Karbon Tetraklorida ALT dan AST

ini bergantung pada jumlah dosis yang diberikan. Contoh senyawa hepatotoksin teramalkan, yaitu parasetamol asetaminofen, karbon tetraklorida, salisilat, tetrasiklin dan metrotexat. Hepatotoksin tidak dapat diramalkan adalah senyawa atau obat yang hanya akan memberikan efek toksik pada orang-orang tertentu, dan tidak tergantung pada dosis pemberian. Contoh senyawa jenis ini, yaitu klorpromazin, halotan dan isoniazid Forrest, 2006. Kerusakan hati dapat diakibatkan karena toksisitas langsung oleh obat atau metabolitnya, atau mungkin sebagai tanggapan idiosinkrasi pada orang yang mempunyai gen khusus yang mempengaruhinya. Masa laten antara mulai terapi dan permulaan penyakit hati membantu mencari etiologinya Soriano, 2008.

D. Karbon Tetraklorida

Karbon tetraklorida CCl 4 merupakan salah satu senywa golongan halometana yang biasa digunakan dalam penelitian-penelitian sebagai senyawa selektif untuk induksi kerusakan hati. Induksi dari senyawa CCl 4 akan menghasilkan senyawa radikal reaktif yang mengaktivasi kerusakan sel Sen, Sahin, Agus, Bayav, Sevim, and Semiz, 2007. Senyawa ini tidak berwarna, berbau aromatis, tahan pada suhu ruangan. Kelarutan senyawa dalam air 793 mgL pada suhu 25 o C Department of Health and Human Services, 2011. Karbon tetraklorida CCl 4 merupakan senyawa kimia yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya. CCl 4 dikonversi menjadi triklorometil CCl 3 • dan kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi CC 3 O 2 • yang bersifat lebih reaktif. Nekrosis yang terjadi karena CCl 4 yang paling parah terjadi pada centrilobular sel hati yang banyak mengandung jawab mengaktifkan gambar 2, ikatan kov akan memulai pengha transport lipid keluar sehingga menyebabk membentuk radikal tr peroksidasi lipid Tim enzim gluthation G intermediet yang bers untuk menginduksi te Gam Aminotransfer asam-asam amino me meliputi serum Serum disebut aspartate tran g isoenzim CYP dalam konsentrasi tinggi ya an CCl 4 Hodgson, 2010. Seperti yang dap ovalen dari radikal bebas triklorometil dengan hambatan sekresi lipoprotein yang bertanggung ar hepatosit dan menyebabkan lipid terakumul bkan perlemakan hati steatosis. Reaksi d l triklorometilperoksi yang menjadi penyebab Timbrell, 2000. Radikal triklorometil yang b GSH membentuk phosgene. Metabolit ersifat reaktif dan dapat bereaksi dengan makro terjadinya kerusakan sel Hodgson, 2010. mbar 2. Mekanisme toksisitas karbon tetraklori

E. ALT dan AST

ferase merupakan gugus enzim yang mengkatal menjadi 2-oxo-acid melalui transfer gugus-gug rum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SG ransferase AST dan Serum Glutamic Pyruvi yang bertanggung apat dilihat pada gan makromolekul ungjawab terhadap ulasi di hepatosit, i dengan oksigen ab awal terjadinya g bereaksi dengan t ini merupakan kromolekul seluler lorida atalis interkonversi gugus amino yang SGOT atau juga uvic Transaminase SGPT atau juga disebut alanine transferase ALT, dimana transfer gugus- gugus ini menjadi pertanda adanya kerusakan pada sel hati. ALT merupakan enzim sitosol yang diproduksi di dalam hati yang kadarnya akan meningkat bila terjadi kerusakan pada hati. Kadar ALT dalam jumlah absolut lebih sedikit dari kadar AST, tetapi kadar ALT di dalam hati lebih banyak dari kadar AST di dalam hati. AST yang terdapat dalam mitokondria juga sitoplasma, selain diproduksi di hati juga diproduksi di jantung, otot rangka, dan ginjal, juga termasuk salah satu enzim penanda adanyaa kerusakan pada hati bila kadarnya meningkat Satriani, 2009.

F. Metode Infundasi

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 68

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 4 113

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekokta kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 8

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekokta Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

3 7 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Pengaruh waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

3 13 115

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112