Densitometri Landasan Teori PENELAAH PUSTAKA

c. Aplikasi sampel. Pemisahan optimal pada KLT diperoleh dengan cara menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan pucak ganda. Penotolan dapat dilakukan dengan cara manual maupun otomatis dengan instrumen tertentu. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 µL maka penotolan harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan melakukan pengeringan antar totolan Gandjar dan Rohman, 2007. d. Pengembangan. Mengembangkan sampel dilakukan dalam suatu bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan uap fase gerak. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel. Bejana kromatografi harus tertutup rapat. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak bejana dilapisi dengan kertas saring, jika fase gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh Gandjar dan Rohman, 2007.

E. Densitometri

Jumlah senyawa yang dipisahkan denga KLT dapat ditetapkan kadarnya pada lempeng kromatografi in situ dengan pengukuran serapan baik UVVis ataupun fluoresensi. Pengukuran secara in situ suatu area dengan scanning densitometer adalah teknik yang digunakan untuk KLT kuantitatif. Lampu untuk scanning densitometer terdiri dari lampu halogen atau tungsten untuk area visibel, lampu deuterium untuk area UV dan lampu merkuri atau xenon untuk eksitasi fluoresensi Sherma, 1996. Pada densitometri serapan, bercak pada lempeng kromatografi lapis tipis dideteksi oleh sinar monokromatik dibentuk menjadi gambar celah slit dimention dengan panjang celah dipilih sesuai dengan diameter spot terbesar. Batas deteksi minimum untuk pengukuran dengan UV atau visibel antara 100 pg sampai 100 ng setiap bercak Dean, 1995. Gambar 5. Skema pengukuran pada densitometer Scott, 2009. Sumber sinar pada pengukuran berasal dari lamp yang akan diteruskan melewati entrance lens. Filter atau monokromator prisma atau grating berfungsi untuk menghasilkan sinar monokromatis dengan cara pemilihan panjang gelombang sinar. Photomultiplier atau photodiode berguna untuk pengukuran sinyal. Disc with slit apertures berfungsi untuk mengatur ukuran slit dimention dan ditentukan berdasarkan diameter spot terbesar Sherma, 1996. Gambar 7. Ilustrasi panjang gelombang Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang λ merupakan jarak linier dari satu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan gambar 6. Dimensi panjang gelombang adalah panjang L yang biasa dinyatakan dalam nanometer nm Gandjar dan Rohman, 2007.

F. Landasan Teori

Kaplet X ® merupakan obat antihistamin yang mengandung deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2,0 mg. Dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas suatu produk obat maka perlu dilakukan penetapan kadar. Deksklorfeniramin maleat dalam kaplet mengandung tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110 dari jumlah yang tertera pada etiket. Deksklorfeniramin maleat dalam air memiliki λ maks 261 nm dan dalam asam sulfat λ maks 265 nm, 236. Deksametason dalam kaplet mengandung tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110 dari jumlah yang tertera pada etiket. Deksametason dalam metanol memiliki λ maks 263 nm, 422 – 455. Metode kromatografi lapis tipis densitometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif suatu campuran obat. Analisis kulitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dimana terdapat perbedaan interaksi antara deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan fase diam ataupun fase gerak. Sistem kromatografi yang digunakan adalah fase normal karena fase gerak yang digunakan bersifat lebih non polar dari pada fase diamnya. Deksklorfeniramin maleat memiliki gugus auksokrom dan kromofor. Deksametason memiliki gugus kromofor. Sehingga dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk kedua senyawa tersebut menggunakan densitometri dengan mengukur luas bercak hasil KLT. Penetapan kadar obat kaplet X ® dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang diawali dengan tahap optimasi yang akan dilakukan oleh Ratnaningtyas 2013 dan validasi metode yang dilakukan oleh Karunawati 2013.

G. Hipotesis