Sistem kromatografi lapis tipis

R f faktor digunakan untuk uji kualitatif pada pemisahan KLT, merupakan hasil bagi jarak yang ditempuh analit dengan jarak yang ditempuh fase gerak Zf. Nilai R f dinyatakan dalam persamaan: Rf ≡ Zs Zf − Zo dimana, Zs = jarak yang ditempuh analit mm Zf = jarak yang ditempuh fase gerak mm Zo = jarak antara penotolan sampel dengan garis awal perendaman fase gerak mm Spangenberg, 2011.

3. Sistem kromatografi lapis tipis

a. Fase diam. Fase diam yang paling umum digunakan adalah silika gel, alumina, dan serbuk selulosa, tetapi material lain seperti Sephadex dan resin penukar ion mulai digunakan untuk tujuan khusus. Silika gel mengandung partikel-partikel kecil dengan ukuran yang sangat seragam 6- 10 μm dengan permukaan yang halus dan homogen Dean, 1995. Silika gel bersifat asam, memiliki kapasitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk kromatografi adsorpsi dan kromatografi partisi Pescok dkk., 1976. Gambar 6. Struktur Silica Gel Gandjar dan Rohman, 2007 Proses kromatografi biasanya didominasi oleh mekanisme partisi. Dalam KLT, fase diam harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengembangan dan disimpan dalam kelembaban rendah sehingga lapisan silika gel tersebut dapat menangkap sejumlah cairan ketika proses pengembangan Spangenberg, 2011. Suhu yang digunakan untuk mengaktivasi lempeng silika gel adalah 105 O C, diharapkan semua air ya ng menutupi silika dapat menguap sehingga silika dapat aktif kembali Gandjar dan Rohman, 2007. Fase diam, fase gerak dan material lain yang dibutuhkan dalam persiapan lapis tipis harus memenuhi persyaratan spesifik yang ditentukan mengenai kemurnian, ukuran partikel dan sifat-sifat yang menentukan untuk adsorpsi, distribusi cair-cair, dan proses lainnya Dean, 1995. b. Fase gerak. Pelarut yang digunakan harus memiliki kemurnian yang tinggi. Adanya senyawa lain yang tidak murni dapat menghasilkan kromatogram yang tidak reprodusibel Christian, 2004. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis dengan metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah menguap, viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap Sherma, 1996. Pelarut memiliki fungsi ganda dalam kromatografi, yaitu bertanggung jawab untuk mengangkut sampel dan untuk menciptakan sistem pemisahan. Kekuatan pelarut yang menentukan kemampuannya untuk mengangkut sampel melalui sistem dan selektivitas menentukan apakah pemisahan dapat terjadi Spangenberg, 2011. c. Aplikasi sampel. Pemisahan optimal pada KLT diperoleh dengan cara menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan pucak ganda. Penotolan dapat dilakukan dengan cara manual maupun otomatis dengan instrumen tertentu. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 µL maka penotolan harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan melakukan pengeringan antar totolan Gandjar dan Rohman, 2007. d. Pengembangan. Mengembangkan sampel dilakukan dalam suatu bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan uap fase gerak. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel. Bejana kromatografi harus tertutup rapat. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak bejana dilapisi dengan kertas saring, jika fase gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh Gandjar dan Rohman, 2007.

E. Densitometri