kaplet adalah homogen, sehingga dapat dilanjutkan pada tahap penetapan kadar. Uji keseragaman sediaan merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum
dilakukan tahap penetapan kadar. Apabila hasil uji keseragaman sediaan tidak dapat memenuhi kriteria yang tetapkan maka tidak dapat melanjutkan tahap
penetapan kadar.
B. Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini merupakan fase gerak yang diperoleh dari hasil optimasi, yaitu etil asetat : metanol : amonia 25 : 4 : 1
sejumlah 30 mL Ratnaningtyas, 2013. Fase gerak tersebut dapat menghasilkan pemisahan yang optimal untuk deksametason dan deksklorfeniramin maleat.
Pemisahan yang dihasilkan pada optimasi fase gerak adalah nilai rentang Rf untuk deksametason 0,40-0,48 dan untuk deksklorfeniramin maleat 0,60-0,68.
Amonia pada campuran fase gerak berfungsi sebagai modifier untuk memberikan suasana basa pada fase diam yang bersifat asam, selain itu untuk
menjaga deksklorfeniramin maleat dalam bentuk molekul. Sifat basa dari analit deksklorfeniramin maleat cenderung berinteraksi ionik dengan fase diam yang
bersifat asam. Oleh karena itu, penambahan ammonia solution 25 digunakan untuk menekan interaksi ionik tersebut, sehingga gugus silanol bebas pada fase
diam akan ditutup. Deksklorfeniramin maleat diharapkan akan terelusi dan dihasilkan bentuk pemisahan yang bagus. Apabila tidak terdapat amonia dalam
campuran hasil menunjukkan deksklorfeniramin maleat tetap berada pada initial spot atau tidak terelusi.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan fase gerak menggunakan bahan pro analisis karena memiliki pengotor yang lebih sedikit dibandingkan dengan
bahan teknis. Adanya pengotor tersebut akan mengganggu interaksi antara analit dengan fase gerak. Urutan pencampuran fase gerak dari larutan dengan komposisi
terkecil, yaitu amonia, metanol dan terakhir etil asetat. Penambahan metanol sebelum etil asetat ditujukan untuk membantu kelarutan campuran fase gerak.
Metanol sebagai fase gerak polar yang memiliki indeks polaritas 5,1 sedangkan indeks polaritas etil asetat 4,4.
Sebelum dilakukan elusi, terlebih dahulu dilakukan penjenuhan chamber oleh fase gerak. Penjenuhan fase gerak dilakukan dengan menggunakan kertas
saring yang diletakkan didalam chamber, apabila fase gerak telah mencapai bagian atas kertas saring maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh.
Namun untuk menjamin reprodusibilitas yang baik maka waktu penjenuhan dilakukan pada rentang waktu 2-2,5 jam. Chamber yang digunakan adalah jenis
N-Chamber dan memiliki lebar kolom 6 cm. Pada proses penjenuhan terjadi perubahan komponen fase gerak menjadi uap, dan uap yang terbentuk akan
mengisi seluruh ruang chamber. Dengan adanya bulir-bulir uap pada ruang chamber maka ketika lempeng KLT dimasukkan pada chamber maka bulir-bulir
tersebut akan melapisi permukaan lempeng KLT. Ketika terjadi perambatan fase gerak melalui mekanisme kapilaritas maka adanya bulir-bulir uap air yang
menempel pada lempeng KLT tersebut akan membantu kecepatan pengelusian. Campuran fase gerak hanya digunakan untuk satu kali elusi, hal tersebut karena
apabila fase gerak digunakan lebih dari satu kali akan menurunkan polaritasnya
akibat dari penggunaan sebelumnya dan juga karena telah banyak uap yang keluar saat tutup chamber dibuka.
C. Larutan Baku