SUBJEK 2 1.
Identitas Subyek
Nama : MIL
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 3 Desember 2000
Usia : 10 tahun
Pendidikan Terakhir : TK
Pekerjaan : Pelajar
Urutan kelahiran : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Agama : Katolik
Status Pernikahan : Belum menikah
2. Identitas Orangtua Subyek
Keterangan Orangtua
Ayah Ibu
Nama M
E Usia
50 tahun 48 tahun
Pendidikan Terakhir
SMA D3
Pekerjaan Swasta
Ibu Rumah Tangga Agama
Islam Katolik
Status Pernikahan Berpisah
Berpisah
3. Identitas Saudara
Keterangan Urutan Kelahiran
Anak ke-1
Nama IK
Usia 12,5 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pendidikan Terakhir SD
Pekerjaan Pelajar
Agama Katolik
Status Pernikahan Belum Menikah
Keterangan Kandung
61
4. LATAR BELAKANG
Subyek  adalah  anak  kedua  dari  dua  bersaudara.  Kakak  laki-lakinya berada di atasnya 2,5 tahun. Relasi di dalam keluarga subyek kurang harmonis
karena  ayah  dan  ibu  subyek  telah  berpisah  beberapa  tahun  yang  lalu.  Setelah perpisahan  itu,  ayah  subyek  sama  sekali  tidak  pernah  menemui  subyek  lagi.
Hal ini membuat subyek benar-benar tergantung  pada figur ibunya. Meskipun demikian,  subyek  mengungkapkan  bahwa  dirinya  merindukan  kehadiran
ayahnya.
Kenangan  masa  kecil  yang  berkesan  bagi  subyek  yaitu  ketika  subyek pergi  ke  Bali bersama nenek dan ibunya.  Subyek merasakan masa-masa  yang
indah  karena  dapat  menikmati  keindahan  Pulau  Bali.  Saat  itu  subyek mengunjungi  tempat  wisata  seperti  Tanah  Lot,  Sangeh,  Kintamani,
Karangasem,  Tampak  Siring  dan  Sukowati.  Hubungan  dengan  kakak kandungnya  sering  diwarnai  pertengkaran  karena  perbedaan  pendapat,  saling
mengejek,  berebut  barang  atau  makanan,  saling  memukul  dan  lain-lain. Pertengkaran  ini  akan  berakhir  bila  salah  satunya  menangis  dan  dilerai  oleh
ibunya.
5. Analisis Tematik Tiap Kartu
Kartu 1 Cerita :
Ini Mbak Putri punya gambar yang pertama. Bisa diceritain. Jadi, suatu hari ada. Pada suatu hari  ada  sebuah  keluarga  yang.  Eee…  Bahagia,  rukun.  Mereka  itu  tidak  pernah  bertengkar.
Pada  suatu  hari,  mereka  pun  mengikuti  undian.  Mereka  itu  masukkan  lagi  ke  kotak  yang mereka,  kotak  itu  yang  tadi  mereka  ambil  untuk  ada  di…  Ada..  Keesokan  paginya  mereka
mendapat  undangan.  Mereka  menang  undian.  Mereka  mendapat  uang  yang  sangat  banyak. Mereka  pun  senang.  Mereka  pindah  rumah  dari  desa  ke  kota.  Nah,  orang  itu,  orangtuanya
mereka  itu  tidak  lagi  menjadi  tukang  becak  dan  ibu  rumah  tangga.  Mereka  pun  mempunyai pekerjaan.  Pekerjaan  yang  pertama  yaitu  ayahnya.  Ayahnya  bekerja  di  sebuah  kantor  yang
sangat  terkenal  pada  saat  itu.  Dan  yang  kedua  ibunya.  Ibunya  bekerja  di  sebuah  salon  yang memang hanya untuk artis. Mereka pun tidak pernah bersama-sama lagi. Hidupnya hanya ada
pertengkaran,  pertengkaran,  dan  pertengkaran.  Mereka  pun  sudah  tidak  bisa  makan  bersama, ke gereja bersama. Pada suatu hari, anak yang pertama, dia, yaitu Doni. Doni pun memikirkan,
“  Kapan  kita  bisa  gereja  bersama,  makan  bersama?”.  Pada  suatu  hari,  ayah  dan  ibunya  pun tidak pulang terlalu malam. Doni pun mengajak, “Ayah, ibu, ayo kita makan bersama.” Ibu itu
pun  berbicara,”Tapi  kita  tidak  mempunyai  apa-apa.”  “Ya  sudah,  kita  ke  rumah  makan  saja Bu.“ Ayah itu berbicara, “Baiklah.” “Iya Bu”, begitu juga kata Doni. Pada akhirnya, mereka
pun  makan  ke  rumah  makan.  Pada  akhirnya  mereka  pun  pulang  dengan  perut  yang  kenyang dan  hati  yang  senang  karena  mereka  bisa  makan  bersama  seperti  dulu  lagi.
Ok… Eee… Ini, Doni  yang  mana  ya?  Ini.  Terus,  ini  siapa  ya?  Nita.  Ini  adek  apa  kakak?  Ini  anak  kedua.
Anak kedua. Terus, ini? Itu anak terakhir. Namanya? Namanya Billy.  Billy. Ok. Laras lihat gak ini ada gambar ini? Ada. Bisa diceritain gak itu siapa?
Itu ceritanya tuh. Eee… Ayahnya yang senang melihat mereka bisa bersama kembali.
62
Inquiry :Sekarang kita ulang lagi dari gambar yang pertama.
Laras masih inget kan ceritanya?  Ini kalau kartu yang pertama, Laras dapat idenya darimana sih?  Itu aku tuh pernah. Jadi, aku tuh punya teman.
Dia itu selalu. Dulu dia tuh emang ya kaya ya, tapi selalu dimanja. Setelah besar, orangtuanya mulai kerja. Dia pun tidak pernah merasakan kebahagiaan
yang dulu lagi. Sumber cerita
: Pengalaman orang lain Tokoh
: Doni Anak laki-laki
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Keluarga  yang.  Eee… Bahagia, rukun. Mereka itu
tidak pernah bertengkar. Mereka  pun  mempunyai
pekerjaan.  Pekerjaan  yang pertama
yaitu ayahnya.
Ayahnya  bekerja  di  sebuah kantor yang sangat terkenal
pada  saat  itu.  Dan  yang kedua
ibunya. Ibunya
bekerja  di  sebuah  salon yang  memang  hanya  untuk
artis.
Merekapun  tidak  pernah bersama-sama
lagi. Hidupnya
hanya ada
pertengkaran, pertengkaran,
dan pertengkaran.  Mereka  pun
sudah  tidak  bisa  makan bersama,
ke gereja
bersama. Jika  sebuah  keluarga
yang hidup harmonis Jika
orangtua memperoleh pekerjaan
Jika  orangtua  sibuk dan
tidak pernah
bersama-sama maka
terjadi  pertengkaran Terdapat
persepsi tentang keluarga yang
harmonis Persepsi
tentang orangtua
yang memenuhi  kebutuhan
keluarga
Keluarga  yang  tidak harmonis
Kartu 3 Cerita :
Kita ke gambar yang ke? Tiga. Ya, ini coba diceritain. Gambar yang ketiga ada seorang yang kaya  raya  bernama  Pak  Willy.  Dan  dia  pun  memiliki  anak  yang  bernama  Liam.  Pada  suatu
ketika,  Pak  Willy  itu  pun  sedang  berpikir  bagaimana  untuk  kelanjutan  hidup  anak  kita  yang masih  kecil  padahal  Pak  Willy  dan  istrinya  itu  sudah  tua  sekali.  Kira-kira  umurnya  sudah  59
tahun.  Sedangkan  anaknya  baru  berumur  8  tahun.  Mereka  pun  bingung.  Bagaimana  jika  kita telah meninggal. Anak kita siapa yang mengurusnya. Bu Willy pun berbicara seperti Pak Willy
berbicara, “Tidak usah takut karena kita pasti diberi umur panjang oleh Tuhan Yesus Kristus. Anak  kita  pun  bisa  kita  hidupi  sampai  dia  menikah.”  “Tapi  mana  mungkin?”  Bu  Willy  pun
berbicara,”Apa yang tidak bisa bagi Tuhan?” Pak Willy pun berbicara,”Kita tidak perlu takut karena kita akan diberi umur panjang dan kekuatan untuk merawat anak kita yang masih kecil
ini.  Kenapa  kita  takut?  Karena.  Mengapa  kita  tidak  boleh  takut?”  Bu  Willy  itu  pun berkata,”Mengapa  kita  harus  takut  karena  kita  pun  bisa  merawat  anak  itu  karena  aku  yakin,
umurku  akan  panjang  sekali  sampai  tak  terhingga.  Anak  kita  pun  bisa  mempunyai  cucu  bagi
63
kita  dan  mempunyai  cicit  bagi  kita.  Eee.  Pada  akhir  ceritanya  Pak  Willy  dan  Bu  Willy mempunyai  umur  yang sangat panjang. Umurnya 123 tahun. Anak itu pun  sudah  mempunyai
banyak sekali keturunan. Pa k Willy pun berkata,”Bu, apa yang kubilang? Benar kan? Anak kita
akan  mempunyai  umur  yang  panjang  dan  keturunan  yang  banyak.  Nah,  itu  perasaannya gimana?  Perasaan  Pak  Willy  pun  senang  karena  dia  memiliki  keturunan  yang  banyak  dan
yakin.
Selesai? Lanjut ya…
Inquiry : Kalau yang ini darimana? Aku ngarang sendiri.
Ngarang sendiri? Nggak dapat ide darimana gitu? Sama sekali enggak? Nggak terinspirasi, “Oh, ya dulu aku pernah nih, atau gimana gitu? Nggak?
Benar-benar ngarang sendiri? He-eh. Oke. Sumber cerita
: Imajinasi Tokoh
: Pak Willy
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Pak  Willy  itu  pun  sedang berpikir  bagaimana  untuk
kelanjutan  hidup  anak  kita yang masih kecil
Bu Willy
itu pun
berkata,”Mengapa kita
harus  takut  karena  kita  pun bisa  merawat  anak  itu
karena  aku  yakin,  umurku akan panjang sekali sampai
tak terhingga. Jika  ada  orangtua
yang memikirkan
kelanjutan hidup
anaknya Orangtua  yang  dapat
merawat anaknya Terdapat
persepsi tentang  ayah  yang
memenuhi  kebutuhan anak
Orangtua yang
bersama-sama merawat dan menjaga
anak
Kartu 4 Cerita :
Gambar  selanjutnya  yang  keberapa?  Empat.  Empat.  Gambarnya  ada  seorang  ibu-ibu  yang menggendong anak dan anaknya yang bersepeda. Suatu hari, hari pun mulai petang. Ibu itu pun
ada acara arisan yang rumahnya sangat jauh tapi suaminya pun belum datang jua. Dia terpaksa membawa  anak-anaknya  untuk  pergi  arisan.  Dia  pun  tidak  mempunyai  babysitter  karena  dia
yakin  dia  bisa  merawat  anaknya  sendiri  sampai  besok  besar.  Ibu  itu  pun  kebingungan  karena hari  sudah  petang,  cuacanya  buruk.  Dia  pun  berusaha  bagaimana  caranya  agar  aku  bisa
merawat,  melakukan  aktivitasku  seperti  biasanya  dan  menjaga  anakku.  Ibu  itu  pun kebingungan.  Akhirnya,  ibu  itu  menelpon,”Yah,  kapan  kamu  pulang?”  “Aku  sebentar  lagi
pulang.” “Ya sudah, aku hanya bisa bilang kalau aku  membawa anak-anak kita pergi ke arisan di rumah Ibu Ratna. Ayah itu pun bilang,”Tidak apa-apa asal kalau anak kita tidak nakal saat
kau melakukan arisan.”  Ibu itu pun menjadi repot karena membawa barang yang banyak sekali tidak seperti biasanya. Anak yang pertama pun dia juga nakal karena dia hampir jatuh karena
naik  sepedanya  ngebut.  Ibu    itu  pun  berbicara  dengan  teriak-
teriak, “Rafi, kenapa kamu naik sepedanya terlalu cepat? Ibu ini sulit menjaga adikmu dan kamu. Mendingan kamu pelan-pelan
saja.”  “Aku tidak mau bu karena nanti aku telat datang, ketemu teman-temanku.”  “Ya sudah, kalau nanti kamu jatuh, ibu tidak mau mengurusimu.” Terus ya sudah anak itu tetap bersepeda
dengan  cepat  dan  akhirnya  jatuh  terluka  parah.  Ibu  itu  pun  menjadi  bertambah  repot  karena anak  itu  sangat  ngeyel  dikasih  taunya.  Akhirnya,  mereka  ke  UGD.  Anak  itu  pun  harus
dioperasi,  dijahit  pada  lengannya  dan  kakinya.  Pada  akhirnya,  Rafi  anak  yang  bandel  itu  pun menjadi  kapok  karena  dia  sudah  merasakan  bagaimana  sakit  karena  jatuh  dari  sepeda  itu  dan
64
harus dijahit pada lengan dan kakinya. Perasaan Rafi pun menjadi aku tidak mau menjadi anak yang nakal. Udah.
Inquiry : Kalau yang ini? Itu aku dapat cerita dari temanku. Cerita dari teman. Sumber cerita : Pengalaman orang lain
Tokoh : Seorang ibu
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ibu  terpaksa  membawa anak-anaknya  untuk  pergi
arisan.  Dia  pun  berusaha bagaimana  caranya  agar  aku
bisa  merawat,  melakukan aktivitasku  seperti  biasanya
dan menjaga anakku.
Ibu  itu  pun  menjadi  repot karena  membawa  barang
yang  banyak  sekali  tidak seperti  biasanya.  Anak  yang
pertama  pun  dia  juga  nakal ibu
itu pun
menjadi bertambah repot karena anak
itu  sangat  ngeyel  dikasih taunya.
Seorang  ibu  yang merawat
anaknya sendirian
Seorang  ibu  yang menjadi  bertambah
repot karena
menjaga anaknya
sendirian Terdapat
persepsi tentang
ibu yang
memperhatikan anaknya
Ibu yang menanggung bebanbertanggung
jawab
Kartu 5 Cerita :
Terus  kita  ke  gambar  yang  ke?  Lima.  Lima.Gambar  yang  kelima  ini.  Coba,  gimana ceritanya.  Di  suatu  rumah  ada  sebuah  keluarga  kecil  yang  bahagia.  Mereka  mempunyai  dua
anak laki-laki semuanya. Dan ayah ibunya itu pun terpaksa harus meninggalkan anak-anaknya karena ada urusan  yang  sangat penting dan tidak bisa  membawa anaknya.  Akhirnya, anak itu
pun ditinggal. Dengan perasaan yang takut ditinggal kedua orangtuanya pergi, tetapi apa boleh buat.  Pada  suatu  ketika  ada  sebuah  perampok  yang  ingin  merampok  isi  semua,  semua  isi
rumahnya. Anak itu pun menangis dengan kera
s.,”Papa, mama, aku takut.”  Nah, mereka pun bersembunyi tapi karena sudah terlambat, mereka pun tertangkap oleh perampok itu. Mereka,
perampok itu menyekap kedua anak itu di suatu gudang yang sangat gelap dan kotor, banyak tikusnya dan  kecoaknya. Mereka pun disuruh  menelpon orangtuanya untuk  meminta tebusan.
Sebelum  itu,  orangtua  itu  pun  bingung,  kemana  anak  kita.  Apakah  bermain?  Jika  bermain, masa sampai larut malam seperti ini. “Sudahlah, tidak usah bingung”, ayah dari kedua anak itu
pun berbicara. Tapi, mereka bermain kemana? Anak-anak di perumahan sini pun sudah mulai tidur dan tidak ada yang bermain kembali. Eee… Oiya, bagaimana kalau kita mencari kedua
anak itu. Ya sudah, kita cari. Kita naik mobil saja karena sudah malam. Mereka pun mencari. Anak  itu
pun  menelpon  sambil  menangis,”Ayah,ibu,  kenapa  kalian  tidak  menjemputku  di gudang  yang  gelap  dan  kotor  banyak  tikusnya  ini?”    “Kalian  kenapa  bisa  sampai  disitu?”
“Kami disekap oleh lima perampok  yaitu perampoknya itu  kotor, terus  hitam,  menggunakan baju
lengan panjang dan celana panjang.”  Perampok itu pun bilang,”Ya, memang kami yang menangkap  anak-anak  kalian.  Sekarang  saya  ingin  kalian  ke  markas  kita,  gudang  bekas  PT
KEBERANIAN  di  Jalan  Bangau  nomor  22.”    Orangtua  mereka  pun  mulai  membawa  uang mereka yang sangat banyak. Ternyata, uang mereka belum cukup untuk membayar tebusan itu.
Mereka pun tidak boleh mengambil anaknya. Setelah mereka, uang mereka. Jam 12 malam pun
65
mereka  mengambil  uang  lagi  ke  rumah  lagi  baru  dari  rumah  lagi  mereka  ke  PT KEBERANIAN.  Mereka  pun  cepat-cepat  kesana.  Akhirnya  mereka  membawa  100juta  untuk
membayar. Akhirnya anak itu bisa dibawa kembali bersama keluarga itu. Udah?
Inquiry :Kalau yang ini?  Itu baca buku. Bukunya apa? Itu
judulnya menonton TV, tapi kalau ini aku ganti jadinya di kamar sendiri. Ooo... Buku ya? Jadi kalau yang menonton TV dia itu ga mau disuruh ngapa-
ngapa. Kalau yang ini anaknya masih kecil-kecil belum bisa ngapa-ngapa. Sumber cerita
: Membaca buku berjudul “Menonton TV” Tokoh
: Anak-anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ayah  ibunya  itu  pun terpaksa harus meninggalkan
anak-anaknya  karena  ada urusan  yang  sangat  penting
dan  tidak  bisa  membawa anaknya.
Orangtua  mereka  pun  mulai membawa uang mereka yang
sangat  banyak. Akhirnya
mereka  membawa  100juta untuk  membayar.  Akhirnya
anak itu bisa dibawa kembali bersama keluarga itu.
Orangtua yang harus meninggalkan
anaknya karena
suatu yang penting Orangtua
yang melakukan  suatu  hal
demi keselamatan
anak Terdapat
persepsi tentang orangtua yang
terpaksa meninggalkan
anaknya  karena  suatu keperluan
Orangtua yang
mengutamakan  anak memikirkan
keselamatan anak.
Kartu 6 Cerita :
Gambar  selanjutnya  ya.Gambar  keberapa?  Enam.  Keenam.Ini.Coba,  ceritain.  Itu  gambar anak-anak  kemah.  Pada  suatu  hari,  hari  Jumat  tepatnya,  anak-anak  kemah.    Tepatnya  anak
kelas 6 diberi pengumuman  seperti ini : Anak-anak, besok minggu kalian akan kemah sampai hari Rabu. Kalian kemah di Sumber Boyong, tempatnya di Pakem. Kalian pun harus mengikuti
tanpa  dipungut  biaya.  Kalian  hanya  cukup  membawa  alat  mandi,  pramuka,  kalian  minimal membawa dua, pakaian bebas terserah membawa berapa, alat masak, kompor, ember, gayung
dan  peralatan  yang  lain.  Yang  penting  kalian  harus  membawa  tenda.  Tapi,  kalau  kalian  tidak mempunyai, kalian boleh meminjam sekolah. Anak-anak itu pun berteriak senang sekali karena
baru  pertama  kali  mereka  kemah.  Setelah  pulang,  mereka  pun  berbicara  kepada  kedua orangtuanya,”Ayah,  ibu,  besok  Minggu  kami  harus  kemah  tanpa  dipungut  biaya.  Alat  yang
harus dibawa ini: tiap-tiap anak membawa 5 peralatan yang sudah dibagi dengan kelompoknya. Satu  anak  itu  ada  yang  membawa  ember,  gayung,  kompor  dan  tenda.  Anak  itu  pun  berteriak
pada  ibunya,”Ibu,  mana  pancinya,  Ibu,  mana  embernya?”  .  Sampai  ibunya  itu  pun marah,”Kenapa  kamu  teriak-teriak,  kenapa  tidak  menghampiri  Ibu  saja?  Ibu  ada  di  kamar.
Kamu kan bisa kesini.”  “Tapi aku tuh besok Minggu sudah harus kemah dan peralatan yang aku siapkan belum semuanya terpenuhi, jadi aku harus membawa makanan, baju yang banyak,
baju  pramuka,  tongkat,
dan  lainnya.”    Ibu  itu  pun  marah,”Kenapa  kalian  ini  tidak  bisa diberitahu  ibu,  ibu  bilang  tidak  usah  teriak-
teriak,  yang  biasa  saja.”    Akhirnya  anak  itu  pun bilang,”Maaf  Bu  karena  aku  tadi  sudah  membentak-bentak  Ibu.”    Akhirnya,  anak  itu  pun
menyiapkan  sendiri  dengan  mandiri.  Akhirnya,  mereka  kemah  dengan  bahagia  dan  pulang dengan senang dan menceritakan pengalamannya di depan kelas. Perasaan mereka pun bahagia
66
sekali karena bisa belajar mandiri, memasak sendiri, mencuci baju sendiri, dan lainnya.  Coba, ini diceritain. Siapa aja sih yang disini. Ini tuh ada yang kita ketahui baru satu kelompok. Satu
kelompok  ini  ada  tujuh  anak  yang  bernama,  yang  pertama,  Nicholas,  Niko,  Daniel,  Bagas, terus  Edi,  Ananta  dan  yang  satu  lagi  Yohan.  Yang  ini  siapa?  Yang  kita  lihat  ada  tiga  anak,
Ananta, Yohan dan Daniel. Oke. Jadi mereka satu kelompok gitu ya?Selesai? Udah.
Inquiry : Kalau yang ini darimana? Ini denger cerita dari
kakaknya temanku. Sumber cerita
: Pengalaman orang lain Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ibu itu pun marah,”Kenapa kalian ini tidak bisa
diberitahu ibu, ibu bilang tidak usah teriak-teriak
Jika seorang ibu marah karena
anaknya tidak mau mendengarkan
Terdapat persepsi tentang ibu yang akan
marahi anak
Kartu 8 Cerita :
Selanjutnya ya. Kartu yang ke? Delapan. Nih gambar yang kedelapan. Ceritanya apa ya? Di sebuah pesta yang sangat megah ada sebuah keluarga yang mengadakan pesta karena anaknya
ulang tahun yang kesebelas. Mereka pun senang karena anaknya telah bertumbuh besar. Tidak lagi  seperti  dulu,  anak  yang  manja,  cengeng.  Mereka  pun  mengadakan  pesta  besar-besaran.
Orang-orang yang diundang pun hanya orang-orang yang kaya sekali. Pada saat itu pun mereka yang  datang  hanya  lima  keluarga.  Mereka  pun  sedih,  mengapa  yang  datang  hanya  lima
keluarga.  Padahal  kita  mengundang  110  keluarga.  Anak  itu  pun  marah-
marah,  “Ibu,  kenapa hanya sedikit sekali yang datang ke pestaku? Aku tidak ingin merayakan pesta lagi. Walaupun
merayakan  pesta,  aku  hanya  ingin  merayakan  pesta  kecil-kecilan,  tidak  besar- besaran.”
Akhirnya orangtua itu pun kecewa karena mereka sudah mengeluarkan uang yang banyak dan yang  datang  ke  pesta  itu  hanya  sedikit  sekali.  Anak  itu  pun  menangis  terus  di  kamarnya.
Orangtua itu pun mengetuk- ngetuk,”Adek, ayolah keluar dan makan bersama.”  Anak itu pun
berteriak,”Tidak, aku tidak  mau  karena aku tidak  mau  merayakan  ulang tahun besar-besaran dan  yang  diundang  hanya  orang-orang  kaya.  Kalau  misalnya  aku  mengadakan  pesta,  semua
keluarga yang ada di dusun kita diundang. Akhirnya di umur yang kedua belas, semua keluarga yang  di  dusun  Kedungrejo  diundang  dan  pestanya  itu  sangat  meriah  walaupun  hanya
sederhana.  Perasaan  keluarga  yang  diundang  di  dusun  Kedungrejo  adalah  senang  karena mereka sangat dihargai. Udah.  Ini ceritanya siapa yang disini? Iniibunya si anak yang ulang
tahun. Ini anak yang ulang tahun, ini tamunya.
Inquiry :Kalau yang ini? Itu ya, kan pernah ikut pesta, terus aku
bikin cerita aja. Jadi, dari pengalaman pesta terus Laras buat sendiri? Iya. Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Sebuah keluarga
yang mengadakan  pesta  karena
anaknya  ulang  tahun  yang kesebelas.
Mereka pun
senang  karena  anaknya  telah bertumbuh besar.
Jika orangtuayang
merasa  senang  dan mengadakan
pesta untuk
merayakan ulang tahun anaknya
Terdapat  persepsi tentang
orangtua yang    menyayangi
anak
67
Anak itu pun menangis terus di  kamarnya.  Orangtua  itu
pun mengetuk-
ngetuk,”Adek,  ayolah  keluar dan
makan bersama.”
Akhirnya  di  umur  yang kedua  belas,  semua  keluarga
yang  di  dusun  Kedungrejo diundang  dan  pestanya  itu
sangat
meriah walaupun
hanya sederhana.
Orangtua yang
memenuhi  keinginan anak
agar anak
bahagia Orangtua
yang memenuhi
kebutuhan anak
Kartu 9 Cerita :
Ini  gambar yang ke? Sembilan. Sembilan.Bener. Apa ya ceritanya? Ceritanya ada anak yang sendirian  di  kamar.  Di  suatu  kamar  yang  sangat  lebar,  ada  anak  berumur  5  tahun  pun  sudah
belajar  untuk  tidur  sendiri.  Awalnya  dia  takut,  dia  sambil  menangis.  Dia  selalu  mimpi  yang buruk-buruk, seperti didatangi hantu, ada perampok masuk dan sebagainya. Dia pun akhirnya
memanggil  ibunya  jam  satu  pagi,”Ibu,  ibu  aku  takut  tidur  sendiri.  Ibu  menemaniku  dulu.” Akhirnya, ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas. Paginya, dia pun menceritakan kepada
teman-
temannya  di  sekolah,  “Coba  kalian  bayangkan,  kalau  anak  seumur  aku  disuruh  tidur sendiri di kamar yang sangat luas, aku pun takut. Aku bermimpi ada perampok yang masuk ke
kamarku untuk menculik aku. Aku didatangi hantu dan sebagainya. Aku pun tidak berani tidur sendiri.  Sejak  itu  aku  tidak  berani  tidur  sendiri.  Jadinya  aku  selalu  ditemani  ibuku.  Perasaan
anak itu pun sangat takut.
Inquiry :Kalau yang ini? Itu soalnya pernah ngalamin sendiri,
takut. Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Awalnya dia takut, dia sambil menangis. Akhirnya,
ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas.
Seorang ibu yang menemani anaknya
karena takut Terdapat persepsi
tentang ibu yang menemani anak
Kartu 10 Cerita :
Kemudian, ini  gambar yang ke? Sepuluh. Sepuluh. Apa ya? Gimana ini ceritanya ya? Ini, coba. Ini ada sebuah orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol di celana. Pada suatu
hari ada anak berumur 4 tahun yang masih sering ngompol, sering ngompol pada tidur. Ibunya pun mulai marah,”Kenapa kamu ngompol di celana? Jika kamu ingin pipis, kamu harusnya ke
toilet, tidak perlu m
enunggu ibu.” Anak itu pun langsung ibu marahi dan melepas celana, lalu dicebokilah  dia.  Setelah  itu,  anak  itu  pun  menangis  karena  sudah  disamblek,  dijewer,  masih
dimarahi.  Dia  dimarahi  ibunya  terus.  Dia  pun  tidak  ingin  mengompol  di  celananya  lagi.  Dia pun berjanji tidak akan mengompol di celananya lagi dan dia akan merubah sifat-sifatnya yang
buruk  lagi  dan  mencoba  hidup  mandiri.  Perasaan  anak  itu  pun  sedih  karena  selalu  dimarahi ibunya terus. Ya, sudah. Sudah? Ok.
68
Inquiry :Kalau yang ini? Dulu kan pernah pengalaman masa
kecil, dah pernah ngompol juga. Hehehe... Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol
di celana. Jika seorang ibu yang
memarahi anaknya karena ngompol
Terdapat persepsi tentang ibu yang
marahi anak
69
SUBJEK 3 1.
Identitas Subyek
Nama : ABM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 April 2000 Usia
: 10 Tahun Pendidikan
: TK Pekerjaan
: Pelajar Urutan kelahiran
: Anak ke 3 dari 4 bersaudara Agama
: Katolik Asal
: Yogyakarta Alamat
: Miliran UH 2  286 Yogyakarta
2. Identitas Orangtua