32 Semua kekuatan nasional harus disatukan sehingga mampu memberi
tekanan kepada pihak Belanda. Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban untuk memperjuangkan pengembalian Irian Barat yang merupakan bagian dari
Republik Indonesia Serikat bahwa wilayahnya meliputi semua bekas jajahan Belanda.
41
Presiden Soekarno kemudian mengintensifkan perjuangan untuk mendapatkan Irian Barat kembali ke pangkuan wilayah Indonesia secara fisik.
Perjuangan secara fisik dilakukan dengan cara mengirimkan sukarelawan dan sukarelawati Indonesia ke daratan Irian Barat. Hal ini ditempuh untuk
menentang setiap kekuasaan asing yang ingin menguasai Irian Barat. Disamping itu juga untuk mempersiapkan kantong-kantong gerilya sebagai
inti kekuasaan de facto pemerintah Republik Indonesia. Presiden Soekarno dengan cepat membangun kekuatan militer Indonesia untuk mengimbangi
kekuatan militer Belanda.
42
2. Dukungan Politik dan Militer dari Uni Soviet
Pada bulan Februari 1960 Ketua Dewan Menteri Uni Soviet Nikita S. Khruschev melakukan kunjungan ke Denspasar. Selama kunjungan Khruschev
diadakan pula pembahasan mengenai hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Uni Soviet, salah satunya mengenai sengketa Irian Barat.
Dalam pid ato kenegaraannya yang berbunyi “satukan kembali Irian Barat
dengan Indonesia” Khruschev menyatakan dukungannya kepada Indonesia.
41
Idem .
42
Ridhani, op.cit, hlm. 40.
33 Selanjutnya pernyataan dukungan Uni Soviet pada perjuangan merebut
kembali Irian Barat dicantumkan dalam Deklarasi bersama Indonesia-Uni Soviet. Deklarasi tersebut menyatakan kedua pemerintahan menegaskan
kembali bahwa dalam segala manifestasinya harus dihapuskan dan bahwa penghapusan kolonialisme itu adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingan
perdamaian dunia. Dalam hubungan ini, Uni Soviet mendukung sepenuhnya hak dan tuntutan Republik Indonesia atas Irian Barat.
43
Pernyataan dukungan yang berasal dari salah satu negara adikuasa dalam suasana perang dingin itu mempunyai arti politis yang sangat penting
yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam perjuangan diplomatik selanjutnya untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan
Indonesia, dengan tetap mempertahankan poitik luar negeri yang bebas aktif.
44
Pada bulan Oktoer 1960, Presiden Soekarno memerintahkan Jenderal A.H. Nasution untuk membeli persenjataan ke Amerika Serikat. Misinya ke
Amerika Serikat ini ternyata tidak membuahkan hasil. Kemudian, pemerintah Indonesia menjalin hubungan dengan Uni Soviet untuk mendapatkan peralatan
militer. Perdana Menteri Uni Soviet Khrushchev pernah menawarkan bantuan militer kepada Presiden Soekarno.
45
Dalam memberikan dukungan politis kepada Indonesia dalam masalah Irian Barat sudah tentu Uni Soviet
mempunyai pertimbangan, kepentingan dan tujuannya sendiri. Sebaliknya dukungan politis Uni Soviet itu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
kepentingan nasionalnya. Dukungan dari Uni Soviet dipergunakan oleh
43
Enny Soeprapto, op.cit, hal 144-145.
44
Idem
45
Michael Leifer, op.cit, hlm. 92.
34 Indonesia untuk meningkatkan perhatian internasional pada masalah Irian
Barat sebagai masalah yang dapat memicu konflik antara kedua blok di dunia yang sedang berada dalam perang dingin dan perebutan pengaruh ideologi,
jika masalah Irian Barat tidak terselesaikan dengan baik. Pada tanggal 28 Desember 1960, Presiden Soekarno mengutus
Jenderal A.H. Nasution ke Moskow untuk membicarakan dan merundingkan pembelian persenjataan dari pemerintah Uni Soviet. Pembicaraan tersebut
memberikan isyarat tentang kebutuhan Indonesia di bidang persenjataan, antara lain pesawat yang dapat terbang dari Jawa membawa bom ke Irian
Barat dan kembali ke pangkalan Jawa.
46
Khruschev mengindikasi kesedian pemerintahannya untuk memberikan bantuan militer kapan saja Indonesia
memerlukannya. Sebelumnya Indonesia memang tidak pernah secara ekspansip
menyatakan kemungkinan digunakannya kekuatan militer untuk merebut kembali Irian Barat. Namun dalam pidato Presiden Soekarno 17 Agustus 1960
yang menyatakan Indonesia akan menggunakan seluruh kekuatan nasionalnya baik politik, ekonomi, sosial dan militer.
47
Negosiasi tentang pembelian persenjataan dari Uni Soviet berlangsung pada tanggal 2 sampai 6 Januari
1961. Misi militer yang diemban Jenderal A.H. Nasution ternyata berhasil dengan mendapatkan bantuan kredit sebesar 450 juta dolar untuk membeli
segala macam persenjataan dari Uni Soviet. Seluruh pembelian itu dilakukan
46
Nasution, A.H, op.cit, Hal. 51.
47
Tim Departemen Penerangan RI, Dari Proklamasi Sampai Resopim, , Jakarta, Departemen Penerangan, 1963, Hal. 468
35 secara kredit selama 12 tahun dengan bunga 2,5 pertahun.
48
Dari hasil kesepakatan tersebut, kemudian peralatan militer dalam jumlah yang besar
mulai mengalir ke Indonesia. Adapun jenis peralatan yang didatangkan oleh pemerintah Indonesia antara lain:
49
a. Untuk angkatan udara antara lain:
1 41 Helikopter MI-4
2 9 Helikopter MI-6
3 30 pesawat jet MiG-15
4 49 pesawat buru sergap MiG-17
5 10 pesawat buru sergap MiG-19
6 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21
7 Sistem radar udara lengkap dengan persenjataannya
b. Untuk angkatan laut antara lain:
1 12 kapal selam kelas Whiskey
2 Puluhan korvet buah
3 Kapal penjelajah kelas Sverdlov
c. Kapal penjelajah kelas Untuk angkatan darat antara lain:
1 Tank
2 Roket Launcher
3 Peluru kendali ke udara dan ke darat
Pembelian persenjataan dari Uni Soviet itu merupakan pembelian terbesar yang dilakukan Indonesia saat itu. Tujuannya tidak lain adalah
48
Nasution, A.H, op.cit, hal 70.
49
Sabir, op.cit, Hlm. 124.
36 mempersiapkan potensi militer Indonesia dengan kekuatan yang dapat
diperhitungkan, jika perlu untuk membebaskan Irian Barat dengan kekuatan bersenjata. Dengan demikian Belanda mulai menyadari apabila Irian Barat
tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia dalam waktu tertentu, maka Indonesia akan berusaha membebaskannya dengan kekuatan militer.
50
3. Tri Komando Rakyat