SGPT atau juga disebut alanine transferase ALT, dimana transfer gugus- gugus ini menjadi pertanda adanya kerusakan pada sel hati. ALT merupakan
enzim sitosol yang diproduksi di dalam hati yang kadarnya akan meningkat bila terjadi kerusakan pada hati.
Kadar ALT dalam jumlah absolut lebih sedikit dari kadar AST, tetapi kadar ALT di dalam hati lebih banyak dari kadar AST di dalam hati. AST yang
terdapat dalam mitokondria juga sitoplasma, selain diproduksi di hati juga diproduksi di jantung, otot rangka, dan ginjal, juga termasuk salah satu enzim
penanda adanyaa kerusakan pada hati bila kadarnya meningkat Satriani, 2009.
F. Metode Infundasi
Metode ekstrasi dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perlokasi, dan penyarian berkesinambungan. Metode maserasi merupakan cara penyarian
sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindungan dari cahaya
Sudarmaji, Haryono, dan Suhardi, 1989. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan
lunak. Sediaan cair infusa dapat dikonsumsi panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya apabila tidak
menggunakan penutup pada pembuatan infusa Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010.
G. Landasan Teori
Hati merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia karena peran matabolisme dan detoksifikasi racun dalam tubuh. Kerusakan sel-sel hepatosit
dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel dan melepaskan enzim-enzim transaminase menuju aliran darah. Kerusakan sel hati dapat
disebabkan oleh obat-obatan tertentu Dongare, Dhande, and Kadam, 2013. Karbon tetraklorida CCl
4
adalah zat hepatotoksik yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan hepatotoksisitas. CCl
4
dapat menyebabkan kerusakan pada hati yang disebabkan oleh radikal bebas
triklorometil, CCl
4
memerlukan aktivasi metabolisme terutama oleh enzim sitokrom P450 di hati. Aktivasi tersebut akan mengubah CCl
4
menjadi metabolit yang lebih toksik, sehingga dapat menyebabkan keruskan hati pada hewan coba
dan manusia. Pembentukan radikal bebas yang berlebihan akan mengakibatkan stress oksidatif yang dapat menimbulkan gangguan pada hati Tappi, Lintong, and
Loho, 2013. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khan 2012 terhadap aktivitas
antioksidan dan sitolitik, tanaman Sonchus arvensis L. memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Salah satu cara penggunaan tempuyung ini adalah merebus
daun atau seluruh tumbuhan sebanyak 15-60 g, lalu diminum Agoes, 2010,. Penyarian dengan infundasi akan menarik senyawa polar seperti flavonoid. Selain
itu, flavonoid serta fenolik yang susah larut air atau semipolar juga akan tersari dengan adanya proses pemanasan Xu, Chen, Xhang, Jiang, Ye, 2008.
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung kemungkinan besar senyawa-senyawa yang larut dalam air adalah kelompok mineral, karbohidrat dan
glikosida luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida. Kemungkinan juga akan terlarut sedikit senyawa kumarin skopoletin, flavonoid bebas
kaempferol dan aglikon dari glikosida Chairul, Sumarny, dan Chairul, 2003. Senyawa flavonol, glikosida flavonoid dan monoasil galaktosilgliserol telah
diisolasi dari tempuyung Xu, Sun, Sun, Qiu, Liu, Jiang, dan Yuan, 2008, selain itu juga dikatakan bahwa kandungan dari tanaman ini dapat menghambat
hepatotoksisitas karbon tetraklorida CCl
4
yang diberikan pada mencit jantan. Serum transaminase adalah indikator yang peka terhadap kerusakan sel-sel
hati. Hati yang mengalami nekrosis atau kehancuran akan menyebabkan kenaikan aktivitas transaminase pada serum. Enzim transaminase akan masuk dalam
pembuluh darah dan membuat aktivitas transaminase dalam darah meningkat, lebih tinggi dari aktivitas normalnya Hartono, Nurwanti, Ikasari, dan Wiryanto,
2005. H.
Hipotesis
Pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.
17
BAB III MEODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas serum ALT-AST pada tikus jantan
galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian eksperimantal murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini variasi dosis pemejanan infusa herba Sonchus arvensis L.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek hepatoprotektif infusa herba Sonchus arvensis L. yang ditandai dengan penurunan
aktivitas serum ALT-AST UI tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian infusa herba Sonchus arvensis L.
jangka pendek.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau yang dalam penelitian ini adalah kondisi hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar dengan berat badan ±
150-250g, umur 2-3 bulan, variasi dosis pemberian secara per oral infusa