a 15.85b 18.24c 20 Minggu Bokashi 11.05 11.65 12.09 Natural 12.72 12.98 13.24 Vermikompos 12.21 12.58 13.15 Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 Penggunaan pupuk kompos dengan metode bokashi dari daun sawit berdasarkan kandungannya dapat mensubsitusi 44.9 penggunaan pupuk urea. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 62. Limbah pelepah sawit yang dihasilkan sebanyak 18 pelepah setiap tahun dapat dikelola untuk menghasilkan 414 g Npohon sawit setiap tahun. Subsitusi ini dapat menjadi nilai tambah pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit berbasis ramah lingkungan.

3.4 Simpulan

Daun sawit merupakan limbah padat perkebunan yang potensial guna dikonversi menjadi pupuk organik melalui proses pengomposan. Proses pengomposan dengan komposisi bokashi dianggap lebih baik dari komposisi lainnya berdasarkan pertimbangan pengurangan massa dan kadungan N, P, K dan rasio CN. Selain itu, dimensi cacah daun sawit berukuran lebih kecil lebih direkomendasikan terkait dengan kemampuan mikroorganisme yang lebih baik dalam mengurai bahan organik yang berukuran lebih kecil. Kombinasi proses pengomposan dengan komposisi kompos bokashi dengan ukuran cacahan daun sawit 2 cm dengan durasi pengomposan 10 minggu, direkomendasikan sebagai kombinasi kondisi proses pengomposan yang optimal untuk daun sawit. Durasi Pengomposan 10 minggu Durasi Pengomposan 20 minggu a b c Gambar 3.4 Pupuk kompos berbahan dasar daun sawit a vermikompos b bokashi c natural