Kurva Baku Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Analisis Kualitatif

Gambar 9. Gugus auksokrom dan kromofor deksklorfeniramin maleat Gambar 10. Gugus kromofor deksametason

E. Kurva Baku Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat

Kurva baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat dibuat dalam campuran dengan lima seri kadar yaitu 0,03; 0,06; 0,09; 0,12 dan 0,15 mgmL untuk deksametason dan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mgmL untuk deksklorfeniramin maleat. Seri kadar kurva baku tersebut dipilih berdasarkan rentang linearitas yang diperoleh. Persamaan kurva baku menyatakan hubungan yang linear antara konsentrasi analit dengan respon yaitu nilai area under curve AUC. Pembuatan kurva baku dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Parameter yang digunakan untuk menentukan linearitas adalah koefisien korelasi r yang menunjukkan hubungan antara sumbu x konsentrasi dan sumbu y AUC. auksokrom kromofor auksokrom kromofor kromofor kromofor Persamaan kurva baku deksametason yang digunakan untuk penetapan kadar adalah yaitu y = 10721x + 18,98 dan memiliki nilai r 2 yaitu 0,999 Karunawati, 2013. Nilai tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai r 2 0,99 Chan et al., 2004. Persamaan kurva baku deksklorfeniramin maleat yang digunakan yaitu y = 4669,1x + 107,49 dan memiliki nilai r 2 yaitu 0,999 Karunawati,2013. Nilai tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai r 2 0,99 Chan et al., 2004.

F. Analisis Kualitatif

Prinsip dari pemisahan senyawa dengan KLT adalah perbedaan interaksi antara analit dengan fase diam dan fase gerak, analit yang bersifat non polar akan memiliki nilai Rf lebih besar sedangkan analit yang lebih polar kan memiliki nilai Rf lebih kecil karena lebih tertahan pada fase diam. Deksametason dan deksklorfeniramin maleat dapat dipisahkan dengan sistem KLT fase normal dengan fase diam silika gel 60 F 254 dan komposisi fase gerak etil asetat : metanol : amonia 25 : 4 : 1. Pada densitogram larutan baku maupun pada sampel terdapat peak yang selalu muncul pada daerah akhir elusi. Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap fase diam yang dielusi dengan fase gerak dibandingkan dengan fase diam sebelum elusi. Hasil menunjukkan terdapat peak yang sama pada daerah akhir elusi, hal ini berarti peak tersebut berasal dari komponen fase gerak. Namun adanya peak tersebut selalu terpisah dengan senyawa uji, sehingga tidak mengganggung penelitan. Gambar 11. Densitogram fase diam sebelum elusi kiri dan fase diam setelah elusi kanan Analisis kualitatif dapat dilihat dari nilai R f , spektra kromatogram dan spiking. Pemisahan dengan komposisi fase gerak hasil optimasi menghasilkan range nilai R f deksametason 0,40-0,48 dan untuk deksklorfeniramin maleat 0,60- 0,68. Range R f didapat telah memenuhi parameter selektivitas yang ditunjukkan dengan nilai resolusi Rs 1,5. Setelah dilakukan scanning untuk melihat nilai R f dan AUC, selanjutnya dilakukan pembacaan pola spektra untuk melihat kebenaran pembacaan. Gambar 12. Pola spektra baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam pelarut etanol Gambar 13. Pola spektra sampel dalam pelarut etanol Pada gambar 11 dan 12 terlihat kesamaan pola spektra antara senyawa deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada baku dan pada sampel. Pola spektra tersebut dapat digunakan untuk analisis kualitatif.

G. Penetapan Kadar Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat dalam