Sintaks Pembelajaran Model PBL Problem Based Learning

3 Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, 4 Membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, 5 Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran, 6 Meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar siswa, 7 Memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang siswa miliki kedalam dunia nyata, 8 Mengembangkan berpikir kritis siswa. Kelebihan lainnya dari model PBL adalah sebagai berikut: 39 1 Realistis dengan kehidupan siswa, 2 Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, 3 Memupuk sifat inquiry siswa, 4 Retensi konsep jadi kuat, 5 Memupuk kemampuan Problem Solving. Adapun penjelasan mengenai kelemahan model PBL adalah sebagai berikut: 40 1 Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 2 Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk persiapan dan pelaksanaannya, 3 Tanpa pemahaman yang cukup, siswa tidak akan mendapati pengalaman belajar bermakna seperti yang diharapkan. Kekurangan lainnya dari model PBL ini adalah sebagai berikut: 41 1 Persiapan pembelajaran alat, problem, konsep yang kompleks, 2 Sulitnya mecari prolem yang relevan, 3 Sering terjadi miss conception, 39 Trianto, op. cit., h. 96. 40 Ibid. 41 Ibid., h. 97. 4 Konsumsi waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut. Dari penjelasan diatas, pembelajaran PBL diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang berbasis pengetahuan akademik pengetahuan deklaratiffaktual dalam pengetahuan metakognitif, pengetahuan yang dibutuhkan untuk profesi pengetahuan prosedural dalam kemampuan metakognitif, dan konteks untuk memecahkan masalah pengetahuan kondisional dalam kemampuan metakognitif. 42 Pada kesadaran metakognitif siswa terutama pada tingkat pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, monitoring, dan evaluasi pada diri siswa. Dalam beberapa penelitian, PBL mampu meningkatkan kemampuanpengetahuan dan keterampilan metakognitif di tingkat dasar. Penelitian juga membuktikan bahwa para siswa jauh lebih tertarik pada solusi yang dibutuhkan dan hasil akhir permasalahan yang diangkat bukan pada kesesuaian prosedur langkah kerja dalam mencari solusi dan jawaban dari permasalahan yang diangkat. 43

4. Metakognitif

Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena metakognitif menggunakan proses kognitif yang dimiliki untuk merenungkan proses kognitif tersebut. 44 Sedangkan menurut John Flavell dalam Desmita, metakognitif berarti “knowing about knowing ” pengetahuan tentang pengetahuan dan menurut McDevitt dan Ormrod dalam Desmita, “Metakognitif merupakan pengetahuan yang berisi mengenai 42 Kevin Downing, “Problem-Based Learning and Metacognition”, As, J, Education Learning Vol. 12, 2010, h. 75-96. 43 Cemal Tosun dan Erdal Senocak, “The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes Toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds”, Australian Journal of Teacher Education Vol. 38, 3 Maret 2013. 44 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, cet. 2, h. 132. kognitif maupun proses kognitif itu sendiri guna meningkatkan hasil pembelajaran dan memori ”. 45 Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Metakognitif berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. 46 Sementara itu, Bouffard dkk dalam Desmita menyatakan, “Metakognitif merupakan pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan kognitif juga penilaian diri sebagai bentuk latihan ketika menerapkan kognitif yang diperoleh ”. 47 Menurut Gagne seperti dikutip Dewi menyatakan bahwa metakognitif berarti kemampuan seseorang untuk mengatur alur berpikir, memutuskan, memilah, memilih, bahkan untuk melakukan introspeksi demi perbaikan pola pikir itu sendiri dan merupakan bagian dari pengetahuan strategi kognitif. 48 Menurut Hartman seperti dikutip Debra McGregor, “Metakognisi sangat penting karena dapat mempengaruhi pemahaman, retensi, dan penerapan apa yang dipelajari selain memengaruhi efisiensi belajar, bepikir kritis, dan memecahkan masalah ”. 49 Metakognitif tidak sama dengan kognitif atau proses berpikir seperti membuat perbandingan, ramalan, menilai, membuat sintesis atau menganalisis. Sebaliknya, metakognitif merupakan suatu kemampuan dimana individu mencoba untuk memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan functional planning, pengontrolan self monitoring, dan evaluasi self evaluation. 50 45 Ibid. 46 Sofan Amri Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010, h. 149. 47 Desmita, loc. cit. 48 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, cet. 2, h. 89. 49 Debra McGregor, Developing Thinking Developing Learning A Guide to Thinking Skills in Education, New York: McGraw Hill, 2007, pp. 211. 50 Desmita, loc. cit.