akibat dari penggunaan sebelumnya dan juga karena telah banyak uap yang keluar saat tutup chamber dibuka.
C. Larutan Baku
Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan baku harus memenuhi persyaratan pelarut untuk KLT yaitu mudah menguap dan murni, maka pelarut
dipilih adalah etanol p.a. Pemilihan pelarut berdasarkan sifat kelarutan senyawa uji. Deklorfeniramin maleat larut dalam etanol dan deksklorfeniramin maleat agak
sukar larut dalam etanol, yang berarti 30-100 mL mampu melarutkan 1 gram senyawa. Maka dapat dikatakan etanol mampu melarutkan kedua senyawa.
Pembuatan larutan baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat Pembuatan larutan baku dijaga supaya terhindar dari cahaya untuk menjaga stabilitasnya.
D. Penetapan Panjang
Gelombang λ Pengamatan
Penetapan λ pengamatan bertujuan untuk mengetahui λ optimal untuk deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Pada pengukuran
λ dilakukan dengan densitometri yang memiliki detektor lampu D2 yang mampu
menghasilkann sinar UV. Pembacaan serapan dilakukan pada rentang λ 200-400
nm, hal tersebut karena λ kedua senyawa berada pada rentang tersebut. Penetapan
dilakukan dengan mengamati λ overlapping kedua senyawa dengan 3 seri
campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Dimana larutan yang digunakan merupakan larutan baku campuran deksametason dan deklorfeniramin
maleat dengan konsentrasi 0,03 : 0,1 rendah; 0,09 : 0,3 sedang ; 0,15 : 0,5 tinggi. Pemilihan 3 konsentrasi ini digunakan untuk memastikan bahwa
spektrum yang dihasilkan dari tiap konsentrasi memiliki pola spektrum yang sama
sehingga mampu mewakili seluruh konsentrasi kurva baku. Berikut ini adalah hasil spektra panjang gelombang deksametason dan deksklorfeniramin maleat
pada seri konsentrasi rendah, sedang dan tinggi:
Gambar 8. Spektra deksametason 0,03 ; 0,06 ; 0,09 mgmL dan deksklorfenilamin maleat 0,1 ; 0,3 ; 0,5 mgmL dalam etanol
Pada analisis multikomponen penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan memilih titik perpotongan kedua spektra dengan menumpang
tindihkan spektra masing-masing senyawa. Panjang gelombang teoritis 239 nm dan 264 nm untuk deklorfeniramin maleat. Dari gambar 7 terlihat titik
perpotongan kedua spetra berada pada λ 262 nm, maka panjang gelombang
tersebut digunakan sebagai panjang gelombang pengamatan. Setelah dilakukan elusi dengan fase gerak, lempeng KLT selanjutnya
dilakukan pembacaan serapan pada λ 200 nm–400 nm menggunakan detektor UV
pada densitometer. Syarat suatu senyawa dapat diukur serapannya pada daerah UV adalah memiliki gugus auksokrom dan kromofor:
Deksamet ason
Deksklorfeniramin maleat
Gambar 9. Gugus auksokrom dan kromofor deksklorfeniramin maleat
Gambar 10. Gugus kromofor deksametason
E. Kurva Baku Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat