Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat

43 kemungkinan penempatan Irian Barat di bawah pemerintahan Indonesia. Perubahan sikap itu disebabkan oleh faktor sebagai berikut: 60 a. Kegagalan usaha Belanda di PBB untuk menginternasioanlkan masalah Irian Barat dengan mengundang campur tangan PBB. b. Kegagalan memperoleh dukungan internasional atas program “Negara Papua” c. Tekanan Amerika Serikat terhadap Belanda untuk menerima kenyataan bahwa penyelesaian masalah Irian Barat hanya mungkin akan tercapai bilamana Indonesia menerima kondisi-kondisi penyelesaian itu. d. Meningkatnya tekanan-tekanan terhadap kedudukan Belanda di Irian Barat sebagai akibat meningkatnya operasi-operasi yang dilancarkan angkatan bersenjata Indonesia dalam melaksanakan Trikora.

C. Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat

Pada tahun 1961 masa jabatan kedua President Eisenhower berakhir. Penggantinya adalah Presiden John F. Kennedy yang mengambil kebijakan berbeda dari pendahulunya Presiden Eisenhower. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden John F. Kennedy memegang kendali atas kebijakan politik luar negeri secara langsung. Ia lebih menghargai keinginan negara- negara yang baru merdeka untuk bersikap netral dalam antagonisme internasional. Dalam hal ini, akan terjalin hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara Amerika dengan negara-negara tersebut. Pemerintah 60 Darnto, dkk, op.cit, hal 186-187 44 Kennedy yakin kerjasama semacam itu dalam jangka panjang akan lebih efektif dalam mencegah negara-negara tersebut menjadi komunis. 61 Presiden Kennedy dalam merumuskan kebijakan politik luar negerinya ada dua kelompok pembantunya yang berseberangan. Kelompok yang pertama bersikap anti Presiden Soekarno, sedangkan kelompok yang kedua lebih menganut cara pendekatan yang positif terhadap Indonesia. Para penasehat yang berasal dari kelompok pertama cenderung berpandangan Eropa-sentris. Orang-orang dari kelompok ini mendasarkan pandangan mereka atas persahabatan yang sudah lama terjalin antara Amerika dan Belanda. Alasan lain adalah pentingnya posisi Belanda sebagai sekutu Amerika Serikat dalam pakta pertahanan NATO di Eropa Barat. Berdasarkan pertimbangan itu para penasehat dari kelompok ini cenderung mendukung posisi Belanda atas Irian Barat. Mereka juga curiga bahwa pemerintahan Indonesia itu cenderung condong ke blok komunis dan oleh karena itu tidak selayaknya mendapat dukungan dari Amerika. 62 Sedangkan kelompok penasehat yang kedua cenderung membela Indonesia. Menurut mereka, dukungan terhadap Indonesia itu penting untuk mencegah ketidakstabilan politik yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok komunis. Dengan maksud agar Indonesia tidak menjadi sumber krisis internasional baru yang akan menguntungkan Blok Komunis. Mereka mengusulkan supaya Presiden Kennedy menjalankan kebijakan politik yang mendukung kepentingan Indonesia. Pemerintahan Kennedy berusaha 61 Baskara T Wardaya, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin 1953-1963, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 230. 62 Ibid , hlm. 232. 45 membangun kembali hubungan Amerika dengan pemerintahan Presiden Soekarno yang sebelumnya renggang. Amerika juga mempunyai tujuan untuk mencegah supaya dalam konteks perseteruan perang dingin Indonesia tidak makin erat dengan blok komunis. Dengan kata lain kebijakan Kennedy terhadap Indonesia merupakan discontinuity tetapi sekaligus continuity atas kebijakan pemerintahan sebelumnya. Dua aspek ini tampak sangat jelas dalam kebijakan pemerintahan Kennedy atas permasalahan Indonesia dengan Belanda soal Irian Barat. 63 Betapapun banyaknya tekanan, pemerintahan Kennedy tetap menolak untuk memberikan dukungan kepada Belanda dalam sengketa Irian Barat. Kebijakan politik Amerika Serikat ini sangat berbeda dari sikap yang diambil pemerintahan sebelumnya. Kebijakan pemerintahan Kennedy terhadap Indonesia banyak didasarkan pada keinginan untuk mencari solusi terbaik atas masalah Irian Barat. Kebijakan ini menyiratkan adanya keinginan dari pemerintahan Kennedy untuk membangun kembali hubungan baik dengan pemerintahan Indonesia. Presiden Kennedy kemudian segera mengambil kebijakan politik untuk membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB. Presiden Soekarno menanggapinya dengan pesimis karena kebijakan politik Amerika sebelumnya selalu mendukung Belanda. Kesabaran Presiden Soekarno sudah habis untuk melakukan diplomasi, salah satu jalan untuk mendapatkan Irian Barat hanya dengan kekuatan militer. 63 Ibid , hlm. 234. 46 Ternyata apa yang diucapkan Presiden Soekarno bukan hisapan jempol belaka. Pemerintah Indonesia mulai mengirim personil militernya untuk melakukan penyusupan ke Irian Barat. Kekuatan militer Angkatan Perang Republik Indonesia dikerahkan untuk merebut Irian Barat. Pertempuran antara militer Indonesia dengan militer Belanda tidak dapat terelakan lagi. Bahkan posisi militer Belanda keadaannya semakin terdesak di berbagai front pertempuran. Ekskalasi konflik bersenjata di Irian Barat telah menciptakan suasana krisis di antara para pembuat kebijakan luar negeri Amerika. Mereka berusaha keras untuk mencegah konflik Irian Barat menjadi konflik internsional dan mendesak kedua pihak untuk mencari solusi damai. 64 Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi bentrokan bersenjata antara militer Indonesia dengan militer Belanda di Laut Aru. Presiden Kennedy sangat cemas bahwa sengketa Irian Barat telah berkembang menjadi konflik militer. Keadaan ini telah mendorong pihak Amerika Serikat untuk meningkatkan aksi diplomasinya. Amerika Serikat tidak menginginkan terjadinya perang terbuka di Irian Barat untuk mencegahnya diupayakan kontak hubungan dengan pihak Indonesia dan Belanda untuk berunding. Akan tetapi pihak Belanda tetap menolak untuk berunding dengan pihak Indonesia. 65 Serangkaian insiden bersenjata antara angkatan bersenjata Republik Indonesia dan angkatan perang Belanda terus terjadi di Irian Barat. Pesawat B- 25 AURI berhasil mengalahkan kapal perang Belanda dalam pertempuran di 64 M. Sabir, op.cit, hlm. 126. 65 Darnoto, dkk, op.cit, hlm. 224. 47 Barat Laut Sorong. Dalam pertempuran ini pihak militer Belanda menderita kerugian yang sangat besar. Peristiwa ini telah meningkatkan keprihatinan pihak Amerika Serikat. Kemudian Amerika Serikat berusaha menekan pihak Belanda agar mau berunding dengan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini terpaksa dilakukan bahwa krisis Irian Barat telah menunjukan fase ekskalasi yang meningkat. 66 Kemudian upaya diplomatik dilakukan untuk mencegah peran Uni Soviet yang terlalu besar terhadap Indonesia. Kemudian pemerintah Amerika Serikat mengirim Roberth Kennedy untuk menjalankan misi khusus ke Indonesia dan juga Belanda. Meskipun suasana krisis semakin terasa, baik Indonesia maupun Belanda enggan menerima usulan Washington untuk mengadakan pembicaraan bilateral. Belanda tidak mau berunding tanpa jaminan bahwa rakyat Papua akan diberi kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri, sementara Indonesia hanya mau berunding dengan syarat bahwa Belanda akan mengalihkan kekuasaan wilayah Irian Barat kepada Indonesia. Dalam pembicaraannya dengan Presiden Soekarno, Robert Kennedy mendesak agar persoalan pengalihan kekuasaan itu tidak lagi menjadi persyaratan negosiasi. Dia juga menekankan pentingnya menyelesaikan pertikaian itu secara permanen melalui perundingan, dan bukan melalui konflik militer. Namun demikian Soekarno tetap teguh pada pendiriannya menyangkut persyaratan bagi negosiasi, dan masih belum yakin dengan 66 Ibid , hlm. 254. 48 argument Robert Kennedy. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesan seolah-olah Soekarno menyerah pada tekanan Amerika Serikat. 67 Setelah melakukan perundingan yang panjang dan berkat kepiawaian dalam bernegosiasi akhirnya Robert Kannedy berhasil membujuk Soekarno hingga setuju untuk mengadakan pembicaraan diplomatik dengan Belanda di bawah pengawasan PBB. Sepeninggal dari Indonesia Robert Kennedy melakukan kunjungan ke Den Haag 25-26 Februari 1962 Robert Kennedy bertemu dengan Ratu Juliana dan anggota-anggota kabinet Belanda. Pembicaraan dengan pihak Belanda tidak lancar. Robert Kennedy dianggap lebih memihak Indonesia. Ia dinilai sebagai orang yang “kurang ajar” dan “kasar”. Robert Kennedy mengecam prestasi negatif Belanda selama tiga abad menduduki Irian Barat sebagaimana terlihat dari sedikitnya rumah sakit dan sedikitnya orang yang menyelesaikan pendidikan tinggi. Namun Menteri Luar Negeri Luns menolak permintaan Robert Kennedy untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Baginya penyerahan Irian Barat sama saja dengan penyerahan diri. Akan tetapi, tak lama setelah Robert Kennedy meninggalkan Belanda, Luns menemuinya lagi di Paris dan mengatakan ia berubah pikiran. Luns telah melunak akan sikapnya dan mengatakan bersedia benegosiasi dengan Indonesia, khususnya bila ditengahi oleh pihak ketiga. Kesediaan Belanda untuk bernegosiasi sebagian disebabkan oleh Presiden Kannedy menolak memberi ijin kepada Belanda untuk mengangkut kekuatan militernya yang akan diberangkatkan ke 67 Ibid, hal 235. 49 Irian Barat melalui Terusan Panama yang berada di bawah kendali Amerika. Penolakan tersebut memberi sinyal yang sangat jelas bahwa Washington tidak mendukung solusi militer Belanda bagi permasalahan Irian Barat. 68 Pihak pemerintah Indonesia dan Belanda akhirnya sepakat untuk menyelesaikan persoalan Irian Barat di bawah pengawasan PBB. Kemudian Amerika Serikat menjadi mediator perundingan dan menunjuk Ellsworth Bunker untuk menjajaki perundingan perdamaian antara Indonesia dengan Belanda. Ellsworth Bunker kemudian mengajukan usulan pada bulan Maret 1962, yang kemudian dikenal sebagai Rencana Bunker. Isi pokok rencana Bunker adalah sebagai berikut: 69 1. Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Indonesia. 2. Rakyat Irian Barat diberi kesempatan menetukan pendapat tentang tetap bergabung dalam wilayah Indonesia atau memisahkan diri. 3. Pelaksanaan penyerahan Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu 2 tahun 4. Untuk menghindari terjadinya bentrokan fisik antara kekuatan-kekuatan Indonesia dan Belanda, diadakan masa peralihan di bawah Pemerintahan PBB yang lamanya 1 tahun. Waktu ini dipakai untuk memulangkan seluruh militer dan pegawai Belanda. 68 Baskara T Wardaya, op.cit, hal 182 69 Moedjanto. G, op.cit, hal. 123-124 50

BAB IV HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA

MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT Penggunaan kekuatan militer Indonesia dalam operasi pembebasan Irian Barat ternyata mampu memberikan tekanan terhadap Belanda. Satu persatu wilayah yang dikuasai oleh Belanda berhasil direbut oleh tentara dan sukarelawan Indonesia melalui pertempuran. Ekspansif militer Indonesia menyebabkan tentara dan orang-orang Belanda yang ada di Irian Barat menjadi ketakutan. Posisi militer Belanda yang semakin terdesak telah mendorong pemerintah Den Haag melakukan protes ke PBB. Luns selaku Menteri Luar Negeri Belanda melaporkan bahwa pihak Indonesia telah melakukan agresi militer dan mengancam perdamaian dunia. Tuduhan Belanda ini tidak sedikitpun menyurutkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat. Posisi militer Indonesia yang sudah berhasil menekan militer Belanda, tiba-tiba pemerintah Belanda memutuskan mau mengadakan perundingan. Perubahan sikap Belanda ini atas desakan pemerintah Amerika supaya kedua belah pihak menghentikan pertempuran dan kembali ke meja perundingan. 70 Atas peran serta Amerika Serikat akhirnya Indonesia dan Belanda sepakat untuk melakukan perundingan kembali. Dari perundingan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut: 70 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 188