42
C. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap 9 subjek  yang merupakan anak dari orangtua bercerai,  yang  berada pada masa pertengahan dan akhir anak-anak.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beragam persepsi mengenai keluarga dan orangtua.  Sebagian  besar subjek subjek 1, 2, 3, 4, 6 , 7, 8, dan 9, ibu
relatif  dipersepsikan  secara  positif.  Tiga  subjek  lainnya  subjek  6,  7,  dan  8 mempersepsikan  ayah  secara  positif,  sedangkan  tiga  subjek  subjek  1,  3,  5
mempersepsikan  ayah  secara  negatif.  Pada  dua  subjek  subjek  7  dan  9 melihat  keseluruhan  mengenai  keluarga  dan  orangtua  secara  positif.  Dua
subjek  subjek  8  dan  5  memandang  keseluruhan  mengenai  keluarga  dan orangtua  secara  negatif.  Selain  itu,  ditemukan  satu  subjek  yang  tampak
khusus  yaitu  subjek  5  memandang  keluarga  dan  orangtua  seluruhnya  secara negatif.  Persepsi-persepsi  positif  maupun  negatif  yang  muncul  tersebut
dipengaruhi  oleh  faktor  pengalaman  dan  pengetahuan  pada  anak  Wade  dan Tavris, 2008.
Sebagian besar subjek yaitu delapan dari sembilan subjek subjek 1, 2, 3,  4,  6,  7,  8,  dan  9,  ibu  relatif  dipersepsikan  secara  positif.  Persepsi  positif
yang  paling  dominan  muncul  mengenai  ibu  yaitu  ibu  yang  menyayangi, merawat,  melindungi,  mengarahkan  anak,  menemani,  dan  melakukan
kegiatan bersama anak, serta memenuhi kebutuhan keluarga. Persepsi positif tersebut  dipengaruhi  oleh  kehadiran  ibu,  walaupun  subjek  tidak  tinggal  dan
diasuh oleh ibu tinggal ayah ataupun sanak saudara, seperti kakek dan nenek,
43
atau  budhe  dan  pakdhe,  namun  kehadiran  ibu  tetap  ada  untuk  membantu subjek.
Empat  dari  sembilan  subjek  lainnya  subjek  4,  6,  7,  dan  8 memandang ayah secara positif, memandang ayah  yang melakukan kegiatan
bersama  keluarga,  mencari  nafkah  atau  memenuhi  kebutuhan  keluarga. Persepsi  yang  dominan  muncul  antara  lain  ayah  yang    melakukan  kegiatan
bersama keluarga, dan mencari nafkah atau memenuhi kebutuhan keluarga. Dua  dari  sembilan  subjek  subjek  7  dan  9  melihat  keluarga  secara
positif. Persepsi yang dominan muncul adalah keluarga sebagai keluarga yang melakukan  kegiatan  bersama  dan  bahagia.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  subjek
yang memperoleh kasih sayang dari orang-orang dilingkungan keluarga. Selain  persepsi  positif  terdapat  juga  persepsi  negatif  mengenai
orangtua dan keluarga. Tiga dari sembilan subjek subjek 1, 3, 5 memandang ayah secara negatif. Persepsi yang dominan muncul meliputi ayah yang tidak
memperhatikan  anak,  melakukan  kesalahan  memiliki  sifat  tidak  baik  dan tidak harus ditiru. Persepsi tersebut muncul akibat, ayah melakukan kesalahan
yaitu ayah yang tidak memiliki pekejaan dan ayah yang pergi dari rumah. Dua subjek lainnya subjek 8 dan 5, memandang secara keseluruhan
mengenai  keluarga  dan  orangtua  secara  negatif.  Persepsi  yang  dominan muncul adalah keluarga yang tidak harmonis, orangtua yang tidak harmonis,
ayah yang tidak memperhatikan anak, ayah yang mempunyai sifat tidak baik ibu yang tidak bersama anak ketika anak membutuhkan.
44
Pada  subjek  5  melihat  keseluruhan  keluarga  dan  orangtua  secara negatif.  Persepsi  negatif  tersebut  dipengaruhi  oleh  subjek  yang  tidak  diasuh
dan  tinggal  dengan  salah  satu  orangtuanya.  Selain  itu,  sebelum  perceraian terjadi  subjek  sering  melihat  ayah  dan  ibu  bertengkar,  pertengkaran  tersebut
membuat  orangtua  kurang  memperhatikan  subjek.  Hal  tersebut  berdampak pada subjek dan adiknya yang harus mengalami penundaan sekolah selama 2
tahun.  Kemudian,  setelah  perceraian  ayah  tidak  hadir  lagi  dan  adanya hambatan kehadiran ibu ibu mengunjungi subjek ketika hari raya.
Penelitian  yang  berfokus  keluarga  dan  orangtua  menemukan  bahwa ragam  persepsi  yang  muncul  dapat  pula  dilihat  secara  positif  atau  negatif
berdasarkan  dampak  perceraian  orangtua  yang  diberikan  kepada  anak. Orangtua yang dapat mengatasi masalah perceraian dapat memberikan sedikit
dampak  negatif  pada  anak,  sehingga  anak  memiliki  hubungan  sosial  yang lebih  baik.  Sedangkan  hubungan  kedua  orangtua  yang  memburuk  pasca
perceraian membuat anak merasa  kecewa, tertekan, takut, dan marah Dewi dan  Utami,  2008.  Hal  tersebut,  kemudian  akan  mengakibatkan  perubahan
hubungan antara orangtua dan anak. Persepsi  mengenai  keluarga  dari  anak-anak  yang  mengalami
perceraian  orangtua  dipahami  sebagai  keluarga  yang  melakukan  kegiatan bersama dan bahagia, akan tetapi keluarga juga dilihat sebagai keluaga  yang
tidak harmonis, berkurangan, berbohong, mengalami masalah atau kesulitan, dan  membutuhkan  bantuan.  Hasil  penelitian  yang  dilakukan  Dariyo  2004
45
menjelaskan  perubahan  situasi  akibat  perceraian  membuat  anak-anak  tidak memiliki keluarga yang utuh, dan anak merasa tidak bahagia.
Persepsi  mengenai  orangtua  dipahami  sebagai  orangtua  yang menemani,  melindungi,  menyayangi,  memenuhi  kebutuhan  anak  dan
keluarga,  serta  mengutamakan  anak.  Akan  tetapi,  orangtua  juga  dilihat sebagai  orangtua  yang  melakukan  kesalahan  dan  tidak  menjalankan  peran.
Ketidakharmonisan  dalam  keluarga  akibat  perceraian,  mengakibatkan kebutuhan  anak  tidak  terpenuhi  Eros  dalam  Apollo  dan  Ancok,  2003,  dan
kehilangan perhatian dari orangtua mereka Ekos, Mardiana The, dan Hastuti, 2010.  Selain  itu,  Orangtua  yang  tidak  memberikan  pemahaman  mengenai
perceraian  yang  terjadi  membuat  anak  mengembangkan  persepsi  mereka sendiri mengenai perceraian tersebut, anak memiliki kebinggungan, perasaan
sakit hati, dan sulit menerima perceraian Dewi dan Utami, 2008 Persepsi  mengenai  ayah  dari  anak-anak  yang  mengalami  perceraian
orangtua yaitu ayah dipahami sebagai ayah yang melakukan kegiatan bersama keluarga,  mencari  nafkah  atau  memenuhi  kebutuhan  keluarga.  Akan  tetapi
ayah  yang  melakukan  kesalahan,  tidak  berdaya,  tidak  menjalankan  peran, tidak  memperhatikan,  dan  tidak  merawat  anak.  Persepsi  ini  dipengaruhi
interaksi atau komunikasi yang terjalin antara ayah dan anak kurang berjalan dengan  baik,  serta  pengalaman  anak  tentang  ayah  saat  konflik  terjadi.
Kemudian  akan  berdampak  pada  pemikiran  anak  yang  negatif  tentang  ayah, anak  merasa  tidak  aman,  sedih,  kehilangan,  kesepian,  serta  merasa  tidak
dicintai.
46
Pemahaman  anak  mengenai  ibu  sebagai  ibu  yang  menyayangi, merawat,  melindungi,  mengarahkan  anak,  menemani,  dan  melakukan
kegiatan bersama anak, serta memenuhi kebutuhan keluarga. Akan tetapi ibu juga  dipahami  sebagai  ibu  yang  tidak  hadir-  tidak  melindungi  anak.  Hal  ini
disebakan  karena  orangtua  setelah  perceraian  mendapat  tugas  ganda  yaitu peran  ibu  atau  ayah  menjadi  bertambah  sebagi  pencari  nafkah,  pengasuhan
anak, pendidik anak Suyani, 2006. Persepsi positif tentang ibu dipengaruhi oleh  relasi  awal  yang  terbentuk  dengan  ibu,  relasi  yang  positif  akan
berdampak baik  bagi relasi  anak di  sepanjang  hidupnya dengan orang-orang dilingkungan  sosialnya.  Anak  akan  merasa  aman  secara  emosional,  menjadi
anak  yang  percaya  diri  untuk  bersosialisasi  dengan  lingkungan  sekitar  dan dapat membangun hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebayanya.
Selain  itu,  anak-anak  ini  juga  dapat  mengatasi  dampak  dari  perceraian orangtua mereka.
Secara keseluruhan persepsi-persepsi mengenai keluarga dan orangtua dari  anak  yang  mengalami  perceraian  orangtua,  terdapat  persepsi  yang
bertentangan  antara  persepsi  positif  dan  negatif.  Kemunculan  persepsi  ini dapat  disebabkan  oleh  perceraian  yang  membuat  anak  kehilangan  kasih
sayang  dari  orangtuanya,  serta  interaksi  antara  orangtua  dan  anak  menjadi berkurang  atau  bahkan  hilang  Bahransyat,  2009.  dampak  perceraian  yang
membuat  anak  memiliki  harapan  dan  kebutuhan  kepada  keluarga  dan orangtua.  Adanya  keinginan  keluarga    yang  utuh,  bahagia,  dan  melakukan
kegiatan  bersama-sama.  Berdasarkan  penjelasan  tersebut,  peneliti  menarik
47
kesimpulan  bahwa  persepsi-persepsi  anak  tidak  hanya  dipengaruhi  oleh pengalaman real saja tetapi juga dari pemikiran anak itu sendiri terlepas dari
peristiwa  atau  pengalaman  terkait  dengan  perceraian.  Menurut  Walgito 2003  bahwa  pembentukan  persepsi  selain  dipengaruhi  oleh  pengalaman,
juga  dipengaruhi  oleh  harapan,  pikiran,  perasaan,  dan  situasi  yang  melatar belakangi munculnya persepsi tersebut. Afek negatif dan ketidak puasan anak
dalam  kehidupannya  dapat  akibat  perceraian  didalam  keluarga,  yang kemudian  akan  membentuk  persepsi  yang  negatif  terhadap  keluarga  dalam
penelitian Dewi dan Utami, 2008.
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  terhadap  sembilan  anak dari  orangtua  bercerai,  ditemukan  sebagian  besar  subjek  delapan  subjek
memandang ibu relatif secara positif; sedangkan ayah, orangtua, dan keluarga dipersepsikan  secara  beragam  dari  segi  positif  dan  negatif  berdasarkan
dampak perceraian orangtua yang diberikan kepada anak. Secara keseluruhan persepsi-persepsi mengenai keluarga dan orangtua dari anak yang mengalami
perceraian  orangtua,  terdapat  persepsi  yang  bertentangan  antara  persepsi positif  dan  negatif.  Kemunculan  persepsi  ini  dapat  disebabkan  oleh  dampak
perceraian  yang  membuat  anak  memiliki  harapan  dan  kebutuhan  kepada keluarga dan orangtua.  Adanya keinginan keluarga   yang utuh,  bahagia,  dan
melakukan kegiatan bersama-sama. Oleh sebab itu, persepsi anak tidak hanya dipengaruhi  oleh  pengalaman  real  saja  tetapi  juga  dari  pemikiran  anak  itu
sendiri.