Usaha Diplomasi Kabinet Mohammad Natsir

10

BAB II USAHA-USAH DIPLOMASI

BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT Konflik bersenjata antara pihak Indonesia dengan militer Belanda yang berusaha menjajah kembali Indonesia diakhiri dengan persetujuan perdamaian. Kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar KMB, diantaranya Belanda akan membahas masalah wilayah Irian Barat dengan pihak Indonesia satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Akan tetapi ini hanyalah siasat politik Belanda untuk mempertahankan Irian Barat. Sementara itu pihak Indonesia tetap berpegang teguh pada isi perjanjian KMB. Setelah satu tahun perjanjian KMB, pihak Indonesia berupaya untuk mendapatkan kejelasan tentang status masalah Irian Barat. Pemerintah Indonesia mengedepankan pendekatan politik dengan melakukan perundingan secara langsung dengan pemerintah Belanda. Namun upaya ini tidak berhasil karena pemerintah Belanda tetap berpegang teguh untuk menguasai Irian Barat. Berikut usaha-usaha diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia:

A. Usaha Diplomasi melalui Kabinet-Kabinet 1950-1954

1. Usaha Diplomasi Kabinet Mohammad Natsir

Pada tanggal 7 September 1950, Mohammad Natsir dilantik sebagai Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mohammad Natsir menjalankan pemerintahan dengan mengedepankan upaya diplomasi dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Ini merupakan program utama yang harus 11 segera direalisasikan. Mohammad Natsir memerintahkan kepada Menteri Luar Negeri Mr. Moh. Roem untuk memimpin delegasi Indonesia ke negeri Belanda. Pada tanggal 4 Desember 1950 berlangsung perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda di Den Haag. Perundingan politik ini ternyata diwarnai dengan perbedaan pendapat yang cukup mencolok antar kedua belah pihak. 8 Pihak pemerintah Belanda tetap bersikeras mempertahankan wilayah Irian Barat. Sedangkan pihak Indonesia berusaha secara diplomatis dalam penyelesaian untuk mendapatkan Irian Barat. Mr. Moh. Roem kemudian menawarkan sebuah konsesi politik kepada pihak pemerintah Belanda untuk menyerahan Irian Barat secara de jure. Konsesi politik yang ditawarkan pihak Indonesia antara lain: 9 a. Dalam lingkungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di lapangan ekonomi, pemerintah Indonesia mengakui hak dan konsesi yang sekarang ada dan diberi perhatian yang istimewa kepada Belanda mengenai pemberian konsensi baru dan menempatkan kapital. Selanjutnya dalam mengembangkan sumber-sumber di Irian Barat akan diberi perhatian khusus kepada kepentingan-kepentingan Belanda di sana, antara lain dalam mengusahakan dan mengelola kekayaan tanah. Pada umumnya pemerintahan Indonesia bersedia memajukan Irian Barat di lapangan ekonomi, memperhatikan dengan sepenuhnya kepentingan Belanda di lapangan perdagangan, perkapalan, dan industri. 8 Ridhani, op.cit, hlm.22. 9 Saleh A. Djamhari, dkk, op.cit, Hlm.10 12 b. Dalam aparat administrasi Irian Barat akan dipergunakan tenaga-tenaga Belanda. c. Pensiunan pegawai-pegawai Belanda Irian Barat akan dijamin seperti dalam persetujuan KMB. d. Imigrasi rakyat Belanda akan diperbolehkan oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya akan diperhatikan benar-benar supaya diadakan tenaga buruh yang diperlukan untuk Irian Barat. e. Pemerintah Indonesia akan memajukan supaya Irian Barat dimasukkan dalam sistem perhubungan Pemerintah Indonesia perhubungan udara, laut, telepon, telegraf dan radio dengan memperhatikan konsensi-konsensi yang sudah diperoleh Maskapai Belanda. f. Kemerdekaan beragama akan dijamin sepenuhnya dan usaha-usaha dari zeding dan missi dalam lapangan kemanusian, seperti pengajaran dan pemeliharan orang sakit dapat diteruskan. Dalam usaha kemanusiaan itu jika diperlukan missi dan zending akan dapat bantuan dari pemerintah Indonesia. g. Di Irian Barat akan diusahakan supaya pemerintahannya berjalan dengan cara demokrasi yang penuh. Kepada daerah akan diberikan otonomi dan hak ikut memerintah medebewind segera akan diraih dengan pembentukan badan perwakilan sendiri. Konsesi politik yang ditawarkan oleh pihak perwakilan pemerintah Indonesia ditolak dengan tegas oleh pemerintah Belanda. Sebaliknya, pihak 13 pemerintah Belanda kemudian menawarkan usulan kepada delegasi Indonesia yang berbunyi: a. Bahwa rakyat “Nederland Nieuw Guinea” mempunyai hak untuk menentukan hari depannya sendiri. b. Pembentukan Dewan Irian dan Belanda tetap memerintah Irian. Menanggapi usulan dari pihak Belanda tersebut, pimpinan delegasi Indonesia Mr. Moh Roem dengan tegas menolaknya. Delegasi Indonesia tetap berpegang teguh pada pendirian politiknya yaitu Irian Barat harus diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia. Perundingan ini ternyata tidak menghasilkan kesepakatan tentang penyelesaian masalah Irian Barat. Delegasi pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Mr. Moh.Roem gagal. 10 Kegagalan diplomasi yang dilakukan oleh Mr. Moh. Roem ternyata tidak menyurutkan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan perundingan secara damai. Pada bulan Desember 1951, Prof. Dr. Supomo memimpin delegasi Indonesia untuk melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Perundingan kali ini juga mengalami kegagalan. Pemerintah Kerajaan Belanda mengeluarkan kebijakan politik yang mengejutkan pemerintah Indonesia. Pada pertengahan Agustus 1952, parlemen Belanda menyetujui wilayah Irian Barat dimasukan ke dalam wilayah lingkungan Kerajaan Belanda. 11 Kebijakan pemerintah Belanda ini jelas sangat provokatif tanpa meminta persetujuan pihak pemerintah Indonesia. Menindaklanjuti aksi provokatif tersebut, pemerintah Indonesia menyampaikan nota protes kepada 10 Ibid , hlm. 12. 11 Baharuddin Lopa. op.cit, Hlm. 58 14 pemerintah Belanda. Pemerintah Indonesia sangat keberatan atas tindakan parlemen Belanda karena masalah Irian Barat masih dalam status sengketa. Permasalahan ini kemudian dibawa ke Sidang Umum PBB, namun usaha ini juga mengalami kegagalan. Kebijakan parlemen Belanda yang menyetujui aneksasi wilayah Irian Barat telah mengakibatkan ketegangan antara Indonesia dengan Belanda. 12 Perkembangan hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memanas. Kolonialis Belanda di Irian Barat telah memobilisasi para pemuda pribumi untuk memasuki dinas militer. Rakyat Indonesia kemudian melakukan desakan kepada pemerintah supaya mengambil tindakan yang tegas terhadap pihak Belanda. Kemudian pemerintah Indonesia mengambil kebijakan politik dengan meningkatkan upaya diplomatik lewat forum internasional untuk menekan pemerintah Belanda. Upaya tersebut ternyata mendapat dukungan dari negara-negara lain yang simpatik terhadap perjuangan bangsa Indonesia. 13 Tahun 1951 Kabinet Natsir jatuh hal ini dikarenakan persoalan yang lebih berat, yang menyangkut persoalan Irian Barat dan peraturan pemerintahan daerah. 14 Kegagalan kabinet Natsir dalam menyelesaikan Irian Barat menyebabkan presiden Soekarno secara terang-terangan menyatakan bahwa ia ingin menggunakan kesempatan yang ditimbulkan oleh kegagalan perundingan tersebut. Untuk menentang kepentingan ekonomi Belanda di 12 Saleh A. Djamhari, op.cit, hlm. 13. 13 Idem 14 Moedjanto .G, Indonesia Abad Ke 20 Jilid 2, Yogyakarta, Kanisius, 1988, Hal. 83 15 Indonesia dan juga menentang Uni Indonesia-Belanda yang dianggap sebagai simbol provokatif atas suatu kemerdekaan yang terbatas. Keinginan presiden Soekarno yang disampaikan dalam pidato umumnya ditolak oleh Perdana Menteri Mohamad Natsir dengan menyatakan bahwa hanya kabinetlah yang berhak menentukan apakah Presiden yang mengemukakan secara umum kebijakan luar negeri yang terpenting atau tidak. Pertentangan konsitusional ini dimenangkan oleh Mohamad Natsir, tetapi presiden Soekarno berhasil menggunakan pengaruhnya kepada kekuatan oposisi di parlemen untuk menjatuhkan kabinet Natsir. Oleh karena itu, pengganti kabinet Natsir mengambil posisi yang lebih keras terhadap pemerintahan Belanda. 15

2. Usaha Diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I