4. Penetapan konsentrasi infusa
Penetapan konsentrasi maksimal infundasi dilakukan untuk menentukan dosis maksimal infusa herba
Sonchus arvensis L.
. Konsentrasi maksimal adalah konsentrasi dimana semua serbuk herba
Sonchus arvensis L.
terbasahi dan terendam oleh pelarut air. Hasil dari pembuatan infusa didapatkan konsentrasi maksimal sebesar 15 yang akan digunakan untuk
menentukan dosis maksimal infusa herba
Sonchus arvensis L.
. B.
Uji Pendahuluan 1.
Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Senyawa model hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian adalah karbon tetraklorida. Tujuan dari penetapan dosis hepatotoksin karbon
tetraklorida adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan ringan, yaitu steatosis pada hati tikus yang ditandai
dengan peningkatan aktivitas ALT dan didukung oleh peningkatan AST. Dosis hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian Murugesan, Sathiskumar, Jayabalan, Binupriya, Swaminantan and Yun 2009 yaitu 2 mLkgBB yang dapat menyebabkan steatosis tanpa
menyebabkan kematian hewan uji. Pelarut karbon tetraklorida yang digunakan adalah olive oil dengan perbandingan 1:1.
2. Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji
Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji dilakukan untuk mengetahui jangka waktu karbon tetraklorida dengan dosis 2 mLkgBB
memberikan efek hepatotoksik paling besar. Pemberian hepatotoksin
dilakukan melalui intraperitonial dengan maksud agar hepatotoksin terabsorbsi dengan cepat melalui rongga peritoneal sehingga dapat
menimbulkan hepatotoksisitas dalam waktu singkat. Pencuplikan darah hewan uji dilakukan pada jam ke-0, 24, dan 48 melalui sinus orbitalis setelah
diinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mlkgBB secara intraperitonial kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST. Data purata ALT
dan AST pada jam ke-0, 24 dan 48 disajikan dalam tabel III.
Tabel III. Aktivitas serum ALT-AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada selang waktu 0,24,dan 48 jam
Selang Waktu
jam Purata Aktivitas Serum
ALT±SE UI Purata Aktivitas Serum
AST±SE UI 54 ± 3,54
100,2 ± 9,9 24
198,4 ± 23,77 521,2 ± 90,69
48 74 ± 8,2
177,2 ± 17,15 Keterangan : SE = Standar Error
Berdasarkan tabel III aktivitas serum ALT dan AST pada jam ke-24 menunjukkan aktivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan pencuplikan
darah pada jam ke-0 dan ke-48. Aktivitas serum ALT mengalami kenaikan sebesar empat kali lipat dari aktivitas ALT pada jam ke-0. Begitu pula pada
aktivitas AST, pada jam ke-24 mengalami kenaikan sebesar 5 kali lipat dibandingkan aktivitas serum pada jam ke-0. Pada jam ke-48, aktivitas serum
ALT mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dengan demikian tidak dilakukan pencuplikan pada jam ke-72 karena sudah diperoleh waktu dimana
karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB memberikan kerusakan hati paling berat yaitu pada jam ke-24.
Data aktivitas ALT serum ALT dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk dan didapatkan distribusi normal p0,05 dan dengan levene test didapatkan
variansi tidak homogen p=0,033. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Tamhane untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara jam ke-0, 24, dan 48. Hasil
analisis statistik aktivitas serum ALT menunjukkan perbedaan bermakna p0,05 pada jam ke-0 dan jam ke-48 terhadap jam ke-24. Hasil analisis
statistik aktivitas serum ALT pada jam ke-0 dan jam ke-48 menunjukkan perbedaan tidak bermakna p0,05. Hal ini menjelaskan bahwa data statistik
pada jam ke-24 mengalami peningkatan yang sangat tinggi, sedangkan pada jam ke-0 dan ke-48 aktivitas ALT memiliki aktivitas yang hampir sama
dimana pada jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas ALT yang signifikan hingga mendekati nilai normal. Dilihat dari histogram kenaikan aktivitas ALT,
kenaikan paling tinggi terjadi pada jam ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan hati paling besar terjadi pada jam ke-24 yang ditandai dengan
puncak tertinggi aktivitas ALT pada jam ke-24 dibandingkan pencuplikan pada jam lainnya. Hasil statistik aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel
IV dan histogram kenaikan aktivitas ALT pencuplikan waktu setelah induksi karbon tetraklorida pada gambar 3.
Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada pencuplikan darah
jam ke-0, 24, dan 48 ALT
Jam ke-0 Jam ke-24
Jam ke-48
BB BTB
24 BB
BB 48
BTB BB
Keterangan : BB = Berbeda bermakna p0,05
BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Gambar 3. His kar
Aktivitas ke-24, sama sep
aktivitas AST pa dibandingkan akt
aktivitas AST tida dapat pula dikelu
aktivitas AST yan normal p0,05
p=0,103. Analisi ANOVA untuk m
Scheffe. Pada pen bermakna p0,05
menunjukkan perb
Histogram rata-rata aktivitas serum ALT set arbon tetraklorida pada jam ke-0, 24, dan 48
as serum AST yang paling tinggi terjadi pada p eperti yang terjadi pada kenaikan serum A
pada jam ke-24 mencapai kenaikan hingga ktivitas AST pada pencuplikan jam ke-0. N
idak spesifik menggambarkan adanya kerusaka eluarkan melalui otot atau organ lainnya. Has
ang diuji dengan Shapiro-Wilk menunjukkan d 5 dan dengan levene test menunjukkan var
lisis statistik dilanjutkan dengan analisis pola se melihat kebermaknaan perbedaan aktivitas A
encuplikan jam ke-0 dan ke-48 menunjukkan ,05 dan pada hasil aktivitas AST pada jam
erbedaan yang bermakna pada terhadap pencup 31
setelah induksi 48.
a pencuplikan jam ALT. Kenaikan
ga lima kalilipat Namun kenaikan
kan di hati karena asil analisis data
n data terdistribusi variansi homogen
a searah One Way s AST melalui uji
n perbedaan tidak jam ke-0 dan 48
uplikan jam ke-24
p0,05. Hal in mengalami pening
48 aktivitas AST m terjadi penurunan
normal.
Tabe induksi karbon
ALT 24
48 Keterangan :
Gambar 4. His kar
Diagram dan 48 setelah
peningkatan AST pada jam ke-48 a
ini menunjukkan bahwa data statistik pa ingkatan yang sangat tinggi, sedangkan pada ja
T memiliki aktivitas yang hampir sama dimana an aktivitas AST yang signifikan hingga m
bel V. Perbedaan kenaikan aktivitas serum A on tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada pencu
jam ke-0, 24, dan 48 Jam ke-0
Jam ke-24 J
BB BB
BTB BB
BB = Berbeda bermakna p0,05
BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Histogram rata-rata aktivitas serum AST set arbon tetraklorida pada jam ke-0, 24, dan 48
m batang aktivitas AST pada pencuplikan wak ah induksi karbon tetraklorida 2mlkgBB
T paling tinggi pada jam ke-24. Hal ini menu 8 aktivitas serum AST sudah kembali mende
pada jam ke-24 a jam ke-0 dan ke-
na pada jam ke-48 a mendekati nilai
AST setelah cuplikan darah
Jam ke-48
BTB BB
setelah induksi 48.
aktu jam ke-0, 24, B menunjukkan
enunjukkan bahwa dekati normal dan
kerusakan paling besar ditandai pada jam ke-24. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas ALT dan AST tersebut maka jam ke-24 ditetapkan sebagai
waktu pencuplikan darah pada uji selanjutnya.
3. Penentuan dosis infusa herba